Melodie : 12

7.5K 712 68
                                    

Selamat membaca danSemoga suka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca
dan
Semoga suka
.
.
.
.
.

Aloisia masuk ke dalam kamarnya. Tak lupa mengunci pintunya. Menaruh lilin yang menyala itu di atas nakas. Sejak kematian Grammy dan Soleil. Keanehan terjadi. Ia ingat suara itu pernah datang. Hari di mana suara itu datang, Grammy dan Soleil meninggal. Dan saat itu juga dia kehilangan sesuatu yang paling berharga untuknya. Kalau itu hantu rasanya tidak mungkin. Dan kalau itu manusia rasanya aneh. Karena dia sangat gesit. Ia harus berhati-hati. Tidak boleh tidur malam ini.

"Aroma apa ini?"

Indra penciumannya menghirup aroma yang begitu wangi. Aromanya lembut dan yang paling penting membuatnya begitu tenang. Beban di kepala rasanya sudah menghilang.
Aloisia tak kuasa untuk membuka matanya lagi. Aroma ini membuat dirinya mengantuk. Tak lama kemudian. Ia sudah terlelap. Masuk ke dalam mimpi.

Di dalam gelapnya kamar. Hanya ada satu cahaya lilin sebagai penerang. Sebuah punggung pria berjalan mendekati seorang gadis yang sedang tertidur pulas di atas kasurnya. Pria ini naik ke atas kasur. Mengelus pipi Aloisia yang sedang tertidur pulas.

Pria itu tertawa kecil. "Middora Sia. Aloisia Anemone. Sei Mia."

Tangan kekar pria itu mulai melucuti satu-persatu pakaian yang di pakai Aloisia. Membuat tubuhnya tak di tutupi sehelai benang pun. "Beautiful."

Pria itu menyentuh dagu Alosia. Mendekatkan wajahnya untuk menyatukan kedua bibir mereka. Lidah pria itu turun ke leher jenjangnya. Mempekat kembali warna  merah muda di sana. Ibu jarinya memainkan puting merah muda yang kelihatan segar itu. Lidah pria itu merasakan setiap inci kulit mulus Aloisia. Mewarnainya di setiap titik tertentu.

Pria itu turun ke bawah— Membuka selangkangan Aloisia lebar-lebar.

"Nnggghhh ... Aaaahhhhh ..."

Aloisia membuka matanya sedikit. Rasanya ada sesuatu yang menggelitiknya di bawah sana. "Siapa?" Matanya terasa berat untuk terbuka. Ini di akibatkan dari aroma yang masuk ke dalam hidungnya.
Dia merasa ada sebuah benda kenyal dan basah yang berada di bagian bawahnya.

"Nnggghhh ... Aaaaahhhhhh ..."

"Ooohhhh ... Apa ini mimpi? ..."

Aloisia meremas seprainya. Ia tidak tahan. Sensasi ini membuat area kewanitaannya ingin menangis.

"Mmmhhhhhh ... Aaaahhhhh ..."

Selepas Alosia mengeluarkannya. Pria itu naik dengan perlahan. Menindih tubuhnya.

Gelap, cahaya lilin tak mampu membuat Ia bisa melihat wajah di atasnya itu dengan sempurna. Di tambah aroma aneh yang terus saja membuat kedua matanya ini tak bisa terbuka dengan lebar. 

Melo-die [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang