Keesokan paginya, Akari merasa segar dan penuh energi setelah istirahat yang cukup. Meski masih sedikit lemah, ia merasa siap untuk kembali mengajar di Akademi Kuoh. Setelah mandi dan bersiap-siap, Akari mengenakan seragam gurunya dan bersiap berangkat ke akademi.
Sesampainya di akademi, suasana terlihat sedikit berbeda. Murid-murid terlihat lebih ceria, seolah-olah kehadiran Akari membawa semangat baru. Saat berjalan menuju kelas, banyak murid yang menyapanya dengan senyum hangat, Akari melambaikan tangannya untuk membalasnya.
Ketika ingin belok ke sebelah kiri, tanpa sengaja dia menabrak seseorang, membuatnya terjatuh. "Maaf apa kau baik-baik saja? Eh-Sona?" tanya Akari sambil mengulurkan tangannya.
Sona Sihtori, ketua OSIS Akademi Kuoh, yang terjatuh karena tabrakan tersebut, mendongak melihat ke arah Akari.
"Aku baik-baik saja, Sakura-sensei. Maaf, seharusnya aku yang lebih berhati-hati." Sona lalu menerima uluran tangan Akari dan bangkit dengan anggun.
"Ah, tidak perlu meminta maaf, Sona. Itu murni kecelakaan. Aku juga seharusnya lebih berhati-hati," balas Akari.
Sona mengangguk dengan anggun. "Bagaimana kondisi kesehatan Anda, sensei?"
"Aku merasa jauh lebih baik sekarang setelah beristirahat cukup" Jawab Akari.
"Kami senang mendengarnya, sensei. Jika ada yang bisa kami bantu, jangan ragu untuk memberi tahu kami," kata Sona dengan tulus. "Oh, hampir lupa. Saya ingin mengundang Anda untuk hadir di ruang OSIS sore ini. Ada beberapa hal yang ingin kami tanyakan dengan Anda."
"Baiklah, aku akan hadir di ruang OSIS sore ini" balasnya.
Sona mengangguk sopan. "Terima kasih, Sakura-sensei. Kami tunggu kedatangan Anda." Setelah itu, Sona melanjutkan jalannya, dan Akari meneruskan langkahnya menuju kelas.
Saat memasuki ruang kelas, para murid menyambutnya dengan semangat. "Selamat pagi, sensei!" teriak mereka serempak.
"Selamat pagi, semuanya," balas Akari. "Hari ini kita akan melanjutkan pelajaran sejarah Jepang. Mari buka buku kalian di halaman 50."
Pelajaran berlangsung lancar. Akari menjelaskan materi dengan antusias, memastikan setiap murid memahami pelajaran dengan baik. Ia berhenti sejenak untuk menjawab pertanyaan dan memberikan penjelasan tambahan jika diperlukan. Murid-murid tampak senang dan antusias, suasana kelas terasa hidup.
Ketika jam pelajaran hampir selesai, seorang murid bernama Haruto mengangkat tangan. "Sensei, apakah Anda sudah benar-benar pulih? Kami semua khawatir tentang Anda."
Akari mengganguk. "Terima kasih atas perhatian kalian. Saya merasa jauh lebih baik sekarang, berkat istirahat dan perhatian dari kalian semua. Jangan khawatir, saya akan menjaga kesehatan saya."
Para murid terlihat lega mendengar jawaban Akari. Setelah jam pelajaran selesai, Akari berjalan keluar dari kelas dan menuju ruang guru.
Di sana, ia bertemu dengan Natsuki yang sedang menyiapkan beberapa berkas. "Aki-san," sapa Akari.
"Aku senang melihatmu kembali, Sakura-sensei. Bagaimana perasaanmu hari ini?" tanya Natsuki dengan perhatian.
"Aki-san. Aku merasa jauh lebih baik sekarang. Istirahat yang cukup benar-benar membantu," jawab Akari.
Natsuki menghembuskan nafasnya lega. "Syukurlah. Ingat, jangan terlalu memaksakan diri. Kami semua di sini untuk membantumu."
"Aku akan ingat nasihatmu. Terima kasih sudah selalu peduli padaku." balas Akari.
Natsuki tersenyum lembut. "Tidak masalah, Sakura-sensei. Selalu senang bisa membantu."
"Sebagai ucapan terima kasih, aku ingin mengajakmu hari minggu jalan-jalan," kata Akari.
Natsuki tampak terkejut sejenak, namun kemudian tersenyum hangat. "Itu tawaran yang menarik, Sakura-sensei. Aku akan senang sekali." Mereka berdua mengatur detailnya dengan singkat sebelum kembali ke pekerjaan masing-masing.
Waktu tidak terasa berlalu dengan cepat dan sekarang sudah jam makan siang. Akari sekarang sedang memakan bekalnya di taman, namun dia melihat muridnya yaitu Hyoudou Issei sedang berjalan sambil memikirkan sesuatu.
"Issei!" panggil Akari sambil melambaikan tangan. Issei terhenti dan menoleh ke arah suara tersebut
"Sakura-sensei!" jawab Issei dengan sedikit terkejut. "Apa yang Anda lakukan di sini?" Tanya-nya.
"Aku hanya sedang menikmati makan siang di taman. Kamu kelihatan sedang memikirkan sesuatu?" tanya Akari.
"Itu..." Issei nampak ragu untuk menjawab. "Tidak perlu ragu, Issei. Jika ada yang mengganggu pikiranmu, mungkin aku bisa membantu." Kata Akari menyakinkan Issei.
Issei menghela napas dalam-dalam sebelum berbicara. "Sebenarnya, saya sedang memikirkan seseorang yang tengah mendapatkan masalah, saya ingin menolongnya namun ragu"
Akari mengangguk mendengarkan dengan penuh perhatian. "Sangat baik, Issei. Memiliki keinginan untuk membantu seseorang yang sedang mengalami masalah adalah langkah pertama yang baik. Jangan biarkan keraguan menghalangimu. Apa pun yang kamu lakukan, asalkan itu datang dari hati yang tulus"
Akari memegang pundak Issei. "Ingatlah, Issei, bahwa kita tidak selalu bisa memperbaiki semua masalah dengan sempurna. Yang penting adalah upaya dan niat baik yang kamu berikan. Kadang-kadang, sekadar menunjukkan bahwa kita peduli sudah bisa membuat perbedaan besar."
Issei mengangguk, tampak lebih lega setelah mendengar kata-kata Akari. "Terima kasih, Sakura-sensei. Aku akan mencoba untuk bertindak"
"Sangat baik, Issei. Aku yakin kamu akan menemukan cara yang tepat untuk membantunya," kata Akari.
Setelah percakapan mereka selesai, Issei mengucapkan terima kasih lagi kepada Akari sebelum kembali ke kegiatannya. Sementara itu, Akari melanjutkan makan siangnya.
"Jadi Asia sudah datang ke kota ini dan sudah bertemu Issei" batin Akari.
Setelah jam makan siang selesai, Akari melanjutkan aktivitas mengajarnya dengan semangat. Hari itu berlalu dengan cepat, dan sebelum ia menyadarinya, sudah waktunya untuk pertemuan dengan OSIS.
Setibanya di depan pintu ruang OSIS, Akari mengetuk pintunya. "Silakan masuk, Sakura-sensei," kata Sona dari dalam ruangan. Akari lalu membuka pintu dan memasuki ruang OSIS.
Di dalam Akari, hanya melihat Sona dan wakilnya Tsubaki.
"Aku senang anda bisa datang, Sakura-sensei" kata Sona dengan ramah. Akari lalu duduk di hadapan Sona.
"Apa yang ingin kalian tanyakan padaku?" tanya Akari, penasaran.
Sona membenarkan kacamata menatap Akari dengan wajah serius. "Sakura-sensei, apakah anda Kamen Rider ZI-O?"
To be continued
Untuk bulan Juli sampai November author mungkin akan kesulitan untuk update cerita ini. Karena bulan depan author harus PKL, jadi semuanya harap maklum kalau nanti update-nya ceritanya lama.
Segitu saja dari pesan author. Jangan lupa kasih bintang 🌟
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamen Rider ZI-O: World DxD
FanficSakura Akari, mendapati dirinya bereinkarnasi di dunia baru setelah kematiannya. Dunia baru ini ternyata adalah dunia High School DxD, di mana iblis, malaikat, dan berbagai makhluk supernatural hidup berdampingan dengan manusia. Namun Akari, tidak...