BAB 02: Suka Musik

80 10 21
                                    

Menaruh tas ranselnya di atas meja, Ilesha langsung merebahkan tubuhnya ke atas kasur. Helaan napas panjang terdengar. Merasakan betapa lelahnya hari ini, energinya seperti terkuras habis oleh ujian ekonomi tadi yang sangat membingungkan baginya.

Ilesha mengambil ponsel yang ia taruh di saku rok seragamnya, Ia memainkannya dan mulai menggulir aplikasi video tersebut. Namun, saat ia sedang asyik menggulir, ia dikejutkan oleh suara pesan dari ponselnya itu.

Zayn: Bener semua geo-nya, makasih yah.

Ilesha tersenyum saat membaca pesan tersebut. Rasanya ia sangat senang ketika memberikan kebahagiaan pada orang lain, walupun dengan cara yang salah.

Ilesha Mutiadaksa: Iya, sama-sama.

Setelah membalas pesannya dengan singkat, Ilesha segera mematikan ponselnya. matanya sudah tidak bisa lagi menatap layar ponsel, ia mulai memejamkan mata dan tertidur. Ilesha mungkin akan bangun pada waktu sore.

•••🦋•••

"Arghh... kenapa harus gue sih? Mana belum mandi lagi malah disuruh belanja," gerutu Ilesha sembari menatap satu kantung belanjaan mamanya.

Ilesha melirik jam di pergelangan tanganya. Jam menunjukan pukul 04.35 sore, namun cuacanya sangat panas seperti tadi siang saat pulang sekolah.

"Ileshaa."

Saat dirinya sibuk mengibas-ngibaskan tangan ke wajah karena kegerahan, samar-samar terdengar namanya dipanggil oleh seseorang. Reflek Ilesha langsung melirik ke sana kemari mencari keberadaan orang yang memanggilnya itu.

Dan, ketemu. Orang itu tersenyum ke arahnya. Ilesha menunjuk dirinya sendiri untuk memastikan jika orang itu tidak salah memanggilnya. Orang itu mengangguk lalu berjalan, datang menghampirinya.

"Kenapa?" tanya Ilesha ketika orang itu sudah berada di depannya.

"Abis dari mana?" tanya orang itu.

Ilesha mengangkat kantung kresek belanjaannya memperlihatkan pada cowok di depannya. "Nih, abis belanja," katanya.

Dia menganggukkan kepalanya.

"Tadi gimana ujian pertamanya?" tanyanya membuat Ilesha kembali mengingat momen yang sangat menjengkelkan baginya.

"Pak Gojo ketat banget ngawasnya," jawab Ilesha dengan malas.

"Emang, tadi pagi hape aku diambil sama dia," ucapnya, sepertinya nasibnya hampir sama dengan Ilesha.

Ilesha kembali mengingat di mana kertas ujiannya hampir diambil oleh Pak Gojo ketika Aulia, cewek yang duduk di depan meja Ilesha menyontek soal padanya.

"Gue hampir dibawa ke kantor gara-gara si Aulia nyontek ke soal punya gue, gila nggak tuh," ucapnya dengan kesal.

"Si Aul berisik mulu kali."

"Si Aul nengok ke belakang mulu, padahal Pak Gojo ngeliatin, eh jadinya malah kena ceramah deh," jelas Ilesha padanya. Dia hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, paham. "By the way di bawah pengawasnya siapa?" lanjutnya bertanya.

"A Ilham," jawab cowok itu, membuat Ilesha mengeratkan giginya ketika mendengar nama itu disebut. Walaupun berbeda orang tetap saja ketika nama itu disebut Ilesha akan kesal.

Ilham Priyatna, mantan Ilesha yang telah membuat dirinya trust issue dan trauma akan ucapan laki-laki.

"Tau nggak sih, aku kena marah Pak Dalil," ujarnya membuat Ilesha mengerutkan keningnya.

"Kenapa? Kok bisa?" tanya Ilesha bingung. Pak Dalil adalah kepala sekolah di SMA Pandhega. Mengapa memarahi dia? Ada salah apa dia? pikirnya.

"Bukan cuma aku sih, tapi semua yang ada di ruang 06 kena," jelasnya membenarkan informasi.

The Ephemeral (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang