Hallo guys, wellcome back to my new story!
Author ga mau banyak bacot dan ganggu mood baca kalian, but thankyou so much karena udah sempetin mampir dan baca cerita yang dibuat dengan kegabutan dan kehaluan Author sebelum sleeping 🤭
Mohon kesediaannya untuk VOTE sebelum baca. Kritik dan saran silahkan tulis di kolom komentar yaa.
Happy Reading guys!!!!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Riuh tepuk tangan dan sorak gembira terdengar bergemuruh menyambut cetakan angka penentu Tim pemenang turnamen basket putri yang diadakan antar sekolah. Nama seorang gadis tomboy dengan rambut sebahu yang diikat kuncir kuda dengan nomor punggung 04 bergema sejalan dengan nama sekolah mereka SMA Einstein.
Setelah mengalungi medali emas di lehernya dan berfoto bersama sambil mengangkat bangga pialanya, dia berjalan setengah berlari menghampiri gadis berambut coklat gelombang yang sejak tadi heboh berteriak dan melambai padanya.
“Selamat atas kemenangannya, Liona. Ini minum buat Lo!” Ujarnya yang mengulurkan air minum penambah ion tersebut yang langsung ditegak hingga hilang separuh oleh Liona. “Lo keren banget sih tadi, gue bangga banget punya bestie kayak Lo. Ya… meskipun agak garang” Ucapnya yang membuat Liona mendelik dan langsung disambut cengiran oleh gadis itu.
“Thanks, Nath.” Jawabnya kemudian pada gadis cantik bermata bulat bernama Vernatha yang sudah menjadi sahabatnya sejak masuk ke SMA Einstein, tempatnya menimba ilmu dan mencetak prestasi sekarang.
Kemudian atensi Natha teralihkan oleh kedatangan Rendra dan sahabatnya si ketua OSIS yang ‘sok cool’ di mata Liona, namanya Diego. Kedua pemuda yang ‘katanya’ menjadi pangeran sekolah karena prestasi dan ketampanannya dan jangan lupakan kekayaan orang tuanya itu menghampiri mereka.
Tampak kedua pemuda itu tersenyum manis dan akan membuka mulut menyapa Natha dan Liona sebelum akhirnya sebuah suara yang sangat sumbang di telinga Vernatha terdengar.
“Hai Natha-ku bidadariku masa depanku!” Ucap suara itu yang membuat Natha menoleh malas ke belakang dan Liona yang memutar bola matanya jengah.“Ngapain lagi sih Lo? Gangguin gue mulu di setiap situasi!” Ujar Natha kesal sambil memangku tangannya di depan dada.
Sementara pemuda bernama Philip itu malah cengengesan diikuti dua orang temannya yang seperti preman pasar.
“Selamat atas kemenangannya, Liona Samrezi. Calon istri saya!” Ujar Diego yang membuat Liona ingin muntah. Diego ini memang sudah mengejarnya sejak pemuda itu pindah ke sekolah mereka dulu, SMP Bimasakti saat duduk di bangku kelas dua.
Mereka sempat satu kelas selama satu tahun, setelahnya masuk ke SMA yang sama. Liona sedikit bersyukur karena sampai saat mereka duduk di kelas XI Liona dan Diego tidak berada dalam kelas yang sama.
“Hai, Rendra!” Sapa Natha yang dibalas senyum kecil oleh Rendra yang lagi-lagi membuat Liona jijik.
“Sok Cool amat jadi cowok!” Ujarnya ketus yang membuat Rendra mendelik kesal padanya.
“Masih gak terima sama kekalahan pemilihan Ketos dulu?” Sarkasnya.
“Setidaknya tetap saya yang mencetak piala baru di ruang kepala sekolah” Jawab Liona yang membuat Rendra jengkel.
Sejak masuk ke SMA Einstein mereka berdua memang sudah bersaing dalam segala bidang. Telinga Natha terasa asing mendengar kata ‘saya’ yang keluar dari mulut sahabat tomboy-nya itu.
Apakah karena sering didekati oleh pemuda ‘formal’ bernama Diego Albert Grissham itu membuat cara bicaranya berubah?
Liona sangat tidak menyukai Rendra terlebih pemuda itu adalah orang yang dulu pernah membuly sahabatnya Vernatha, saat masih menjadi seorang gadis cupu berkaca mata dengan rambut kepang dua. Tapi sekarang Vernatha sudah berubah menjadi gadis cantik yang pemberani meskipun mentalnya masih di bawah Liona.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐢𝐨𝐧𝐚 𝐎𝐫 𝐀𝐥𝐮𝐧𝐚
FantasyMenjadi pembaca setia demi mendukung hobi dan cita-cita sahabatnya, Liona Samrezi tak pernah menyangka bahwa dia akan masuk dalam salah satu karya yang akan diterbitkan tersebut. Terjaga dalam sebuah ruangan asing dan memulai petualangan baru demi b...