Aku membawa Mas Teddy naik ke lantai dua menuju kamarku. dikamar ini aku dan Mas Teddy begitu canggung dan kaku.
Kamar ini dimana dia pernah merenggut kesucian ku secara paksa.
Aku membawanya duduk di sofa. dia hanya diam tetapi tatapannya tak lepas kepadaku, sehingga aku menjadi serba salah.
Aku berusaha untuk mengalihkan pandangan agar perasaanku tetap aman.
"Sebentar ya mas, aku mau ambil kotak obat."
Dia mengangguk dan sedikit meringis sembari menyandarkan tubuhnya, terlihat wajahnya masih lebam kebiruan pasti sangat ngilu dan sakit.
Aku segera turun kebawah untuk mengambil perlengkapan pengobatan, ku ambil es batu yang ada di freezer, kotak obat juga ku letakan di atas nampan yang akan ku bawa ke atas.
Dan aku meminta bibi untuk menyediakan makan malam Mas Teddy.
Saat aku masuk ke dalam kamar, aku melihat dia tertidur secara pulas. Aku pun hanya bisa menghela nafas dan berjalan menghampirinya.
Dengan perlahan aku meletakkan nampan yang berisi perlengkapan obat di atas meja.
Dan sangat hati hati aku duduk di sisinya, aku mengamati wajah tampan yang kini sedang cedera karena kena amukan Bapak mertuanya sendiri.
Rasa sedih yang tak bisa aku utarakan saat melihat keadaannya.
Lama aku termenung sendiri, aku tidak ingin menganggu tidurnya, mungkin dia begitu lelah tentu saja lelah fisik tidak seberapa.
Tetapi lelah hati dan pikiran yang membuat dia lebih memilih untuk tidur agar keluar dari fakta kenyataan yang ada.
Aku mencoba untuk menunggu dia hingga bangun, tetapi aku tidak bisa menahan kantuk yang tiba tiba menyerang ku.
Airmata yang sedari tadi aku keluarkan membuat ku begitu mudah untuk terlelap sehingga tidak sadar lagi.
Aku terbangun dan menatap sekeliling ruangan, dan aku merasakan tubuhku begitu hangat terbalut selimut tebal. Bukankah tadi aku duduk di sofa?
Aku segera mengedarkan pandangan untuk mencari sosok pria yang tadi ingin aku obati lukanya.
Ah, Aurora kenapa kamu yang jadinya tertidur.
Aku tak melihat Mas Teddy ada di ruangan itu, segera aku duduk dan perlahan turun dari tempat tidur, aku melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul lima pagi.
Ya ampun ternyata aku tidur sudah cukup lama, pasti dia yang memindahkan ku ke atas tempat tidur.
Saat aku hendak menuju kamar mandi, aku mendengar gemericik suara air menandakan ada orang di dalam sana.
Aku memilih untuk duduk di sofa sembari menunggu Mas Teddy keluar dari kamar mandi.
Tak berselang lama terdengar pintu kamar mandi terbuka, aku melihat Mas Teddy keluar hanya mengenakan handuk yang melilit di tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istriku Anak Jendral
RandomSeorang polisi harus menikahi putri dari jendral yang menjadikan ajudan. dengan kejadian yang tak terduga dan tanpa ia ketahui siapa orang yang telah menjebak dirinya. "Ini semua kerjaan kamu kan? kamu sengaja melakukan hal ini padaku!" sentak Auro...