2

23 3 0
                                    

.
.
.

"Jakarta itu dimana?? kamu sedang di trowulan nduk" Pernyataan itu membuat sedikit tersentak, pertanyaan mulai muncul di benak ku.

"Bu, Maaf sekarang tahun berapa ya?" Aku bertanya dengan suara bergetar.

"1318"

...

"T-tidak ini tidak mungkin, apakah ini Prank? oh, ayolah dimana kameranya" Tanyaku dengan santai, walaupun sebetulnya aku sama sekali tidak santai.

"Kau berbicara kata aneh lagi, kamera?preng? preng apa itu?" Kali ini wanita itu bertanya dengan muka curiga, seakan dia sedang menebak-nebak asal ku.

Aku hanya bisa menghela nafas, mungkin ini saatnya aku jujur, "Saya berasal dari 2024 bu, saya juga tidak tau mengapa saya ada disini. Sekarang saya ga punya tujuan mau kemana, disini saya tidak ada tempat tinggal"

Jawabku dengan muka sedikit memelas, aku berharap ibu ini berbaik hati membiarkan ku tinggal dirumah nya.

Wanita itu menatap ku dengan muka khawatir sekarang. Ah, apa dia sedang waspada terhadap ku??

"Ibu tidak percaya? Saya bisa membuktikannya, dan ingat, saya tidak mempunyai niat jahat atau apapun itu, oke-ah maksud saya ya?" Ucap ku, Aku mengeluarkan handphone dari saku celana ku, dan memperlihat kannya jam yang ada di tangan ku.

"Apa ini?" Tanya nya dengan nada khawatir dan waspada.

Aku menjelaskan kegunaan handphone dan benda yang ada di tangan ku, serta nenceritakan awal mula aku bisa terdampar ke masa lalu. Argh, aku tidak busa percaya hal ini, hidup ku benar-benar random.

"Kakau kamu tidak keberatan, kamu bisa tinggal disini sampai kamu balik ke masa mu. Oh ya, panggil saya senyaman kamu aja ya nduk, Ibu juga punya anak lelaki berumur 17 tahun, dia sedang berada di kadewaguruan, biasanya dia pulang saat malam" Ucap Wanita itu dengan senyum tulus.

Aku sebenarnya terkejut karena dia menawari orang asing tinggal di rumahnya, tetapi disisi lain aku bersyukur bisa mempunyai tempat tinggal.

.
.

Hari mulai sore, aku sudah mengganti pakaian ku dengan jarik sebenarnya jarik sungguh tidak nyaman, argh aku ingin mengenakkan celana bahan ku kembali.

"Nduk, kamu ikut ibu mencari tanaman obat di hutan ya?"

Ah, apakah aku harus ikut? seperti nya harus, lagi pula ini kesempatan bagus untuk mengenal tempat ini.

"Ya, aku akan ikut, tapi mengapa kita mencari tanaman obat? bukankah tidak ada yang sakit,?" Tanyak ku, memulai obrolan di perjalanan.

"Sebenarnya ibu adalah seorang tabib di kerajaan, besok ibu harus kesana karena ada beberapa urusan. Apa kamu mau ikut?"

Ouh, aku sedikit kaget dengan pernyataan nya, kukira ia hanya seorang wanita biasa, ternyata seorang tabib.

"Oh, benarkah bu? itu sangat mengesankan, apa ibu ingin tau pekerjaan ku di masa depan?" Tawar ku, aku hanya ingin lebih terbuka padanya, bagaimana pun dia penolong ku.

"Jika kamu tidak keberatan, boleh saja"

"Okey, baiklah aku akan menceritakannya" Oh, aku sangat senang ketika menceritakan sesuatu pada seseorang.

"Aku adalah seorang anak tunggal, aku mengenyam pendidikan hingga kuliah S1, di masa depan pendidikan itu sangat penting!! aku mengambil jurusan kedokteran, dan saat lulus aku sangat BAHAGIAA, belum selesai disitu aku mengambil kursus untuk mendapatkan sertifikat dan surat izin untuk menjadi dokter kecantikan." Ucap ku dengan panjang lebar.

Luna's Story || ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang