00. The eye

25 3 1
                                    

— Happy reading —

Langkah ku semakin berat, rerumputan mulai menggores kulit pucatku dengan kasar ketika aku terus berlari menuju entah kemana arahnya. Semakin gelap menyerang penglihatan ku, aku bingung berada dimana? Ditengah hutan yang lebat itu seperti aku tenggelam ditengah tengah samudera yang dingin, gelap, sunyi. Tak seorangpun yang mendengar lolongan tangis ku dan hanya burung hantu yang terus memandangiku. Gaun tidur ku mulai koyak dan lusuh, Tuhan aku ingin kembali.

Hembusan angin mulai menyerbu tubuhku tanpa belas kasih, kulihat diujung sana terdapat sesuatu yang mengerikan tampaknya sedang mengawasi ku diam. Kegelapan itu terus menatapku, setiap gerak gerik ku.

Kepalaku kemudian menoleh kearah lain dan dalam sekejap aku berpindah dari hutan yang lebat dan mencekam ke bibir pantai. Ini sama saja, sunyi hanya dilatar belakangi oleh suara ombak deras yang sedang pasang. Setidaknya aku bisa menghirup udara segar dari lautan dan siraman cahaya rembulan.

Tiba tiba inderaku mendengar seseorang bersenandung dengan merdu dari arah laut, suara itu menggema.

"We're all gonna die"

"We're all gonna die"

"We're all gonna die"

Setidaknya itu yang terus berputar di kepalaku, 'dia' menyanyikan kalimat itu ditengah senandungnya dengan lembut sekali.

Tak lama setelah senandung itu hilang hembus angin membawakan sepucuk bunga mawar putih di pangkuan ku, kuambil bunga itu namun sayangnya durinya melukai jariku dengan pasti, aku membuangnya.

Perlahan angin yang lembut terus membuai ku hingga mataku sangat berat untuk terjaga.

"Satu kenyataan takkan menyakiti siapapun, kan?"

Seketika aku membuka mataku, siapa itu? Suara serak dan berat, lantas aku menoleh kesana kemari dan yang kutemui hanyalah hamparan pasir pantai dan beberapa pohon kelapa.

Lalu dengan cepat sesuatu menarik kakiku menuju ke dalam air, sesuatu itu menarikku kasar tanpa ampun tanpa ba-bi-bu dia menyeretku kedalam sana. Rasanya begitu sesak aku tak bisa bernafas dengan leluasa, tubuhku terombang ambing sampai beberapa menit kemudian aku tak bisa menahan nafasku lagi. Air mulai memasuki paru paru ku sangat panas, sensasi terbakar di dadaku sangat kuat rasanya seperti dipukul dengan bawah penggorengan yang masih panas dari kompor.

"Kenyataannya, manusia adalah seburuk buruknya sebuah makhluk"

Sekejap aku langsung membuka mataku lebar lebar menarik nafas panjang dengan rasa sakit yang masih sama di tenggorokan ku, itu semua mimpi hanya mimpi biasa yang membuatku akhir akhir ini tak dapat tidur nyenyak.

Ternyata masih dini hari namun semua bagian tubuhku terasa sangat sakit, kulihat pergelangan kaki ku hingga aku menyadari.. Mimpi itu sampai ke kenyataan. Ada sebuah bekas melingkari pergelangan kaki ku itu mengerikan! memar yang sangat ngeri ketika aku menyentuhnya aku tidak merasakan apapun seperti aku tidak mengalami apapun namun memar itu terlihat sangat jelas disana.

Hawa yang masih sama seperti didalam mimpiku, ini semua mencekik ku perlahan. Aku melihat sudut kamarku yang paling gelap, seperti ada sesuatu atau mungkin hanya perasaanku?

Aku membuka korden jendela ku berharap sinar rembulan bisa mencapai sudut gelap itu namun sayangnya tidak. Mataku tergoda menengok keluar jendela, ada sebuah siluet seseorang itu seperti glitch, orang itu dengan cepat terlihat seperti menggantung dirinya. Terbalik.

Tak lama diikuti suara tembakan mengenai kepala orang itu, berkali kali hingga cairan merah jatuh ke trotoar, aku melihatnya! Melihat semuanya! Dia mati, orang itu mati dengan menakutkan. Tiba tiba seekor gagak menabrak jendela ku, aku tersentak kaget dengan berkeringat aku menelan ludahku.

Little Piece Of Dream'(s)Where stories live. Discover now