Easton Montessory

36 19 1
                                    

Di puncak gunung yang terjal dan dikelilingi jurang yang dalam dan diselimuti kabut tebal, berdiri bangunan megah Easton Montessory Academy. Kabut tebal menutupi dasar jurang, menciptakan aura misterius dan menakutkan. Hari ini, halaman akademi yang luas dan terawat penuh dengan aktivitas karena kedatangan para murid baru.

Anak-anak berusia 17 tahun tiba di akademi ini untuk mendapatkan pendidikan terbaik dan dilatih menjadi kesatria tangguh. Mereka berkerumun di halaman, berpisah dari keluarga mereka dengan wajah penuh harap dan kecemasan.

"Anak-anak, lewat sini!" Seorang profesor kurus dengan gigi kelinci besar dan baju terusan ungu kusam yang kebesaran, mengibaskan tangannya di udara. Dia menunjuk-nunjuk dengan semangat, berusaha mengarahkan kerumunan orang tua yang masih memeluk anak-anak mereka. Profesor Rhiannom, dengan wajah penuh kerutan, tampak sabar namun tegas.

"Profesor Rhiannom!" Sebuah suara memanggilnya.

"Oh, Profesor Theo," jawab Rhiannom sambil menoleh. Wajahnya mengerut lebih dalam saat dia berbicara. "Para murid itu harus masuk kamar mereka sore ini, bersiap, dan menuju ruang makan."

"Mereka tidak akan bertemu keluarga mereka sebelum libur musim dingin. Biarkan saja mereka berpelukan dulu," kata Profesor Theo dengan pandangan yang menyapu sekeliling. Matanya berhenti pada beberapa anak yang berdiri mematung tanpa keluarga. "Yah, meski tak semua keluarga beruntung."

"Baiklah, semua anak berbaris!" teriak Rhiannom dengan suara lantang yang menggema di seluruh halaman Easton. Para murid berlari mendekat dan berbaris rapi, meninggalkan keluarga mereka yang satu per satu akhirnya bubar.

"Sudah lama tak kudengar suara mengerikan itu Rhiannom" seru seorang wanita gemuk bertubuh pendek yang dihidungnya tumbuh tahi lalat besar macam bisul. Dia dan Rhiannom seumuran, sudah berkepala lima.

"Kau benar, aku hanya menggunakannya di saat seperti ini, Malneth," jawab Rhiannom dengan nada malas. Wajahnya kembali serius saat ia berdehem-dehem sebelum memulai pidatonya. Di depannya hampir seratus orang berdiri, beberapa dengan semangat, beberapa lagi tampak enggan.

"Perkenalkan, saya Profesor Peregrinn Rhiannom," katanya sambil tersenyum, lalu berdehem sekali lagi sebelum melanjutkan. "Kalian pasti sudah tahu, Easton Montessori adalah sekolah terbaik untuk mempersiapkan kalian menjadi kesatria tangguh. Di sini, kalian akan dibantu menemukan bakat terpendam dan pengetahuan lainnya untuk menjadi kesatria sejati."

Dia menatap mata-mata di depannya dengan penuh minat. "Pengumuman apapun dan segala informasi bisa kalian dapatkan di papan pengumuman di sana," katanya sambil menunjuk pada tembok batu yang dihiasi permadani dan kertas-kertas pengumuman.

"Kalian juga sudah membaca banyak peraturan sebelum datang ke sini, dan saya harap tidak ada satupun dari kalian yang melanggar," lanjutnya dengan senyum tegas. Dia melirik ke samping pada Profesor Malneth seakan mengingat sesuatu. "Oh ya, tidak ada jalan kabur dari tempat ini. Kita dikelilingi jurang, gerbang depan dijaga ketat, dan hutan di belakang sekolah sangat terlarang. Aku tidak perlu menjelaskan kenapa."

"Aku pernah dengar soal hutan itu, katanya berisi monster dan setiap yang masuk hampir tidak pernah kembali," bisik Millie Jaster, seorang gadis berambut kuning terjalin, pada temannya Lilibeth Palmer yang bertubuh tinggi kurus dengan banyak bintik di wajahnya.

"Kau lihat tidak itu anak perempuan di ujung sana?" bisik Millie lagi.

Kali ini Kate Delaney, seorang gadis di sebelah mereka, ikut bergabung dalam obrolan. "Yang bermata merah?"

"Hai, Kate," sapa Millie Jaster. Kate tersenyum cerah menanggapi. Banyak dari mereka sudah mengenal putri keluarga Delaney yang ceria dan terkenal.

"Harusnya aku memberikan hormat padamu tuan putri, maaf karena ketidaksopananku" kata Lilibeth palmer dengan suara kaku sambil menunduk singkat.

EVERDALETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang