Saat ini, Navier sedang berada didalam kamar-nya.
Ia tengah bersiap-siap, karena sudah ada janji untuk bertemu dengan teman-temannya malam ini, disalah satu bar, yang biasa-nya mereka kunjungi.
Bukan untuk menikmati malam panas yang panjang disana.
Tapi hanya untuk minum-minum dan bermain kartu bersama beberapa pengunjung disana, dengan taruhan uang.
Ia bisa meraup banyak uang disana, bahkan ada beberapa permainan lain-nya disana, seperti billiard, domino, euchre (permainan kartu klasik, yang dimainkan oleh empat orang pemain.)
Dan semua permainan yang ada di-bar, benar-benar bisa dikuasai oleh Navier, yang bahkan selalu memenang-kan taruhan itu.
Meraup banyak uang disana cukup menyenang-kan bagi seorang Navier Aldekara.
Padahal uang bukan-lah sebuah kesulitan, namun Navier suka menghasil-kan uang dengan cara seperti ini.
“Halo, kenapa?”tanya-nya, pada sang penelepon, yang menganggu diri-nya tengah berdandan setampan mungkin.
Temtu saja ingin membuat semua pengunjung bar terpesona pada-nya.
“Lo dimana? Buruan kesini, bentar lagi permainan kesukaan lo dimulai, gue sama yang lain udah sampe sini,”
“Dirumah, iya sabar, bentar lagi gue jalan,”
“Cepetan!”
“Iya Zenaka! Bawel banget lo kayak uke!”
“Bangsat lo Navi—Tuuut..!”
“Berisik banget punya mulut,”dumel Navier.
Lalu kembali memandang wajah tampan-nya didalam cermin full body-nya.
“Nah, ini baru oke,”kata-nya.
Seraya membuat pose ala-ala duta majalah.
“Cocok banget gue emang jadi pemimpin perusahaan,”puji-nya, sedikit tidak nyambung.
Setelah-nya ia berbalik, dan berlalu keluar dari dalam kamar-nya.
Bertepatan dengan ia selesai menutup pintu kamar-nya, disaat itu pula, sang adik juga baru saja keluar dari dalam kamar-nya.
Karena kamar mereka berhadap-hadapan, tentu sang adik langsung bisa melihat penampilan-nya malam ini.
“Mau kemana lo Kak?”tanya-nya ingin tahu.
“Biasa-lah,”
Navier membawa kaki-nya berlalu menuruni anak tangga, dengan sang adik mengejar-nya.
“Ikut dong,”pinta sang adik, yang mengikuti langkah-nya dari belakang.
“Nggak ah, bocah kayak lo mana boleh,”ledek Navier sengaja ingin membuat sang adik kesal.
“Yaelah Kak, gue bentar lagi juga lulus, lagian umur gue juga udah legal, masa iya masih nggak boleh,”kesal sang adik.
“Kata Mamih lo masih anak kecil buat dia Dek,”
Lagi, Navier semakin senang meledek adik-nya yang bernama lengkap Theodore Aldekara. Dipanggil Theo, karena nama-nya yang terlalu panjang.
Siswa menengah atas kelas 12.
“Ah, lo mah suka rese, nggak jadi-lah gue ikut,”kesal Theodore.
Kemudian berjalan lebih cepat dari sang kakak, bahkan dengan sengaja menyenggol bahu tegap sang kakak, akan kekesalan-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑫𝑬𝑺𝑻𝑰𝑵𝒀 [LOCAL VERS]
Fanfiction(buat selingan, updatenya ga nentu, jadi jangan ditungguin!) ••• Takdir katanya? Ini kesialan, bukan takdir! Ya, bagi mereka ini adalah kesialan, tapi berbeda dengan orang disekitar mereka, menurut mereka ini memang sebuah takdir tuhan. "Ngapain lo...