𝗕𝗔𝗕 𝟬𝟭

120 37 9
                                    

Mentari pagi menjalar lembut melalui celah-celah dedaunan, menyuntikkan kehidupan ke dalam desa kecil yang tersemat di hadapan bukit-bukit perindu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mentari pagi menjalar lembut melalui celah-celah dedaunan, menyuntikkan kehidupan ke dalam desa kecil yang tersemat di hadapan bukit-bukit perindu. Andini, sebuah nama yang mewah, kini kembali dengan jejak kenangan lama yang menggetarkan hati dan pikirannya. Wanita muda itu merasakan kehangatan matahari pagi yang merangkulnya dengan penuh kelembutan, sementara aroma tanah bermandikan embun menjadi saksi bisu atas kembalinya sang perantau dengan segala rindu dan tanda tanya yang menghiasi benaknya. Di setiap sudut desa, kenangan masa lalu berdenting seperti lonceng yang menggema, membawa Andini pada perjalanan batin yang memeluknya erat, tak ubahnya pelukan desa yang selalu menanti.

Kampung Pananjung, yang terhampar di pelukan lembah di lereng Gunung Merapi, menyuguhkan panorama alam yang memesona dengan sawah berhijauan yang melingkar luas dan sungai yang mengalir tenang, menghadirkan ketenangan alam yang memukau. Namun, bagi Andini, keindahan kampungnya berbicara lebih dari sekadar keindahan visual. Di sana, di balik gemerlap sawah dan gemerisik sungai, ia menemukan kedalaman makna kebudayaan yang selama ini selalu mengembun di benaknya, merangkulnya dengan kehangatan seni dan warisan nenek moyang yang selalu hadir dalam setiap ritme kehidupan kampung. Tiap jengkal tanah, tiap desiran angin, dan tiap nada gamelan yang mengalun halus membawa Andini pada perjalanan jiwa yang sarat dengan nilai-nilai luhur dan kenangan yang abadi.

HUJAN DI BALIK PANANJUNG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang