02. Bleeding souls

14 0 0
                                    

— Happy reading —

"Kamu tahu? Tuhan itu selalu ada untuk kita, dimanapun kita berada dan Ia yang akan selalu merangkul kita walaupun berlumuran dosa sekalipun.. Jadi jangan pernah kamu meninggalkanNya disaat kamu senang dan kembali padaNya disaat sedih saja, putriku.."

Suasana rumahku berantakan, ayahku melempar sebuah vas bunga kearah ibuku dan benar saja itu melukai pelipis wanita paruh baya itu. Ayahku seorang pecandu alkohol, dia selalu mabuk mabukan.

Kulihat dia hendak melempar piring kaca ke wanita yang sedang duduk bersimpuh tak jauh dari pria bajingan itu, dengan segera aku melangkah dengan penuh amarah menyahut piring itu dari tangannya.

"APA APAAN?!" Dia marah, ayahku marah. Dia mulai mengeluarkan nada tingginya dengan kilatan kemarahan yang tampak di netranya.. Dia terlihat seperti bukan ayahku.

"APA? KAU MANUSIA GILA, DIA ISTRIMU BUKAN BABU MU SIALAN!" Aku marah, aku tak sengaja berbicara dengan nada tinggi didepannya dengan menunjuk ibuku yang masih bersimpuh. Aku menarik lengan ibuku dengan lembut berusaha membantunya berdiri.

"Oh berani kamu ya? Membentak kepada orang yang sudah membiayai kehidupan mu?!" Dia mendekatiku lalu menarik lengan ibuku yang membuatnya menjauh dariku dengan paksa, lalu dengan mudahnya ayahku menghempaskan ibuku ke belakang dan kini aku berdiri satu lawan satu dengan ayahku sendiri.

Aku terdiam seribu kata, ayahku bisa memukulku kapan saja.. Aku pernah menerima pukulannya sungguh menyakitkan dan meninggalkan bekas memar selama 3 minggu.

"Udah.. udah.." Ujar ibuku lirih yang berusaha menarik lengan suaminya mundur, wajahnya terlihat lelah.

"Anak gak tahu diri" desisnya tajam padaku.

"Oh ya? Lalu bagaimana denganmu? Tidak berakal?" Aku mendecih, pada dasarnya aku sama saja seperti ayahku, keras kepala dan tidak mau kalah.

Pria yang mendengar kalimat cemoohan ku langsung menatapku tajam, kulihat tangannya terkepal. Buku buku jarinya memutih. Aku belum bisa mencerna apa yang terjadi namun satu tinjuan keras mendarat di rahang kananku.

"Gak tahu diri, sialan, bajingan, anak haram" Dia menarik kerah ku lalu menampar pipiku dengan keras. Panas, panas sekali rasanya. Dia terus terusan menghajar ku.

Tak sempat aku merasakan rasa ngilu di gusi ku karena rahangku ditinju dengan kuat aku dipaksa untuk merasakan rasa panas, perih, dan kebas di pipiku karena tamparan keras itu. Ibuku tak bisa menghentikan tindakan pria bajingan itu.

Mataku berair, tanganku mulai mencakar tangan kekar pria itu namun sayangnya dia tak terpengaruh dan terus menamparku. Ini sungguh menyakitkan.

Setelah puas dia melempar ku dengan kasar, aku bersimpuh dengan banyak rasa sakit di bagian wajahku. Lalu aku merasakan tendangan yang mendarat di paha ku. Diinjak lalu ditendang, miris sekali.

Aku lihat ibuku menangis memohon kepada ayahku agar menyudahi aksinya, namun hasilnya sangat lucu. Pria tempramental itu terus menghajar ku seperti orang kesetanan sampai aku tak bisa merasakan saraf di pipiku.

Little Piece Of Dream'(s)Where stories live. Discover now