Melodie : 15

8.1K 779 75
                                    

Selamat membaca danSemoga suka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca
dan
Semoga suka
.
.
.
.
.

Musik itu sudah berhenti. Orang-orang berlarian keluar— Menjauh dari gedung-gedung tinggi. Aloisia juga ikut berlari. Dia segera menghubungi Ettore dan Novelle. Ia belum menceritakan soal ini pada mereka. Nomor tidak dapat di hubungi. Aloisia berlari sejauh mungkin. Hingga — BOM! Ledakan terjadi. Ledakan itu membuat bumi bergetar. Aloisia melihat gumpalan asap dari jauh. Ia segera berlari menuju tempat itu. Bukan rumah warga sipil, katedral ataupun rumah sakit. Melainkan tempat gym. Tempat Ia meluapkan amarahnya. Pertama kali Ia berkunjung dan tempat itu sudah hancur lebur. Menjadi puing-puing bangunan.

Pria pemilik gym hanya bisa menangis melihat tempat usahanya hancur berkeping-keping. Untunglah kejadian kali ini tidak memakan korban jiwa.

Tak lama kemudian datanglah mobil-mobil polisi bersama mobil pemadam kebakaran. Mereka datang dengan cepat karena sudah terbiasa siaga. Tak lama kemudian. Datanglah dua seniornya, Ettore dan Novelle.

Novelle dengan wajah khawatir langsung memeluk tubuhnya dengan erat. "Middora Sia. Syukurlah kau baik-baik saja!"

Pemadam kebakaran memadamkan api dan para polisi memasang police line. Para warga berkumpul melihat gym sebesar itu hangus di lahap api.

"Kau tahu Middora? Aku mendengar musik misterius yang membuat ku tak bisa bernapas. Setelah itu aku dengar terjadi ledakan di dekat tempat mu." Novelle melepaskan pelukannya.

"Aku juga mendengarnya. Rasanya tenggorokan ku tercekik. Tidak hanya aku, tapi orang-orang juga mendengarnya. Setelah itu aku melihat mereka semua berlarian keluar gedung." Sambung Ettore.

"A--" Aloisia ingin bicara namun terhenti begitu melihat polisi yang wajahnya tidak begitu asing. Polisi itu bertolak pinggang melihat kobaran api yang melahap gedung gym. Aloisia menjauh dari Ettore dan Novelle. Berjalan menghampiri pria itu. "Uncle Corn!" Panggilan.

Polisi yang di panggilnya itu langsung mengerahkan matanya untuk melihatnya. "Sia? Itu kau? Aloisia Anemone?"

"Uncle Corn!" Aloisia memeluk pria itu. Cornelius atau yang biasa dia panggil Uncle Corn adalah teman ayahnya bekerja. Saat itu Uncle Corn masih menjabat sebagai bawahan ayahnya. Ia sudah sering bertemu pria itu sejak kecil.

"Sia! Bagaimana kabar mu dan ibu mu?" Tanyanya begitu pelukan mereka terlepas. Sejak kematian ayahnya. Mereka tidak pernah bertemu lagi. Karena di saat itulah. Kasus ini datang.

"Ibu ku baik-baik saja Uncle. Sudah lama sekali aku tidak melihat mu. Syukurlah kau masih hidup."

"Sia! Milan tidak aman. Apa yang sedang kau lakukan di sini? Kalau aku tahu kau berada di sini. Aku pasti sudah memindahkan mu."

Aloisia menggeleng pelan. "Tidak paman. Justru aku di sini karena menerima tugas."

Cornelius mengangkat topinya singkat. "Senora Ettore, Senora Novelle. "

Melo-die [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang