Promise

378 33 4
                                    

"Aku... butuh waktu untuk memutuskan." Wanita bermata kucing berkata lirih tanpa memandang yang lebih tua.

"Bukannya udah jelas? Kamu tinggal kasih tanda tangan, dan selesai." Sang lebih tua berkata dengan tegas.

"Satu minggu."

Perkataan Jennie membuat Jisoo menaikkan sebelah alisnya, meminta penjelasan.

Jennie tersenyum tipis, "Kasih aku satu minggu," Ia menekan tombol di ponselnya hingga menampilkan bayangan dua tangan yang bertautan. "Dua puluh Maret pukul sepuluh lewat tiga puluh, aku akan balikin kertas ini lengkap dengan tanda tanganku." Jennie memberanikan diri mengangkat kepalanya dan mengangguk mantap.

Yang lebih tua tak langsung memberi jawaban. Jisoo menghela napas kasar. Bayangan pertengkaran hebat keduanya 2 bulan lalu tiba-tiba terlintas di benaknya.

"Yaudah, jangan terlambat!" Putus Jisoo.

"Terimakasih, aku janji--"

"Jangan katakan kata itu! Terakhir kali kamu bilang itu, kamu malah berkhianat!" Sentak Jisoo merasa sensitif dengan kata 'janji'.

Jisoo berdiri dengan kasar, "Berhentilah membuat janji, jika tidak bisa menepati." Kakinya melangkah menuju pintu keluar.

Jennie menghela napas sejenak, bibirnya sedikit melengkung kemudian beranjak dari kursi.

"Aku berjanji, Kim Jisoo! Tanggal dua puluh Maret pukul Sepuluh tiga puluh ini akan sampai ke tanganmu!" Jennie tersenyum puas setelah mengatakan kalimat itu. Sedangkan Jisoo menghentakkan kakinya kesal keluar dari cafe.

Yang lebih muda terkekeh sembari menggelengkan kepalanya pelan.

Selalu saja.

****

Jisoo melirik angka yang tampil pada lockscreen ponselnya. Tanggal 20 Maret pukul "Sepuluh lewat lima." Ucapnya pelan.

Jisoo bukan tipe orang serba mepet, ia lebih suka datang lebih awal dari rencana daripada harus melewati kesepakatan yang dibuat.

Jisoo mengendarai mobilnya dengan santai. Jarak apartemen dengan cafe tempat mereka akan bertemu tidak terlalu jauh. Hanya sepuluh menit saja.

Cafe itu menjadi saksi kisah mereka. Mulai dari pertemuan, pendekatan, hingga menjadi saksi dimana akhirnya seseorang bernama Kim Jennie melamar Kim Jisoo dengan sepasang cincin sembari berlutut.

Dan kini, Cafe itu sekali lagi akan menjadi saksi dimana keduanya akan...

Berpisah.

Sebenarnya hal yang menjadi alasan pertengkaran hebat mereka 2 bulan yang lalu bukanlah masalah besar.

Saat itu mereka berjanji untuk bertemu makan siang. Namun yang lebih muda tak kunjung datang, hingga malam tiba ia melihat Jennie pulang dengan keadaan mabuk.

Jisoo tak suka Jennie mengonsumsi minuman yang dapat merusak organ dalam itu.

Tapi bukan itu masalahnya.

Selama hampir 7 tahun mereka bersama, Jennie selalu memperlakukannya dengan baik. Mereka terkadang bertengkar, tetapi tidak sampai seperti 2 bulan yang lalu. Ia dan Jennie biasanya saling memberi ruang untuk menenangkan diri.

Namun 2 bulan yang lalu, entah karena rasa lelah yang menguasai tubuh dan dibutakan kabut amarah, keduanya saling meninggikan suara. Teriakan berbalasan di ruangan yang biasanya mereka gunakan untuk bermanja. Entah datang kekuatan dari mana, Jisoo tak sadar tangannya melayangkan tamparan. Ia bahkan masih ingat bagaimana bola mata yang biasanya terlihat cerah itu bergetar dengan kilauan kristal yang siap meluncur.

Evren (Jensoo Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang