Dalam relung paksaan ia berjalan menuruni anak tangga, ia terus menunduk. Tidak tau harus bersikap apa, ia Hanya bisa pasrah, diam, mengontrol ekspresi. Ia sampai diruang tamu rumahnya, sang ayah dan ibu sudah menuggu kedatangan anak perempuan mereka satu-satu nya itu disana.
"sudahlah Arunika, kamu tidak perlu memikirkan itu. Mama dan papa tau yang terbaik untukmu" ujar ibunya.
"bukan kaya gini ma.. Arunika masih pingin sekolah lagi, Arunika masih mau menikmati masa muda, Arunika sudah besar. Arunika bisa nentuin jalanya Arunika sendiri" jawabnya, ia masih berusaha untuk menolak perjodohan ini. Namun apa? orang tuanya tetap saja memaksa.
Kini waktu terus berjalan, sudah bermenit-menit lamanya sampai akhirnya mereka mendengarr suara kendaraan beroda empat melewati pekarangan rumah mereka. tidak lama setelah itu mereka mendengar seseorang mengetuk pintu kediaman mereka. "ah! itu pasti mereka, sebentar ya papa akan membukakan pintunya".
"wah, silahkan masuk pak, bu" sang ayah mempersilahkan sepasang suami istri itu untuk masuk. Mata milik Arunika menengadah, mencari sosok dari anak mereka yang akan dijodohkan dengannya, namun tidak ada seorang pun yang masuk setelah mereka. Karena tidak melihat seorangpun, Arunika akhirnya mengalihkan pandangan ke kelompok orang-orang yang tengah bicara sangat akrab itu.
"perkenalkan, ini anak gadis kami satu-satunya. Arunika salim nak." Kata sang ibu kepada orang-orang itu. Arunika memperlihatkan seuntas senyuman kepada mereka dan menyalim satu persatu dari mereka.
"waduh, cantiknyaa.. tunggu sebentar yaa, anak bunda akan sampai sebentar lagi" ujar wanita yang asing itu. Arunika hanya membalas dengan sebuah senyuman. "oh, jadi ini orang tuanya.." pikirnya.
Beberapa menit telah berlalu, seseorang mengetuk pintu rumah itu. "Arunika tolong bukain pintunya nak" kata ibunya. Arunika pun bergegas bangkit dari duduknya dan berjalan kearah pintu itu, ia membukakan pintu. Ia sedikit kaget saat melihat seseorang yang ada dibaliknya. Arunika terdiam memaku seperti patung saat melihat sosok itu.
"oh? anak saya sudah datang" Arunika berbalik melihat kearah seseorang yang barusan berbicara, jantungnya berdetak sangat kencang. "i-in-ini anak tante?" tanyanya sedikit gugup.
"iya, itu anak saya." jawab orang itu lagi sambil menyunggingkan sedikit senyumnya. Arunika mengalihkan pandangannya kembali ke sosok yang masih berada di ambang pintu itu, ia mempersilahkannya untuk masuk walau sedikit gugup.
"kalian pernah saling mengenal ya?" tanya sang ibu dari anak yang sepertinya tidak asing bagi Arunika. Arunika tidak menjawab, kening nya sedikit berkerut, banyak sekali pertanyaan-pertanyaan dalam benaknya, benarkah sosok yang selama ini ia tunggu kehadirannya?
Laki-laki yang terlihat seumuran dengannya itu tampak tidak senang dengan perjodohan orang tua mereka ini. Ia beberapa kali mendengus kesal. Bahkan tatapan tajamnya sangat menakutkan jika dilihat. Arunika sedikit membuka percakapan diantara mereka berdua "ka-kamu? samudra?". Laki-laki itu menjawab "iya."
Aneh, pikir Arunika. Samudra yang pernah ia kenali tidak seperti ini, biasanya Samudra tampak senang akan kehadiran diri Arunika. Semakin banyak hal-hal yang menghantui pikirannya, kenapa? sosok yang ia kenali ini tidak seperti biasanya?
***
Sudah sebulan lamanya semenjak hari pertemuan antara dua keluarga itu. Setiap harinya, Arunika selalu resah akan hari pernikahannya yang akan diadakn esok hari. Pikirannya terus bercabang, ia selalu merasa gelisah, hidupnya juga tak sebahagia biasanya. Esok, aadlah hari dimana ia melepas masa lajangnya. Arunika sedikit sedih kaarena hal ini terjadi bukan karena cinta, melainkan paksaan dari dua belah pihak orang tua. Hal ini tak pernah ada dalam pikiran Arunika sebelumnya.
Ibu Arunika yang dikenal memiliki nama Lina itu mengetuk pintu kamar Arunika. "Arunika" ia membuka knop pintu dan berjalan mendekat kearah Arunika. "kamu hari ini fitting baju kan? bentar lagi Samudra datang, ayo cepetan siap siap" kata ibunya.
Arunika bangun dari kasurnya, berjalan kearah kamar mandi dan membersihkan dirinya. Arunika memakai dress selutut berwarna pink dengan motif bunga-bunga kecil itu dan menjepit beberapa helai rambutnya dengan jedai berbentuk kupu-kupu. Tak lupa ia sedikit memkai pewarna bibir agar tidak terlihat pucat. Arunika mengambil tas kecilnya yang hanya muat beberapa barang yang ia rasa penting untuk dibawa. Ia berjalan keluar kamar dan mengunci pintu kamarnya. saat turun dari tangga dan berjalan kearah ruang tamu Arunika melihat Samudra yang tengah duduk. "udah siap?" tanya Samudra singkat. Arunika membalas dengan anggukan.
YOU ARE READING
Menara Kembar Punya Cerita
Teen FictionTentang sebuah pertemuan antara Samudra dan Arunika, yang mana mereka di pertemukan dalam sebuah kegiatan yang sama namun diadakan dari sumber yang berbeda. bagaimanakah akhir dari cerita mereka? apakah mereka akan kembali bertemu? atau takdir malah...