'10

136 16 2
                                    




•~•~•~•~•~•~•~•

Pagi di hari libur, Jerico sedang membuat sarapan untuk ia dan Seno tentunya. Seno berjalan sempoyongan menuju meja makan akibat kepalanya yang pusing.

"Lo ngapain kesini? Gua bisa nganter ke kamar lo." ucap Jerico tanpa melihat Seno.

"Gapapa, ngrepotin yang ada." ucap Seno.

Jerico yang mendengar sedikit geram, namun ia tahan karna masih pagi pikirnya.

Bruk!

Bukan Seno yang jatuh, namun Dina. Dina membuka pintu dengan tubuh yang sangat lemah dan tidak stabil untuk berdiri.

"Bunda?" ucap Seno mendekati Dina.

"Bunda! Bunda kenapa?" tanya Jerico ikut menghampiri setelah mematikan kompor.

"Hahaha, terus sayang. Hajar lubang bunda~~" ucap Dina dengan mata yang setengah tertutup serta senyuman anehnya.

"Anjing? Bunda, omongan bunda apaan sih?" tanya Jerico menepuk nepuk pipinya.

"Bang, bunda tiga hari ga pulang nemenin temennya yang sakit, kan?" tanya Seno yang diangguki Jerico.

"Sayang Bim~, ayo hajar bunda. Katanya mau lima jut-" setelahnya Dina pingsan.

Jerico yang geram langsung menggendong Dina menuju kamarnya.

"Bangsat, bau alcohol dimana mana." monolognya saat membawa Dina.

Seno yang bingung masih setia duduk di meja makan menunggu Jerico. Ia sudah curiga bahwa sebenarnya bundanya tidak menemani, namun di sana.

"Gila. Kalo ketahuan mampus." monolognya.

"Seno, kamu tahu bunda kenapa?" tanya Jerico pada Seno yang masih duduk kursi meja makan.

"Hah? Anu-" ucap Seno sambil berpikir.

Jujur ga ya? tapi kalo jujur...

___________________

FLASHBACK.

"Seno sayang! Bunda mau pergi ke club dulu ya." ucap Dina pada Seno yang masih berumur 9 tahun.

"Bunda? Club itu apa?" tanya Seno.

"Udah ah ga usah tanya tanya, nanti kamu juga tau sendiri." ucap Dina lalu meninggalkan Seno sendiri di rumah.

"Huh? Tanya bang Jer deh nanti." monolognya sambil lanjut menonton tv dengan snack favorite nya.

Sudah sekitar tiga jam Seno menonton televisi, ia akhirnya bosan dan memilih keluar rumah mencari teman temannya.

"Seno! Aku pulang. Sini makan dulu." ucap Jerico datang membawa sekantung plastik.

"Yeay! Okay aku pulang." Seno langsung berlari menuju rumahnya, menyambut sang kakak yang pulang membawa sekantung plastik.

"Enak?" tanya Jerico sambil melepas sepatu sekolahnya.

"Iya, bang. Oh iya ngomong ngomong aku mau tanya." ucap Seno sambil memakan jajanan yang dibawa Jerico.

VICTIMS OF WEALTH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang