3. Adek

100 14 4
                                    

Waktu cepat berlalu, kini jam pulang sekolah telah tiba.

Namun Jeana yang biasa-nya paling bersemangat untuk pulang-pun masih terduduk tenang dibangku-nya.

Bersama Yimika yang sedang mengemasi alat tulis-nya untuk ia masukkan kedalam tas.

“Lo nggak mau pulang apa gimana dah Jean? Masih menye-menye aja lo, nggak kayak biasa-nya,”oceh-nya, merasa heran akan tingkah Jeana sang teman.

Jeana melirik kilas Yimika, lalu kembali memfokus-kan pandangan-nya pada layar ponsel-nya, ia tengah membaca komik digital favorite-nya.

“Males gerak gue, nyeri nih kaki,”

“Halah lebay, biasa-nya sana sini babak belur juga anteng aja lo,”cibir Yimika kemudian.

Jeana terkekeh pelan.

“Kali ini beda konsep-nya,”elak-nya.

“Beda gimana? Sama-sama luka juga,”

“Ya beda pokok-nya, kalau itu luka karena bogeman, ini kan luka-nya karena jatuh ketabrak mobil Mika!”keukeuh-nya.

“Terus lo mau-nya gimana? Sampe besok disini?”jengau Yimika.

“Ya pulang-lah bego! Dih Yimika suka tolol,”

“Jeana anjing!”

Dibalas tawa kencang oleh Jeana, remaja laki-laki itu beranjak berdiri, kemudian berlari tertatih-tatih keluar kelas, meninggal-kan Yimika sang teman yang dirundung rasa marah itu.

Beberapa teman sekelas mereka yang masih ada disana dibuat menggeleng-kan kepala-nya.

Tingkah sepasang teman itu sudah menjadi makanan sehari-hari bagi mereka, jadi tidak usah heran lagi.

•••

“Abang!”

Jeana berteriak nyaring, ia tengah duduk manis diatas motor kesayangan-nya, yang ia beri nama Ema, seorang diri.

Yimika sudah pulang, karena sudah dijemput oleh supir-nya, sebenar-nya teman-nya itu masih mau menemani-nya, hanya saja Jeana menolak, karena tidak enak pada supir Yimika yang sudah menunggu.

Alhasil, dengan terpaksa teman-nya itu pulang.

Dan saat ini, Jeana tengah menelepon sang kakak tercinta, terbukti dari ponsel-nya itu menempel didekat telinga-nya.

“Salam dulu kenapa sii Dek?”

“Hehehe.. Halo.. Annyeonghaseyo.. Arigathou, apa lagi ya Bang?”

Jeana tertawa pelan, mendengar dengusan kesal dari sang kakak didalam telepon.

“Kenapa nelpon? Abang lagi mau kekantor ini, baru kelar ngampus,”

Mendengar-nya, Jeana mendelik antusiaz.

“Kalau gitu jemput Adek dong Bang!”

“Dih, tumbenan banget, nggak ah,”

Rengutan tipis terbit diwajah Jeana.

“Adek abis ketabrak mobil tadi pagi,”kata-nya mengadu, dengan nada lirih seperti hendak menangis.

Ini hanya akting belaka.

Ckiiiiittttt...

Terdengar decitan nyaring didalam telepon, Jeana terdiam, hingga beberapa saat kemudian terdengar teriakan sang kakak, dengan nada cemas-nya.

“Anjing! Dek, yang bener?! Adek nggak lagi bohongin Abang kan? Sekarang gimana? Luka parah nggak?! Heh! Kenapa diem? JEANA ATTERIA JAWAB!”

Jeana ketar-ketir seketika.

𝑫𝑬𝑺𝑻𝑰𝑵𝒀 [LOCAL VERS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang