09

87 14 4
                                    



***

Sudah lima menit, saat Yoongi mengetuk pintu kamar Dahyun malam-malam setelah kepulangannya tapi tidak ada jawaban, rasa rindunya meletup-letup untuk wanita itu dan ia gelisah kenapa Dahyun tidak menbukakanya pintu.

"Dahyun?"

Panggilnya setengah berbisik, meraih ganggang pintu tapi ternyata kamar wanita itu tidak dikunci, ia membukannya, tidak menemukan Dahyun membuatnya sedikit merenggut, pantas saja tidak ada balasan sedari tadi.

Mendesah pelan, tasnya belum ia simpan di kamarnya sendiri saat Yoongi berjalan menuju tempat di mana ia berpikir Dahyun ke sana, ia membuka pintunya perlahan hanya untuk melihat wanita itu yang tertidur, nampak meringkuk, dengan syal serta alat rajut yang berserakan di atas karpet bulu.

Dengusan Yoongi keluar, ia mendekat, melepas ranselnya, saat satu lututnya menyentuh karpet, menatap Dahyun yang nampak nyenyak, Yoongi ikut tidur di belakang punggung wanita itu, dan tangan kekarnya melingkari Dahyun, menariknya mendekat, membuat Dahyun agak terkejut dari tidurnya, wanita itu membuka mata tapi tidak memprotes saat tahu itu siapa.

"Yoongi..."

Yoongi tersenyum kecil menyadari Dahyun sudah terbangun.

"Dahyun, jadi pacarku saja, bagaimana?"

Dahyun hampir terbatuk dengan pertanyaan dadakan itu, ia bertahan di posisinya tanpa berani menoleh, bahunya menyentuh dada Yoongi, begitu juga kepalanya yang kini Yoongi gunakan tangannya sebagaimana bantal Dahyun.

"Dahyun?"

"Yoongi-ah, kau serius?"

"Menciummu, memelukmu, tidak cukup agar kau tahu aku jatuh cinta padamu?"

Rona merah menyembur keluar di pipi Dahyun, syukurnya Yoongi tidak bisa melihat.

"Apa kau langsung ingin menikah, boleh saja.."

Sikuan Dahyun di perut Yoongi membuat lelaki itu tertawa pelan.

"Kau belum menjawab."

"Memangnya kau pikir aku akan menolak?"

"Tidak, sih."

Kini giliran Dahyun yang terkekeh, ia mengelus tangan Yoongi yang melingkar di perutnya, membuat lelaki itu mendengus kesenangan karena gerakan kecil nan manis itu,

"Jadi, sekarang kau pacarku, kan?"

"Iya..."

Balas Dahyun lagi, di belakang Yoongi tersenyum kesenangan, membenamkan wajahnya di rambut Dahyun, lalu menutup matanya, ia agak kelelahan, tapi rasa antusias untuk bertemu dengan Dahyun mengalahkan itu. Jantungnya berdebar-debar, bahkan mungkin Dahyun bisa merasakan deru nafas nya yang agak tidak stabil karena perasaan senang.

"Jangan tidur di sini, Yoongi-ah..."

Keluhan terdengar, Yoongi semakin mengencangkan pelukannya.

"Tidak papa..."

"Aku yang nanti dimarahi jika tertidur di sini."

Mendengus, dengan ketidakrelaan Yoongi melepas pelukannya, ia menguap pelan, mengubah posisi menjadi duduk begitu juga dengan Dahyun.

"Kau nampak kelelahan, kenapa tidak istirahat dulu, sih?"

"Maaf, aku hanya tidak sabar bertemu denganmu."

Kedua bola matanya berputar seolah ia kesal tapi, pipi Dahyun tidak bisa berbohong jika rasa senang hadir atas jawaban Yoongi. Kedua tangannya bergerak membereskan barang-barangnya, termasuk alat rajut. Ia tidak tahu lelaki itu akan sampai malam ini, karena perkiraannya besok pagi, sementara syal Yoongi yang sudah jadi lebih dulu, berada di kamarnya, kemungkinan akan ia berikan besok.

Dear Dahyun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang