AMERTA XLIX

7 2 0
                                    

"dede jangan banyak gerak dong, lihat sini! sini loh.. sinii" Instruksi sang kakak pada wajah adiknya, sedangkan sang adik hanya tertawa.

Valerie tampak senang dengan tawa memenuhi ruangan. Gadis kecil itu mengerjai adiknya, tangan mungilnya dengan telaten membalurkan berbagai warna. Sang adik yang tak tahu apa-apa hanya menurut saja.

"tuhkan ganteng, dede si ngeyel" ujarnya bangga.

"sekarang tinggal ayah!" lanjutnya.

Di sampingnya terdapat sang ayah. Farel tertidur dengan posisi meringkuk dibalut selimut, tubuh atas nya tak memakai baju seperti biasa, mungkin sedikit kedinginan karena cuaca diluar tengah hujan.

"psstt.. ayah masih bobo ya?" bisiknya.

Pria itu mendengarnya namun tetap memejamkan mata. Farel ingin melihat sejauh apa sang anak menjahili nya, sang ayah lebih dulu tahu jika Valerie nakal sekali. Semenjak sibuk bekerja, Farel jarang sekali memperhatikan Valerie. Jika sang istri tak memberi tahu, mungkin saat ini wajahnya sudah penuh warna akibat tangan mungilnya.

Valerie menoleh ke kanan dan ke kiri, memastikan sang mama tak berada disini. Tangan mungilnya mengeluarkan pensil warna, terdapat berbagai jenis warna disana. Gadis kecil itu menggenggam sebuah spidol hitam lalu di arahkannya ke wajah sang ayah. Raut wajahnya tampak senang setelah puas menggambar.

"hey nakal" ujar Farel seketika.

Farel membuka mata menatap tajam anaknya. Ia tak marah, hanya memberi pelajaran supaya sang anak tak berlebihan.

"siapa yang ngajarin nakal kaya gitu?"

Valerie tampak gelisah, duduknya mulai tak nyaman dan perlahan mundur ke belakang. Namun, pergerakannya kalah cepat dibandingkan sang ayah.

"sini, jangan lari. ayah mau ngomong"

Ucapannya datar dengan wajah penuh amarah. Valerie semakin takut, bibirnya menekuk kebawah hingga wajahnya mulai memerah.

"emang ayah ngajarin kiting kaya gitu?"

"nggaa" suaranya serak menahan air mata, Farel tampak tak tega namun untuk kebaikan anaknya ia rela.

"kan ayah udah beliin buku gambar, kok gambarnya di muka? coba liat dede, masa kaya badut gitu?" ujar Farel seraya menahan tawa.

Pria itu sempat terkejut melihat anak bayi nya tampak seperti badut. Wajahnya penuh warna di mana-mana, Farel kasihan melihat kulitnya. Ia menghembuskan nafas kasar, Farel kembali memaklumi tingkah lucu Valerie. Umurnya bisa dihitung jari, mungkin kesenangannya memang seperti ini walau repot sekali.

"nih, sini.. kalo mau coret-coret nanti ayah beliin kanvas aja ya? kiting gasuka pakai buku?"

"nggaa, ayah marah?"

Farel menggeleng kan kepala memastikan anaknya. Valerie mendekat, kakinya kembali merangkak..

"ayah peluk!"

"ayah nggak mau, kamu nakal. anak nakal gak dapet pelukan, harus apa dulu biar dimaafin?" seru Farel.

"minta maaf ayah, ade nakal."

"di ulangin ngga?"

Tak jarang kelakuannya merepotkan sang mama, Farel tahu semua berkat istrinya. Pria itu memastikan kejadian seperti ini tak terulang lagi.

"ngga diulangin yah, udah boleh dapet peluk?" ujarnya.

Gadis kecil itu merentang kan tangannya, Farel tampak gemas melihat raut wajah sang anak dari dekat. Rambut keritingnya di ikat dua menggunakan pita, terdapat jepitan juga disana. Harum tubuh nya seperti bayi dengan wangi segar buah strawberry. Farel memeluk tubuh Valerie, mendekapnya erat seolah tak boleh pergi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 12 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

 AMERTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang