‘Kamu sudah punya pacar?’
‘Kok kamu masih jomblo si?’
‘Kalo kamu ngomong belum punya kayaknya mustahil deh.’
‘Kapan nyari gebetan?’
‘Ciee senyum-senyum sendiri kenalin dong.’
‘Tau ngga, Ai pacarnya si itu loo.’
Sudah cukup aku muak!!!
Berhenti mempertanyakan hal tidak perlu seperti itu!
Bola mataku me-rolling malas.
Para manusia kurang kerjaan yang mempertanyakan hal demikian selalu membuatku berdecih.
Urus urusanmu sendiri sana!
Inginnya berteriak demikian namun apalah daya.
“Ai ayang bebeb mu punya yang baru tuh.”
Aku mengernyit siapa gerangan.
“Para masa depan ku lagi wamil yang satu baru keluar masa udah punya.”
Temanku menatap malas padaku.
“Kalau itu aku juga tahu, temenmu si Luna loh.”
Aku ber-oh ria.
“Kalau dia jangan di pertanyakan lagi sepupuku aja udah di jadiin mantan.”
Kami terkekeh bersama.
“Kamu benar nanti kalau ada masalah pasti ceritanya ke kita, iya ngga.”
pernyataan yang kami angguki.“KURA-KURA” suara melengking menginterupsi kami.
“eyy Yakult berjalan darimana?” tanyaku kala ia sudah dekat.
“Kelas sebelah.”
“Katanya kamu jadian sama Juna beneran?”
Bisa ku lihat dia tersipu.
Aku menghela napas.
“Bukan bermaksud ikut campur tapi menurutku kalian ngga cocok.” aku mengutarakan isi hati.
“Memangnya kenapa?” Luna Mengerjap.
“Ngga tau juga tapi kalian emang ngga cocok.”Azza menimpali.
“Benar sekali lagipula Juna ngga seganteng itu.” Fian mengedik bahu.
“Terserah aku dong kan yang pacaran aku kok kalian ikut campur si.” Luna mendengus jengkel.
“Udah lah byee.”
Luna melangkah meninggalkan kami.
“Sesuai dugaan.”
Kami berujar sama.
“Liat percintaan orang lain aja ribet apa lagi kalau aku yang jadian.” Azza adalah satu-satunya yang sefrekuensi denganku.
Spesies manusia tidak perduli percintaan.
“Begitulah, nanti putus ujung-ujungnya bundir.” Azza dan aku ber-tos ria.
Fian bergidik.
“Ngga separah itu juga.”
“Bagimu.” kami menjawab kompak.
Fian mendengus.
“Kemarin siapa ya yang pap lagi nangis.” Azza menatap ku penuh arti.
“Hoo siapa yaa.” aku terkikik.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐄𝐓𝐖𝐄𝐄𝐍 𝐋𝐈𝐅𝐄 𝐀𝐍𝐃 𝐃𝐄𝐀𝐓𝐇
Teen FictionManusia selalu dihantui dengan dua pilihan. Antara hidup dan mati. Antara berkorban atau menjadi korban. Antara terus berjuang atau menyerah. Dan juga... Selalu diberi pilihan untuk menjadi boneka dunia... atau... membonekakan dunia.