2.

183 23 4
                                    

Keana menggaruk kepalanya yang tidak gatal, berusaha agar tidur secepatnya. Tetapi Keana tak bisa, sudah hampir jam satu malam, Matteo belum pulang. Pesan yang dikirim Keana pun tak di balas Matteo.

Sayangnya saat ia mengirim pesan kembali, semua nya centang satu dan foto profil bergambar Moana saat bayi itupuh menghilang. Padahal sebelumnya suaminya itu dapat ia lihat online, Matteo memblokirnya, jahat sekali pria itu, Keana terkekeh pelan.

Keana hanya bisa tersenyum tipis, memang harus seperti apa? Apa yang bisa di harapkan dari suaminya, lagi pula Keana juga sadar diri.

Terdengar suara mobil dari bawah, dengan bergegas Keana bangun dari tempat tidur dan berlari ke bawah, membuka pintu depan.

Sayang nya wajah tak bersahabat suami menyambutnya, walau Keana tersenyum lebar pada Matteo.

Tanpa kata Matteo melewati Keana begitu saja setelah melihat sekilas wanita itu.

Keana dengan senyum tipis mengikuti Matteo yang berjalan ke arah kamar mereka.

Saat di kamar dapat Keana lihat Matteo yang langsung merebahkan diri bahkan tanpa melepas jaz dan sepatu nya. Keana dengan hati-hati melepaskan itu semua, dengan sangat pelan, takut jika Matteo akan terganggu karena dirinya.

Setelah selesai dengan semuanya, Keana merebahkan diri di samping Matteo, sebelum tidur Keana menatap wajah tampan suaminya itu. Rasa ingin memeluk sangat besar, tetapi Keana merasa lebih baik memendamnya, daripada tiba-tiba ditendang Matteo, kan tidak lucu.

Keana menggoyang pelan badan Matteo, berusaha membangunkan pria itu, Keana tak ingin sang suami nantinya akan terlambat bekerja.

Matteo perlahan-lahan membuka matanya, Keana yang melihat itu tak bisa menahan senyumnya.

"Ayo, mandi, setelah itu sarapan."

Matteo mengerutkan keningnya, pertanda tak mengerti. Keana menghela nafas, ia lupa jika suami nya tak mengerti. Sebenarnya Keana capek jika harus bolak-balik mengambil buku.

Dengan langkah cepat Keana mengambil buku yang ada di meja riasnya. Ia mulai menuliskan kata demi kata.

"Ya." Jawaban singkat Keana dapat setelah Matteo membaca kalimat tersebut.

Keana mengangguk dan berjalan ke bawah, sekarang giliran Moana, sang anak Keana bangun kan.

Setelah sampai di kamar Moana, nampak sang anak yang masih bergelung dengan selimut dan bantal gulingnya.

Keana menghampiri Moana dan memeluk sang anak erat.

"Aaa mama." Teriak Moana tertahan. Keana terkekeh mendengar itu.

"Ayo, bangun, hari ini Moana sekolah loh."

Ucapan sang mama seakan-akan sihir untuknya, Moana langsung bangun walau dengan mata yang masih tertutup.

Moana mengusap-usap matanya hingga mata itu terbuka sempurna.

"Ayo, mandi." Moana mengangguk menyetujui ucapan sang mama. Dengan telaten Keana membuka pakaian Moana satu persatu.

Tiga puluh menit berlalu, barulah Keana selesai dengan Moana yang kali ini telah memakai seragam sekolah, jangan lupakan pita ungu kesayangan nya yang telah tertonggok di atas kepala.

Dengan langkah kecil yang di buat-buat menyamai sang anak, Keana tersenyum lebar sambil menggenggam tangan kecil Moana.

"Papa." Seiring teriakan itu, genggaman tangan mereka terlepas begitu saja, melihat sang anak yang berlari tanpa berhati-hati membuat Keana sontak berteriak.

Tetapi Keana langsung terdiam saat menyadari tak ada keluar suara. Keana langsung menghela nafas, jika seperti ini saja Keana tak bisa menasehati sang anak, bagaimana di masa depan nanti.

Terdengar kekehan dari Matteo yang memperhatikan semuanya, Keana hanya bisa berusaha kembali tersenyum selebar-lebarnya.

Dengan telaten Keana memberikan sarapan untuk Matteo dan Moana.

Setelah selesai dengan sang suami dan anak barulah Keana duduk dan mengambil sarapan untuk dirinya sendiri.

Lima belas menit berlalu, mereka selesai dengan sarapan nya. Keana mengambil tas Moana dari dalam kamar sang anak, dengan langkah yang cepat, karena sang anak telah berada di dalam mobil sang ayah.

Keana tersenyum tipis kepada Moana, lalu ia cium pucuk kepala sang anak.

"Dada mama, Moana pergi dulu."

"Hati-hati."

Keana kembali ke dalam rumah saat mobil Matteo tak nampak lagi dalam pandangan nya.

Keana mulai mengerjakan pekerjaan rumah yang belum ia kerjakan, mulai dari menyapu rumah, mencuci piring, dan membereskan kamar-kamar yang ada di rumah ini.

Jika ada yang bertanya kenapa tidak memakai art, jawaban nya adalah Keana merasa mampu mengerjakan nya sendiri, lagipula jika ada art mungkin Keana tak tahu akan melakukan apa, mengingat jika Keana tak memiliki pekerjaan apapun.

Dua setengah jam berlalu, Keana telah selesai dengan semuanya. Sekarang sudah pukul 11.00. Keana pikir lebih baik ia ke supermarket karena bahan makanan sudah banyak yang habis.

Dengan cepat, Keana berkemas, membersihkan diri dan memakai make up tipis. Dirasa sudah cukup, Keana memesan taksi.

Setelah dua puluh lima menit perjalanan, barulah Keana tiba di salah satu mall yang cukup lengkap menurutnya.

Tetapi tatapan Keana langsung teralihkan saat melihat seseorang seperti Matteo di salah satu cafe yang ada di mall, itu suaminya.

Keana berjalan ke arah cafe itu dan melambaikan tangan ke arah Matteo, setelah beberapa saat barulah Matteo menoleh, tetapi senyum Keana langsung luntur saat menyadari jika Matteo mengancuhkan nya. Pria itu bahkan tak membalas senyum nya sedikit pun dan memilih berbicara dengan teman nya.

Keana tersenyum tipis lalu tertawa pelan saat menyadari orang-orang menatapnya aneh. Ya, Keana memang aneh, istri mana yang di acuhkan suaminya sendiri.

Keana akhirnya menjauh dari cafe tersebut dan mulai mencari barang yang akan ia beli, mulai dari bahan makanan, peralatan mandi, dan cemilan serta buah.

Vote dan komen kalau mau lanjutttt.....

Sepotong LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang