A Scent

630 66 9
                                    

Di antara gang sempit dalam kelamnya malam, takkan pernah ada manusia yang bisa membayangkan bahwa seseorang telah dihabisi dengan begitu kejam. Pemudi bersurai hitam legam menyeka sudut bibir yang berarak darah, lidah terjulur sekedar menjilat taring panjang yang membilah. Menatap jijik ke bawah kaki, pada pria yang telah terbujur kaku dengan kulit pucat pasi. Tubuhnya kempis lantaran darah telah dihisap habis. Matanya yang melotot menandakan bahwa ia sebelumnya tak siap menyaksikan ajalnya sendiri.

"Tutuplah matamu di neraka." Gumam pemudi itu sebelum satu kobaran api menyambar dari telapak tangannya, melenyapkan bangkai hingga tak bersisa barang sebutir abu sekalipun.

Satu tepukan di bahu.

"Kerja bagus, Karina." Ucap seorang pemudi lainnya yang muncul entah dari mana.

Pemudi yang dipanggil Karina itu mendengus. "Menghabisi para bajingan ini lama-lama membuat indera pengecapku mati rasa."

"Berhentilah mengeluh. Biar bagaimanapun dirimu semasa hidup dulu tidaklah lebih baik daripada si penjahat kelamin itu."

"Berhenti membuatku mempertanyakan masa laluku jika kau tidak berniat memberitahu apapun tentang dosaku, Giselle."

Dua pasang mata berwarna merah pekat itu beradu pandang. Meski tak lama suara pemudi yang diketahui bernama Giselle itu kembali mengusik kesunyian kemudian disusul langkah kakinya yang menginjak dedaunan gersang. "Ayo ikut aku berburu."

Karina hanya menatap jengah punggung Giselle yang tampak kian menjauh sampai pada akhirnya pemudi itu berhenti dan membalik badan. Sudut bibirnya sedikit terangkat menyungging sarkas mengisyaratkan bahwa Karina akan kehilangan banyak santapan lezat malam ini jika tidak mengikuti. Karina tau ke mana pemudi itu akan pergi. Oleh karena itu ia bersumpah serapah dalam hati, meski pada akhirnya menyentak tudung hoodie-nya menutup kepala— memutuskan untuk mengikuti.

Benar. Karina dan Giselle merupakan dua dari ratusan makhluk penghisap darah yang tersisa. Kaum yang mungkin keberadaannya hanya dianggap mitos atau cerita fiksi belaka.

Kaum vampir.

Tak pernah ada yang menyangka, dibalik segala kelap-kelip kota Seoul yang mencolok, dan segala kemegahannya yang elok, ada satu kaum yang hidup menenggelamkan diri dalam sisi gelapnya.

Diam-diam mereka hidup berkeliaran, menghisap darah untuk bertahan. Namun mereka tak bisa berburu sembarangan. Hukum dalam dunia mereka akan selalu mengekang. Hanya yang berbau noda lah yang pantas dihabisi. Sedangkan yang berbau suci hanya akan menjadi hidangan berjalan yang sepatutnya dijauhi.

Mereka menyangga usia dari dosa manusia. Selama manusia masih membuat dosa, mereka akan selalu ada.

Secara alami kaum mereka terbagi. Ada yang hidup sepanjang kekekalannya sebagai makhluk yang menyucikan, para penuntut dosa. Dan ada yang hidup sepanjang kebangkitannya sebagai makhluk yang disucikan, para penebus dosa.

Para penuntut dosa terlahir sebagai vampir murni, keturunan asli dari kaum. Hidup dengan usia yang kekal, dan tiap-tiap dari mereka akan membangkitkan satu manusia pendosa yang telah mati untuk dihukum; seorang penebus dosa.

Para penebus dosa hidup dalam jiwa yang baru dalam raga yang mati. Mereka tak ayalnya seonggok mayat yang dibangkitkan dengan ingatan kosong. Mau tidak mau, suka tidak suka, mereka diwajibkan mengabdi pada dunia gelap dalam sebuah penebusan; memangsa manusia pendosa sebagai penghapus dosa mereka di masa lampau.

Dalam artian, para penebus dosa akan selalu terikat dengan para penuntut dosa-nya.

Karina masih ingat bagaimana saat itu ia terbangun dengan ingatan nihil, dan menemukan seorang pemudi bernama Giselle yang mengaku 'akan menghukumnya atas serangkaian dosa yang ia perbuat semasa hidup sebagai manusia'. Giselle mengatakan bahwa ia lima ratus tahun lebih tua darinya. Dan sebagai bagian baru dari kaum, pemudi itu mulai mengajarinya mengenai hukum dunia gelap, dan memanggilnya dengan sebutan Karina Yoo sebagai satu-satunya identitas.

Naluri manusianya yang masih kentara kala itu sempat membuat Karina tersiksa, namun lambat laun ia pun terbiasa. Hidup dalam kematian tanpa penyesalan. Meski di usianya yang ke-dua tahun ini, masih ada satu hal yang tak ia pahami.

Kenapa para penebus dosa dibangkitkan untuk menebus dosa yang tak mereka ingat?

Sekalipun Giselle berulang kali mengatakan padanya bahwa hanya penuntut dosa lah yang boleh tau tentang hutang penebus dosa nya, dan hanya mereka lah yang tau kapan hutang itu terlunasi. Tapi rasa penasaran yang terus mengalir dalam nadinya yang tak berdenyut itu membuat Karina mengeluh, walau hanya sesekali.

°~°~°

Ada banyak tempat yang biasanya menjadi sarang manusia untuk berbuat dosa. Misalnya seperti tempat yang tengah mereka datangi saat ini; sebuah club bar yang berada di salah satu hotel berbintang lima di tengah kota. Tempat yang Karina ketahui menjadi kesukaan Giselle.

Karina hanya meneguk wine sembari merotasikan bola matanya malas begitu mendapati Giselle tengah asik bercumbu dengan salah satu pelacur di sudut ruangan. Hiruk-pikuk lautan manusia yang berdansa mengikuti ketukan musik yang menggelegar seolah tak dapat mengusik dunia mereka yang sudah berada di atas awan. Meskipun Karina tau bahwa gadis yang menjadi incaran Giselle itu sudah dipastikan tidak akan melihat hari esok, tetap saja itu tidak bisa menghilangkan pemikirannya yang sedikit menohok.

Terkadang melihat perangai Giselle membuat Karina meragukan moral kompas kaumnya sendiri. Mereka selalu mengatakan bahwa kaum vampir berada di kasta yang jauh lebih tinggi daripada manusia. Mereka menganggap bahwa melenyapkan para pendosa dari muka bumi merupakan tugas mulia yang diembankan Tuhan pada kaum mereka. Namun apa bedanya mereka dengan manusia jika memangsa seorang pendosa membuat mereka menikmati dosa itu sendiri?

Sebuah ironi yang tak bisa Karina mengerti.

Itulah mengapa tiap kali Giselle mengajaknya pergi berburu, Karina hanya akan terduduk lama meneguk wine menghabiskan waktu. Meski tak bisa dipungkiri bahwa beberapa pelacur yang terkadang menghampiri membuatnya cukup tergoda, itu takkan bisa mengubah prinsipnya yang lebih memilih berjalan mengelilingi kota di tengah malam mencari pelaku pemerkosaan di dalam gang. Bagi Karina terkadang dipuja sebagai sosok penolong oleh korban dapat menyuapi egonya yang tinggi meski hanya berstatus sebagai pendosa yang dihukum mati. Mungkin itu yang membuat kematiannya jadi memiliki arti dua tahun belakangan ini.

Bosan, Karina mencoba menutup matanya mencari ketenangan. Berusaha menenggelamkan irama musik yang mengusik pendengaran dengan membaui darah manusia yang menyebar di seluruh penjuru ruangan.

Amis.
Semakin banyak dosa seorang manusia, semakin amis bau darahnya. Dan semakin amis baunya, maka semakin mudah bagi mereka untuk mengontrol emosi dan pikiran mereka.

Dan sebaliknya, semakin suci seorang manusia, semakin manis bau darahnya. Dan semakin manis baunya, maka semakin sulit bagi mereka untuk mengontrol emosi dan pikiran. Manusia suci adalah kelemahan. Itulah mengapa manusia suci adalah makhluk yang mereka jauhi.

Ketenangan Karina tak berlangsung lama ketika seorang gadis pelacur tiba-tiba datang dan terduduk di sofa di sampingnya.

Ah, sial.

Si pelacur duduk terlalu dekat hingga Karina dapat merasakan dada gadis itu menempel pada lengan kirinya. Dan dengan lancang gadis itu meletakkan tangan kiri Karina di atas pahanya yang tak cukup tertutupi oleh mini dress yang ia kenakan.

"Kamu terlihat kesepian. Ingin aku temani?"

Sial. Sial.

Karina dapat merasakan bulu kuduknya berdiri oleh rayuan yang dibisikkan gadis itu di telinganya. Namun bukan itu yang membuat dirinya mengumpat.

Kedua taringnya mendesak muncul dari bilah bibirnya. Dan Karina yakin kedua netranya pun seketika telah berubah warna menjadi merah.

Manis.

Darah gadis itu terlalu manis.

Untunglah tudung hoodie yang Karina kenakan membuat gadis itu tak bisa melihat wajahnya. Dan untungnya lagi gadis itu tak lama kemudian pergi dari di sisinya ketika Karina merasakan secarik kertas diselipkan di telapak tangannya. Terdapat tulisan singkat yang dibubuhkan di atas kertas itu.

Winter Kim.
508.

Karina terdiam cukup lama. Ini trik biasa yang digunakan pelacur untuk mengundang 'klien' ke kamarnya. Namun bukan itu yang mengusik pikirannya.

Aroma gadis itu manis. Bahkan terlalu manis. Bagaimana bisa seorang pelacur memiliki aroma yang begitu suci?[]

Unregretful Sin [jmj]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang