4: Penindasan

20 1 0
                                    


Genala menatap seorang pria yang kini duduk di sofa ruang tengah sendirian sembari memainkan ponselnya, ia lalu ikut bergabung dan duduk di samping pria itu.

"Kak".

Denever menoleh. "Hm?".

"Aku mau nanya".

"Boleh".

Genala lebih suka bertanya kepada Denever, pria itu lebih sering tenang dan tidak emosi ketika Genala bertanya sesuatu atau yang membuat Genala penasaran.

Denever mematikan ponselnya dan menatap Genala.

"Kenapa cuman kalian berempat bisa makan di tempat itu, itu tempat khusus?".

Denever terkekeh pelan mendengar pertanyaan itu dan melihat Genala yang terlihat penasaran.

"Itu sistem kasta, mengerti?, ada tempat di kantin ataupun kampus yang gak boleh sembarang orang tempati kecuali udah dapat izin setelah memenuhi sesuatu".

"Kok kalian bisa di sana?, sesuatu apa?".

"Uang, Chandrakanta itu kampus gila uang, siapa yang punya uang banyak dia yang menang".

"Ouh...."

"Tenang, lu bakal berada di atas setara sama kita, tapi nanti".

Genala menggeleng. "Gak usah, aku mau jadi orang biasa aja".

Denever terkekeh, "lu pikir enak?".

Genala diam sejenak, benar sepertinya tidak, disana yang tidak memiliki uang dan penampilan yang terlihat miskin benar-benar akan di rendahkan mati-matian.

Denever mencubit pipi Genala. "Nikmatin dulu sebulan lu di Chandrakenta tanpa backingan, gue mau lihat lu kuat atau gak, itu makanya kita gak ngasih lu duit banyak dulu".

Genala mengangguk, ya lagian ia bukan anak kecil lagi yang mau di jagain terus menerus.

•'•'•



Genala kini pergi kuliah berdua dengan Daniel, meskipun Daniel memiliki jadwal kuliah sore namun pagi ini ia tetap mengantar Genala.

Bukan hanya Daniel yang kuliah sore, namun 3 pria lainnya yang sejurusan dan sekelas dengan Daniel.

Lambat laun Genala sudah akrab dengan mereka dan tidak canggung, meski ia harus menyiapkan mental jika kala mendengar kata sarkas dan ketus.

Tidak bisa kah mereka lemah lembut pada Genala yang imut ini?.

"Kak, di kampus boleh ngerokok ya?".

"Gak usah aneh-aneh!".

"Aku kan cuman nanya".

"Ntar malah termotivasi karena lihat orang-orang di sana pada ngerokok, awas aja".

Genala diam, ia bersandar di kursi mobil itu lalu mobil itupun memasuki parkiran kampus.

Mobil itu lantas berhenti di parkiran, saat Genala akan turun, Daniel menahannya.

Keduanya saling tatap sejenak.

"One kiss before entering campus".

Genala mengangguk, membiarkan Daniel memajukan wajahnya dan melumat bibir nya.

Kedua nya berciuman di mobil itu selama beberapa saat.

Suara ciuman terdengar di ruang mobil yang sepi.

Hingga kini Genala menghentikan nya, ia tersenyum tipis. "Udah ya kak?, aku masuk dulu".

"Lagi".

"Habis kelas aku ke mobil".

Genala ShaneeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang