AMERTA VIII

13 2 2
                                    

Setelah merapikan kantong bekas makanan tadi, Farel membantu ku merapikan kamar kembali. Katanya supaya tidurku cukup nyenyak dan tidak digigit nyamuk. Ia cukup telaten membantu ku membuang sampah keluar kontrakan, lalu ikut menyapu bahkan menulis beberapa barang yang akan disumbangkan.

"besok aku free, mau jalan?" tawarnya.

"MAUUU, mau kemanaa?" sahut ku cepat.

"kemana aja boleh asal sama kamu"

"gausa gombal, males"

Aku menjawabnya sembari memalingkan wajah, malu. Mau diletakkan mana wajahku kalau merah seperti itu?

"saltingnya jelek" ucap Farel. Ia terus saja menggodaku, lebih tepatnya memancing emosiku.

"emang. makanya jangan suka sama yang jelek"

"orang maunya sama si jelek"

"aku jelek, gausa disukain!" tegas ku.

"becanda sayang, marah-marah mulu. hamil?"

Farel menyolek dagu ku dengan jari telunjuknya, setelahnya ia sibuk mengangkat beberapa kardus untuk ditaruh disudut kamar. Ia tak lupa menyemprotkan pewangi ruangan sebelum aku tidur. Farel sering melakukan itu setelah kami pacaran, perhatiannya terlihat jelas akhir-akhir ini. Ia terkadang menyalakan lampu kamarku jika aku sedang pergi, ia tahu betul aku tak bisa tidur jika lampu mati.

"abis ini bersih-bersih badan ya? jangan lupa kencing biar ngga ngompol" ucapnya sembari menjulurkan lidah.

"ngeledek! aku ga pernah ngompol ya"

"emang iya? siapa yang waktu itu nahan pipis karna takut ke kamar mandi sendiri?"

"gatau"

"ah masa sii, otmil bukan si?" ucapnya sembari menggerakan kedua alis naik turun. Iseng sekali, lagi pula itu tak bisa dihitung sebagai ngompol. Aku masih bisa kencing di kamar mandi sendiri, gimik saja kok!

"UDAH AH, mo bobo" alih ku.

"bobo tinggal bobo, ribet banget"

"ya kamu, awas! mau sekamar? balik sana ke habitat mu wahai predator!" usir ku.

"yee, yauda sii. orang mau kelon" ucapnya sembari mulai mendekat.

Aku sedikit terkejut karena pergerakannya yang semakin lama semakin dekat, ku dorong bahunya kala tubuhnya mulai condong ke arahku.

"CABUL TOLONG CABUL!" teriakku.

"berisik, dikata kontrakan punya nenek mu"

Bibirnya mendekat dan tepat mengenai kening ku. Farel mengecupnya lama, setelahnya berganti di kedua pipi ku secara bergantian. Ia menatapku lembut, kemudian tangannya membelai halus pipi ku sembari tersenyum.

"sayang banget, jangan jadi maba dulu. tk aja terus"

"ngawur!" ucapku. Ku sentil keningnya pelan.

"bobo nyenyak bayi"

Tangannya mengusap rambutku perlahan kemudian ia pun beranjak keluar. Ku perhatikan setiap langkahnya, hingga membuka pintu kamarku. Kenapa tidak sekamar saja sih?

"dadaah" ucapnya berbisik. Kini ia benar-benar menutup pintu kamarku, rasanya baru berapa detik berlalu tapi hatiku sudah rindu.

********

Sinar matahari mulai masuk melalui jendela kamarku. Semalam memang sengaja tak ku tutup jendela itu, untuk menghemat AC karna ini sudah akhir bulan, belum ada pemasukkan untuk bayar kontrakan. Tumben sekali hari ini pacarku tak mengetuk pintu.

Aku pun bangun dari tidurku dan berjalan ingin keluar dari kamar. Terlihat silau kala sinar matahari menusuk masuk ke dalam retina mata. Kedua kaki ku berjalan menyusuri lorong kontrakan, tujuan ku kali ini ingin memastikan. Ku ketuk berulang kali pintu kamar itu, menunggu pacarku keluar dengan sapaan nya seperti biasa.

TOK TOK TOK

Sudah lumayan lama ku ketuk pintu kamar itu, tapi tidak ada respon dari pacarku. Terpaksa ku ketuk lebih brutal kali ini sembari memanggil namanya berulang kali. Aku panik, mungkin raut wajahku sudah seperti orang yang bingung. Berbagai cara sudah ku lakukan supaya pintu kamarnya terbuka, aku takut jika terjadi sesuatu di dalam sana.

"BUKA DONG! JANGAN BIKIN PANIK" teriakku.

"BUKAAA, BUKAAA!"

Aku bingung harus berbuat apa, tenagaku juga sudah habis, percuma teriak kalau tak ada respon dari dalam. Aku reflek menangis dengan suara parau. Kepalaku mendongak memperhatikan pintu kamar itu, berharap sosok pacarku muncul lalu memelukku.

"Farel bukaa"

"bolot ngapain disitu?"

Ku dengar suaranya, tapi ntah dimana. Aku mulai halusinasi sepertinya karena terlalu banyak menangisi kamar ini.

"tuhkan bloon" dumel Farel.

Aku terkejut kala tubuhku sedikit ditarik supaya berdiri, ku lihat wajah pacarku dengan raut nya yang sedikit khawatir. Tanganku reflek memeluk tubuhnya tanpa aba-aba.

"KANGEEEN, DARIMANA AJAA!" tangis ku pecah.

"yeee, makanya kalo bangun tidur tu langsung cuci muka. bukan keluyuran, nyawa belum ke kumpul udah sok iye ngetok pintu nangis-nangis" jelasnya.

Farel membalas pelukkan ku dan kini lebih erat, tangannya mengusap punggungku supaya tenang. Ia sesekali mencium pucuk kepalaku sembari mengucapkan maaf. Kalau dilihat disini, memang aku yang bodoh, seharusnya bangun tidur cuci muka dulu!

"cup cup cup sayang, udah dong jangan nangis. maaf yaa?"

"NAKAL!"

"iyaa nih nakal, maaf yaa? besok bakal lebih nakal lagi. anak cantik jangan nangis terus dong"

"KANGEN, GABOLE GITU. KALO PERGI NGOMONG"

"iyaaa sayangg, udaah dong nangisnya" ucap Farel. Kedua tangannya kini sibuk mengusap punggung ku.

"iiii ingusan iiii" ledek nya. Aku teramat kesal, jadi biarkan saja ingusku menempel di bajunya!

"biarin."

"cengeng"

"biarin!"

"yang cengeng jadi raksasa!"

"gamau"

"ohh ini bukan raksasa ya?" tanya nya guna menghiburku.

"BUKAN!"

"ohh iyaa, pacarnya Farel yaa?"

"IYAAA!"

Ia mencubit hidung ku yang memerah sembari tetap meledek. Pandangannya terfokus pada kedua mataku yang masih saja menangis lalu mengusap air mata ku dipipi, kemudian mengecup nya.

"maaf sayang"

"maaf sayang"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
 AMERTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang