— Happy reading —
Aku masih terdiam didepannya, menatap sebuah kayu runcing didepanku. Mati ya? sebenarnya aku tidak punya niatan untuk mengakhiri hidupku cuma cuma karena ibuku pernah mengatakan bahwa kehidupan seseorang adalah sebuah anugerah dari Tuhan yang tidak boleh disia siakan, wanita itu menceramahi ku seperti:
'Hidup bukan hanya tentang sekedar bangun, tidur, lalu bermalas malasan namun hidup itu sebuah kenikmatan yang tuhan berikan pada setiap umatnya. Tuhan sudah begitu berbaik hati memberikan nafas hingga detik ini secara gratis dan alangkah kurang ajarnya jika kita menyia nyiakan nikmat itu. Dimana rasa terimakasih mu terhadap Tuhan yang selalu memberimu badan yang sehat jika kamu membunuh dirimu sendiri.'
Aku mengingat kalimat panjang lebarnya, aku tak merasa mendengarkannya dengan seksama namun memoriku ternyata menyimpan kalimatnya dengan baik. Tapi gagasannya ada benarnya juga, hidup itu tidak ada duakali.
"Hey" Lagi lagi seseorang memecah lamunan ku, Gerard lagi.
"Apa?" Netraku beralih menatapnya.
Terdengar suara ribut dari balik semak semak, itu membuatku ketakutan, pasalnya ini semakin gelap aku kira kira sepertinya sekarang sudah sore hari. Gerard berdiri, dia berdiri didepanku.
"Ah kuharap tidak lolos lagi" aku mendengar dia bergumam pada dirinya sendiri. Tatapannya tajam seperti elang, dia menggenggam erat kayu runcing itu ditangan kanannya.
Kulihat bayang bayang menyatu dengan dedaunan kering ditanah, dia bergerak dengan lincah mendekat kearahku. Gerard lengah, dia tidak menyadari itu, kemudian aku merasakan ngilu di sekujur tulangku. Rasanya aku tak dapat berdiri dengan tegak lagi.
Mataku hanya terfokus pada bayangan yang terus berpindah lalu aku mendengar suara samar samar Gerard "Jangan pedulikan bayangannya, jangan sampai lengah. Aku tahu semuanya" Katanya.
Jantung ku berdebar dengan kencang, aku kesusahan bernafas dan menelan ludahku. Bu.. aku benar benar takut.
Aku meremas kuat kuat ujung bajuku, sampai detik berikutnya kurasakan sesuatu di belakangku. Nafas yang memburu dan panas menerpa leherku. Aku membeku tak dapat melakukan apapun lalu aku menarik keras dan meremat tangan Gerard, membuat laki laki itu tersentak kaget dan kemudian berbalik.
Naasnya, aku tercekik oleh sesuatu yang tak berwujud. Diseret paksa, Gerard dengan cepat menarikku kembali sayangnya dia kewalahan.
Tanpa rasa kasihan sedikitpun dan aba aba Gerard melemparkan kayu runcing itu ke leherku membuat sesuatu yang mencekikku tiba tiba berhenti sejenak. Gerard berlari, laki laki pemilik netra abu abu itu berlari kearahku kemudian mendorong paksa kayu runcing itu menembus leherku.
DIA GILA!
Aku tak dapat merasakan apapun dan yang kurasakan hanya cairan hangat mengalir jatuh melewati kulitku, aku tak bisa mendengarkan apapun.
Masih kuamati dengan pandanganku yang kabur, Gerard terus mencoba untuk membunuhku. Saat tangannya terus memaksa kayu runcing menusukku, hidungnya mengeluarkan darah; hitam pekat.
Aku tak sanggup lagi menarik nafasku, rasanya begitu berat dan sesak. Semuanya buram, kornea ku tak bekerja sepertimana mestinya.
•
•
•
YOU ARE READING
Little Piece Of Dream'(s)
Fantasy" Kau tahu? Semakin banyak kau tahu tentang seluk beluk dunia maka semakin berhati hati kamu terhadap sifat manusia, Mereka makhluk beringas tak luput dari dosa. " -sha.