𝐖𝐀𝐑𝐍𝐈𝐍𝐆 𝟏𝟖+ ⚠️
#𝑺𝟒 𝑲𝒚𝒍𝒆𝒓 𝑺𝒆𝒓𝒊𝒆𝒔
CERITA INI DI PENUHI ADEGAN DEWASA. ⚠️
Musik adalah suatu keindahan yang membuat pendengarnya terbawa akan perasaan. Nada-nada yang di susun sedemikian rupa. Setiap musik memiliki makna. Begitu m...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Selamat membaca dan Semoga suka . . . . .
Aloisia berbalik menatap Archie. Matanya masih terpejam. Tapi dia tahu jika dirinya ada di sini.
"Sia ..."
"Sia kemarilah ... Aku ingin memeluk diri mu."
"Kau pikir aku sudi memeluk mu?!" Katanya dengan tegas. "Aku tidak akan pernah mau bersama orang yang sudah membunuh ayah ku!"
"Sakit Sia ..."
"Sakit?! Kau tau rasa sakit?! Apa kau bisa bayangkan sesakit apa orang-orang yang mati karena ulah mu?! Ku kira pembunuh seperti mu itu tidak akan mengerti rasa sakit! Sekarang matilah diam-diam!" Aloisia menekan pintu— Menariknya untuk terbuka.
Begitu terbuka ia melihat sepasang suami istri yang tadi menyaksikan Archie tersetrum. Dialah pria yang di takuti Professore Nicolo. Ayah dari Archie. Rune D'arcy Kyler. Bersama dengan istrinya yang datang membawa pakaian ganti. Aily Dulcibel Kyler. Langkah Aloisia perlahan memundur. Dari belakang dua orang pelayan keluar dengan wajah paniknya. Namun mereka menjadi tenang begitu melihat dirinya berada di sana. Pelayan itu menundukkan kepala mereka. Berjalan pergi dari sana.
Rune dan Aily masuk. Keduanya melihat wanita yang di takdirkan untuk putra mereka. Satu-satunya orang yang akan bisa mengendalikan putra mereka, Aloisia Anemone.
Aily tersenyum melihatnya. Namun senyumnya pudar begitu melihat kaki Alosia yang tidak memakai alas. "Apa kaki mu terluka sayang?"
Aloisia mundur ketika wanita itu mendekat. Bukan dia yang Ia takutkan. Tapi pria yang berada di sebelahnya. Suami sekaligus ayah Archie. Anaknya saja sudah sekejam itu. Apalagi orang tuanya. Aloisia menatap kedua mata itu. Melawan rasa takutnya.
"Aloisia ... Tidak perlu takut. Kami tidak akan--"
"Mundur!" Aloisia menodongkan pisaunya.
Rune memeluk pinggang istrinya. Dia tidak suka ada yang bersikap kurang ajar pada istrinya. "Berani sekali kau menodongkan pisau pada istri ku."
Aily mengelus lengan suaminya. "Rune, Aloisia hanya merasa waspada." Aily tersenyum menatap calon menantunya. "Aloisia ... Tidak ada yang ingin menyakiti mu di sini. Tolong berikan pisaunya."
Suara yang lembut. Wajahnya yang begitu cantik dan anggun. Bagai bidadari surga. Ini pertama kalinya dia melihat wanita secantik ini. Matanya yang memancarkan kelembutan dan bibirnya yang memperlihatkan senyuman. Aloisia terpana namun dia tidak akan menyerahkan pisaunya. Dia hanya menyimpan kembali pisau itu.
"Aily ... Aku ingin sekali bicara dengan mu. Sebentar saja. Kau boleh membawa pisau itu kalau kau takut." Aily menadahkan tangannya.
"Anda pikir aku akan percaya begitu saja?! Alasan kalian membawa ku sini untuk membunuh ku bukan?! Kalian marah karena aku telah menusuk putra kalian!"