Bab 3 - Abang?

50 24 37
                                    

Nampak 4 pemuda yang masih mengenakan sragam SMA tengah berbincang dengan raut wajah serius

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nampak 4 pemuda yang masih mengenakan sragam SMA tengah berbincang dengan raut wajah serius. Sepertinya, pembahasan mereka bukan hal main-main juga. Memang benar, bagi ke-4 pemuda itu tidak ada kata bercanda apabila sudah menyangkut seorang gadis bernama Derana.

"Ada apa dengan Mara?"

"Kalian sadar ga? Cewek itu ... sekalipun udah bully Derana seburuk apapun  selalu aman-aman aja." Ucap Ditya.

Yang lain pun mengangguki dan setuju. Memang benar, gadis itu selalu aman dari hukuman para guru seburuk apa pun kesalahannya.

"Hal lainnya lagi, cewek itu cuma ngincar Derana. Murid lain, aman-aman aja tuh sama dia." Ucap Janu ikut berargumen.

"Dia juga bukan pem-bully yang main keroyokan, yang punya antek-antek kayak di novel-novel gitu. Dia sendiri tapi bisa lebih berbahaya dibanding yang keroyokan." Lanjut Ettan menambahi.

"Dia selalu beralasan suka sama gue waktu bully Derana. Apa kalian yakin?" tanya Atma.

"Kenapa tanya gitu? lo ganteng, pinter, famous. Cewek modelan Mara udah pasti luluh sama pesona lo." Jawab Ettan.

Pemuda itu menggeleng, membantah ucapan Ettan. "Gue yakin bukan itu alasannya. Sadar atau ngga, dia ngga pernah deketin gue, ga pernah melakukan sesuatu yang menunjukkan dia suka sama gue."

"Artinya ada alasan lain yang dia sembunyikan?" tanya Ditya.

Atma mengangguk. "Gue rasa gitu."

"Masih ada permasalahan lain!"

"Apa lagi?"

"Dua orang tua yang gila kerja!"

Ditya mengeluarkan ponselnya, sedikit mengotak-atik sebelum sambungan telpon terhubung dengan Papanya.

"Assalamualaikum, Pa."

"Iya kenapa, Ditya? Ada masalah?"

"Iya. Anak gadis papa di bully lagi!"

"Anak itu? Masih hidup kan?"

"Papa bisa ga sedikit lebih peduli ke Derana? Mental dia udah hancur karena sikap Papa sama Mama, fisik dia dirusak orang lain pun kalian ga peduli?"

"Udah? Papa kira kamu mau bicara penting. Matikan saja jika mau membahas anak itu."

"Kalau Ditya yang di posisi Derana, pasti Papa ga akan diem aja kan? Kenapa Derana mesti diperlakukan dengan berbeda?"

Sambungan telpon dimatikan secara sepihak oleh Papanya. Membuat Ditya yang sudah kesal menjadi semakin kesal. Tak hanya Ditya, tiga pemuda lain yang ikut mendengar percakapan itu pun ikut merasa kesal.

"Bedebah!! Manusia Keji lo Pa!!"

"Tenangin diri lo, Dit. Kontrol emosi lo, semua akan semakin kacau kalau Derana dengar teriakan lo!"

"Jangan ajarin gue sabar!! AN--"

"Abang ayo kita sholat!"

"Gue bilang apa, sabar!" ucap Atma berisik di telinga Ditya yang tengah terdiam. Bukan! Bukan sebab bisikan Atma. Tapi suara dari seorang gadis yang baru saja datang dan memanggilnya "Abang".

Pemuda itu ... tidak salah dengar bukan?





Haiii!!
Apa kabar kalian? Sehat? Bahagia?
Jangan lupa vote dan komennya yaa!!
Salam hangat dari Zaza!! 💜💜





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang