3

24 2 0
                                    

.
.
.

Ah, apakah dia berfikir aku akan melakukan macam-macam. Ini sangat menyebalkan padahal aku berniat membalut lukanya yang sudah ku bersihkan, bahkan aku mengorbankan air minum ku.

"Aku akan membalut lukamu" Jawab ku, sedikit ketus.

...

"Sudah selesai"

"Ah ya, terimakasih" Balas pria itu.

Sekarang aku akan melanjutkan mengumpulkan jahe. Rambut ku rasanya tertarik karena sejak tadi rambut ku di sanggul, Lain kali akan ku gerai atau akan ku ikat saja.

Omong-omong pria itu masi bersandar di batang pohon, apa aku harus memulai pembicaraan?? baiklah aku akan memulai nya.

"Mm mengapa kau masi berada disini?" Ucap ku, memulai pembicaraan.

"Apa tidak boleh?"

"Ah tidak, maksudku apa kau tidak pulang ke rumah mu?? lebih baik kau cepat pulang, karena luka itu harus diobati lagi dengan benar" Jelas ku padanya, sepertinya dia berasal dari kerajaan, dilihat dari pakaian nya yang lebih mewah dari warga biasanya.

"Apa kau tidak berniat membantu ku, menuju rumah ku? sangat jelas kaki ku terluka dan aku tidak bisa berjalan dengan benar"

Ah, apa-apaan ini jelas-jelas aku sudah mengobati lukanya bahkan aku merobek jarik yg dipinjam kan ibu, air minumku juga sudahku korban kan. Apakah ini definisi 'Dikasih hati, meminta jantung' ??

"Nduk, kamu sedang mengobrol dengan siapa?" Tiba-tiba saja ibu muncul.

"Ah, ini ada seorang pria terluka, jadi tadi aku menolong nya mengobati luka di kakinya," Jelas ku pada ibu.

Ibu hanya mengangguk-angguk mendengar cerita ku, Lalu melihat pria yang aku cerita kan.

Disaat ibu hendak melihat pria itu, tiba-tiba saja ibu berlutut.

"Luna" Ucap ibu melihatku.

Aku terdiam sesaat, Apa ini maksudnya? Aku hanya menatap ibu bingung,

"Berlutut, Luna!"

"Ah, i-ya"

"Mohon maaf yang mulia, anak ini baru saja menginjakkan kaki di trowulan."

'Yang Mulia' Ya tuhan apa-apaan itu, argh aku sangat menyesali perbuatan ku. Haruskah aku sujud untuk meminta maaf?

"MAAF KAN AKU YANG MULIA" Sepertinya suara ku terlalu keras?

.
.
.

Hari sudah mejelang malam, aku sudah membersihkan diri di sungai bersama ibu. Jujur saja aku sangat tidak nyaman mandi di sungai, walaupun airnya jernih aku merasa tubuh ku belum bersih karena tidak memakai sabun.

"Bu, aku sudah pulang"

Tiba-tiba seorang lelaki membuka pintu, ah apakah itu anak lelaki yang ibu ceritakan?

Ibu keluar dari dapur dan menuju pintu utama rumah, "Ayo, sini duduk dulu"

Lelaki itu menatap ku bingung, lalu menatap pada ibu nya, seakan menunggu ibunya menjelaskan.

"Lingga, ini mbak Luna, ibu ketemu dia di kebun belakang dia juga akan tinggal disini untuk sementara setelah itu melanjutkan perjalanannya."

"Nama mbak Luna Maylaura panggil saja 'Luna', umur mbak 23 tahun" Ucap ku memperkenalkan diri.

"Eh i-iya mbak, saya Lingga Lakeswara, panggil saja 'Lingga"

"Kalau begitu ibu ke dapur dulu ya, menyiapkan makan malam, kalian tunggu saja disini." Ucap ibu, lalu meninggalkan ku berdua bersama Lingga.

"Anggap saja aku mbak mu ya, omong-omong kamu umur berapa" Tanya ku memulai pembicaraan.

"Saya 17 tahun mbak, kalo mbak asal mana, kulit mbak cerah sekali rambut mbak juga terlihat seperti bangsawan" Balasnya dengan banyak pertanyaan.

"Aku berasal dari daerah yang jauuuuh sekali, walaupun ku kasi tau juga kamu pasti ga akan tau Ling"

Lingga hanya mengangguk-anggukan kepala nya hingga ibu pun sampai membawa makanan.

"Ayo-ayo dimakan," Ajak ibu.

"Iya bu"

Aku mulai mengambil nasi, dan lauk yang tersedia.

"Di daerah mu, makanan nya seperti apa nduk?"

Bagaimana aku menjelaskannnya, mereka akan curiga kalau aku menjawab makanan yang berada di daerah ku sama dengan yang disini, toh ini sama-sama di Indonesia.

"Mm, makanan ku sedikit mirip dengan makanan yanga ada disini, tetapi di asal ku banyak makanan dari daerah lain, seperti makanan dari barat." Jelas ku panajang lebar.

"Wah, benarkah? apa mbak pernah makan makanan barat?" Tanya Lingga dengan mata berbinar dan rasa penasaran.

"Sangat sering" Ucap sembari memasukkan sesuap nasi ke dalam mulut.

"Apa mbak bisa masak makanan nya?"
Tanya Lingga, sepertinya ia sangat ingin mencoba makanan barat.

"Bisa, nanti kalau ada waktu mbak masakin"

Tak terasa sudah 30 menit waktu berlalu, kami sudah selesai makan malam, kini aku sedang duduk di depan rumah sembari menatap langit.

"Eh, mbak kenapa di luar, di dalam saja mbak diluar banyak nyamuk" Ucap Lingga menghampiriku.

"Gapapa pengen aja, ternyata langit malam indah banget ya, mbak baru sadar. Kalau lagi bengong kaya gini mbak jadi kangen keluarga Ling"

"Tenang aja mbak, mbak bisa anggap aku sama ibu keluarga mbak juga kok. Oh ya, tadi kata ibu besok mba ikut ibu ke istana"

"Hah, kenapa?" Tanyaku dengan sedikit panik, apakah aku di panggil karena kejadian tadi siang?

"Mana aku tau, tanya saja langsung ke ibu mbak"

"Hadeh, yaudah lah gapapa. Omong-omong kamu tadi siang lagi di kadewaguruan ya? disana tuh melakukan apa saja Ling?"

"Aku disana belajar tentang agama mbak."

"Tentang agama aja, kamu belajar tentang ilmu pengetahuan alam, tidak?"

"Iya, mbak aku disana belajar agama saja."

"Kamu mau mbak ajarin ilmu pengetahuan alam, tidak Ling?"

-Bersambung-

BYEBYE GUYS, Nanti perkiraan chp 5-6 ml nya bakal muncul lagiii

BYEBYE GUYS, Nanti perkiraan chp 5-6 ml nya bakal muncul lagiii

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Luna's Story || ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang