AMERTA XXVI

31 1 0
                                    

2 minggu kemudian..

Seorang wanita tengah sibuk memasak di dapur, tangannya dengan cekatan memotong sayuran dan berbagai bahan makanan untuk ia sajikan. 2 minggu terakhir suasana hatinya sedang tidak karuan, ia tak bisa ditinggalkan sang suami walau hanya sebentar. Otmil meminta Farel untuk bekerja dirumah saja kurang lebih selama satu bulan.

"makanannya jadi deh". Senyumnya terukir dibibir, lalu otmil menaruh masakannya di meja. Kakinya berjalan menaiki tangga guna memanggil suaminya, di sepanjang anak tangga banyak sekali terpajang foto pernikahan mereka. Sudah dua minggu tapi otmil belum merasakan apa-apa, perasaannya campur aduk dan khawatir. Ia teringat keinginan Farel mempunyai anak.

Seketika hatinya pun kalut, ia sudah melaksanakan kewajiban nya sebagai seorang istri, namun tidak ada tanda-tanda hamil sampai hari ini.

Di ruangan yang lain, seorang pria tengah sibuk berkutat dengan laptopnya, matanya fokus pada grafik yang terpampang disana dengan secangkir kopi buatan istrinya. Farel sibuk mengurus kerjaan, banyak sekali laporan dan berkas yang harus ia kerjakan karena sang istri tak mengizinkan nya ke kantor selama sebulan.

"huft.. numpuk gini, harus ngejar target lagi. gabisa kalo cuma sehari" ujar Farel.

Farel melanjutkan kegiatannya yang tertunda, sedangkan otmil tengah menuju ke ruang kerja. Wanita itu membuka pintu perlahan supaya tak mengganggu fokus sang suami, jalannya sengaja dipelankan lalu ia memeluk Farel dari belakang.

"sayangg, udaah selesai?"

"belum sayang, bentar lagi ini. kenapaa? udah masaknya?"

"udaah, sebelum makan aku mau ngomong boleh?" ucap otmil takut-takut.

"boleh, mau ngomong apa sayang?"

Farel mengernyit heran lalu tangannya mematikan laptop yang menyala, ia perhatikan sang istri berbicara, nadanya mulai memelan seperti orang ketakutan. Farel mulai panik saat air mata otmil turun ke pipi, kini istrinya menangis.

"kenapa sayangg? hey, tell me. kamu gapapaa? ada yang sakit pas masak tadi??"

"nggaa, aku mau ngomong di kamar aja"

Otmil mengajak Farel untuk berpindah tempat, ada sesuatu yang harus ia katakan rasanya mengganjal jika terus dipendam.

Kini mereka duduk di tepi ranjang, Farel mengusap air mata yang terus turun di pipi istrinya, wajahnya mulai panik bercampur bingung.

"mau ngomong apa sayang? sampe nangis gini, aku ikut sedih"

"maaf ya, aku belum bisa kasih anak yang kamu mau. aku udah nunggu.."

Ia tidak kecewa saat mengetahui sang istri belum juga isi, Farel hembuskan nafas pelan karena dia percaya Tuhan akan berikan momongan.

"gapapa yang, aku tungguin juga kok. saat ini mungkin belum waktunya. kamu udah cek? testpack yang aku beli kemaren udah dicoba?" lanjut Farel.

"belum, aku gamau makin sedih karena coba itu. udah 2 minggu, aku ga pernah rasain morning sickness atau gejala umumnya ibu hamil."

"paham sayang, jangan nangis lagi dong. sekarang lagi mau apa? jangan di inget lagi sedihnya, aku gapapaa kalo emang belum waktunya punya anak. nanti kita usaha lagi ya?"

"aku mau kamu" ucap otmil.

Selama 2 minggu ini, hormon nya sering naik tak karuan. Terkadang ingin berbuat hal yang belum pernah ia lakukan pada suaminya, ntah itu ciuman atau lebih seperti sekarang..

"mau di apain aku nya?"

Otmil terlampau malu untuk mengaku, ada hasrat yang ingin ia tuntaskan namun sang suami tak peka akan hal itu.

 AMERTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang