Aku berjalan mengikuti anak laki-laki yang berjalan di depanku, mataku hanya tertuju pada punggungnya yang lebar. Aku sudah sering datang kemari atas ajakannya, kedatanganku ke rumahnya sudah belasan kali atau bahkan puluhan kali jika aku dapat menghitungnya dengan benar.
Rumah Sehun bukanlah sebuah rumah biasa melainkan sebuah mansion mewah dan megah, memiliki banyak lorong ke segala arah yang anehnya dapat kuingat. Meski aku hafal setiap seluk-beluk rumahnya, namun Sehun selalu menuntunku menuju ke kamar tidurnya seolah ini pertama kalinya aku berkunjung kemari.
"Kamar tidurmu tidak pernah pindah," kataku, "Kamu tidak perlu menuntunku karena aku sudah hafal letak kamar tidurmu." Anak laki-laki di depanku menghentikan langkahnya di tengah lorong berdinding merah marun, dia memutar tubuhnya untuk melihat ke arahku.
"Aku tahu."
"Lalu kenapa kamu selalu berjalan di depanku seolah kamu sedang menuntunku menuju kamar tidurmu berada?"
"Kamu ingin aku berjalan di sebelahmu?" Sehun mengangkat sebelah alisnya, dia terlihat seperti sedang menantangku.
"Ya, aku ingin kita berjalan bersama." Aku tertawa kaku merasakan suasana diantara kami menjadi canggung.
"Kamu tinggal bilang padaku dari sebelum-sebelumnya jika kamu mau begitu." Sehun berjalan ke sampingku dan kami pun melangkahkan kaki kami bersama menuju kamar tidur Sehun yang berada di ujung lorong.
Sehun mengambil kunci kamar tidurnya dari dalam tas selempang kulitnya, lalu membuka pintu kamarnya membiarkan aku masuk terlebih dahulu sebelum dia. Sehun mengunci pintu kamar tidurnya kembali begitu kami sudah berada di dalam.
"Aku bosan datang kemari untuk membantumu belajar," keluhku tak serius. Aku berjalan menuju jendela balkonnya dan menutup tirainya karena sekarang sudah jam 5 sore.
"Kalau begitu tidak usah belajar, kita nonton film saja." Sehun duduk di sisi ranjangnya dengan nyaman, tas selempangnya ia simpan di lantai dekat kakinya berada.
Aku berjalan menghampirinya dan duduk di sampingnya di atas ranjangnya yang sangat empuk, tas selempangku dia lepaskan dari bahuku dan dia simpan di sebelah tas selempang miliknya.
"Terkadang aku rindu kamar tidurmu." Aku mengamati seluruh keadaan kamar tidurnya untuk membandingkan kondisinya dengan terakhir kali aku kesini, tidak ada yang berubah kecuali pewangi ruangan yang diganti menjadi harum kopi.
"Maksudmu?"
"Yahh... Ketika aku hendak tidur di kamar tidurku, aku rindu kamar tidurmu karena aku merasa lebih nyaman berada di sini."
"Kalau begitu tidur saja di sini hari ini, besok hari Sabtu." Aku menengok ke arahnya, aku baru ingat jika besok hari Sabtu yang berarti besok sekolah libur. Sehun tertawa meledek karena melihat reaksiku yang lambat. "Jangan katakan kamu lupa jika besok hari Sabtu?"
Aku tertawa juga, tapi dibandingkan karena merasa lucu, aku tertawa karena merasa malu. "Aku murid yang rajin kau tahu. Aku selalu berpikir jika setiap hari yang kulalui adalah hari Senin."
"Kau gila bukan rajin," dia meledekku dengan seringaiannya yang menyebalkan.
"Terserah." Aku mendengus kesal, membaringkan tubuhku ke atas ranjangnya.
Mataku menatap langit-langit kamar tidurnya yang berwarna putih polos. Aku mengangkat tangan kananku ke atas dan membayangkan seolah aku sedang berusaha mengambil lampu yang menyala dengan ujung jariku. Sehun memperhatikanku dari samping dan ikut membaringkan tubuhnya.
"Apa yang kamu lakukan? Bertingkah aneh dan absurd lagi karena tegang saat bersamaku?" Sehun mengatakannya dengan penuh rasa percaya diri yang membuatku ingin meludahinya. Aku hanya tertawa dan menggelengkan kepalaku sebagai reaksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Boys
Fanfic[21+] Explicit ⚠️ Summary: Kisah tentang dua orang murid yang bersekolah di SMA swasta paling bergengsi di Seoul, Sehun seorang murid baru kaya raya yang manipulatif dan Jongin seorang murid beasiswa miskin yang tangguh, mereka berdua saling terhub...