2. Terbiasa

3.1K 135 0
                                        

Terhitung 3 minggu sudah Jelita menjadi guru privat Jio. Selama 3 minggu juga ia terbiasa dengan beberapa kebiasaan atau aktivitas yang dilakukan lelaki itu ketika ia berkunjung. Mulai harus menunggu moodnya membaik lah, menunggu ia selesai game lah, menunggu ia melakukan ini itu, semua ia sudah hafal, yang ia lakukan hanya menunggu lelaki itu siap dan mau belajar saja.

Jelita sudah terbiasa.

Kalau boleh jujur, ia sebenarnya kesal. Namun, ia tak cukup berani untuk menyampaikan langsung kepada si pria berambut hitam legam itu ataupun ke tante Irma.

Tante Irma jelas tidak mengetahui kebiasaan buruk pria itu, karena bisa dibilang tante Irma sangat jarang sekali berada dirumah.

Maklum ia single mom dan bisnis toko kue yang dibangun beliau terbilang cukup ramai dan terkenal mengingat beliau cukup aktif juga sebagai content creator. Belum lagi ia memiliki 2 cabang dan hanya beliau sendiri yang menghandle tata kelola tokonya sendirian, meskipun memiliki karyawan yang cukup banyak, ia juga tetap harus menyambangi tiap toko untuk menyuplai bahan dan memantau hasil kerja karyawannya.

Pun juga kost-kostan yang ia tinggali, itupun dimiliki oleh tante Irma, ya meskipun yang mengelola adalah adik tante Irma, yakni tante Tantri. Terkadang, tante Irma pun sekali-dua kali menyambangi kost-kostan miliknya itu untuk sekedar melihat & memastikan kondisi kost beliau tetap baik.

Jelita akui bahwa tante Irma benar-benar wanita yang sangat hebat.

Rumah 2 lantai yang cukup besar itu rasanya selalu sunyi karena hanya dihuni lelaki itu & mamanya yang selalu sibuk. Bahkan 2 orang pembantu hanya disana sampai sore & 1 tukang kebun datang kesana 2 hari sekali serta 1 driver yang selalu mengikuti kemanapun sang nyonya rumah pergi itu hanya akan kembali bersama sang nyonya besar saat pulang.

Yah wajar kalau Tante Irma tidak cemas meski rumah sunyi dan Jio sering ditinggal sendirian, karena memang rumahnya berada tepat di samping pos satpam dan keamanan di komplek tersebut cukup ketat karena dijaga 2 portal pos satpam di bagian pintu depan dan belakang komplek, bahkan kantor polisi hanya berjarak 50 meter dari rumahnya, membuat beliau merasa aman meskipun Jio ditinggalkan sendirian.

Jio pun nampaknya terlampau nyaman dengan semua fasilitas di rumahnya, hingga ia tak terlihat seperti orang kesepian dan baik-baik saja meskipun sendirian di rumah.

Ya, Jelita bisa merasakannya, pria itu sudah biasa dan baik-baik saja.

Jelita terkejap didepan pintu kamar dengan dominan warna abu-abu itu, nampaknya sudah terlalu lama ia bengong dan berdiri terdiam disana.

Tangan kecil itu mengetuk pintu dan terdengar sahutan suara pria dari dalam

"Masuk." Ucapnya singkat.

Jelita memegang knop pintu dan membukanya, aroma musk yang khas menyambut indra penciuman gadis manis itu. Entah mengapa, gadis itu begitu suka dengan wanginya.

"Sorry nunggu dulu, gue baru kelar mandi kak"

"It's okay." Ucap Jelita.

Sejujurnya Jelita sedikit terjengit kaget, bagaimana tidak? Si lelaki pemilik kamar terlihat mengusakkan handuk dirambut kepalanya yang basah dan baju yang belum terpasang dengan benar di badannya sedikit menampilkan lekuk perut yang terlihat cukup sixpack.

Wajar kan kalau gadis itu terkejut?

Ia hanya kaget bahwa anak sekolah sekarang ternyata cukup rajin dan peduli terhadap bentuk badannya. Beda dengan ia yang malas berolahraga dan memiliki tumpukan lemak di perut.

"Kak gue belum makan, laper, gue makan dulu ya."

Huft, selalu, selalu saja...

Dengan sedikit menghela nafas, gadis itu mengiyakan ucapan bocah laki-laki tersebut.

King of disaster Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang