“ 𝐰𝐚𝐤𝐭𝐮 𝐭𝐞𝐫𝐮𝐬 𝐛𝐞𝐫𝐣𝐚𝐥𝐚𝐧, 𝐭𝐚𝐤 𝐚𝐝𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐧𝐚𝐦𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐤𝐞𝐚𝐛𝐚𝐝𝐢𝐚𝐧. 𝐓𝐚𝐤 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐦𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐚𝐤𝐮 𝐦𝐞𝐧𝐞𝐦𝐚𝐧𝐢 𝐦𝐮.” -𝐄𝐥𝐲.•
•
•
•
•
•
“ 𝐓𝐚𝐩𝐢 𝐤𝐚𝐮 𝐦𝐞𝐧𝐨𝐫𝐞𝐡 𝐥𝐮𝐤𝐚 𝐛𝐞𝐬𝐚𝐫 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐩𝐞𝐫𝐭𝐞𝐦𝐮𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐢𝐧𝐠𝐤𝐚𝐭 𝐧𝐨𝐧𝐚. 𝐌𝐚𝐤𝐚 𝐛𝐢𝐚𝐫𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐮 𝐦𝐞𝐧𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚𝐢 𝐦𝐮 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐤𝐞𝐚𝐛𝐚𝐝𝐢𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐟𝐚𝐧𝐚.” -𝐀𝐫𝐭𝐡𝐚.
•
•
•
•
•
•
•
Pemuda itu berlari secepat yang ia bisa mengejar waktu yang telah berlalu. Mengejar kesempatan yang sudah menghilang atau bahkan kesempatan yang tak pernah ada.
Keabadian tak akan ada di dunia ini, Artha tau ia sangat tau tentang hal itu. Bahkan, orang yang ia sayangi dan ia cintai sekalipun tak akan pernah abadi untuknya. Tapi perasaannya abadi untuk Ely. Bahkan jika semesta tak merestui.
Kaki nya kini melamban menurunkan kecepatannya, saat Artha sadar semua keindahan yang ia lalui hanya kekejaman dari dunia. Kebahagiaan yang selama ini dia rasakan hanya ilusi semata. Sejauh apapun Artha melangkah takdir tak akan berubah, kesempatan yang Artha pikir ia sia-siakan nyatanya tak pernah ada untuk mereka.
Ucap ia pria lemah karna menangis di tengah badai yang menerjang, ini adalah kedua kalinya ia merasakan kehilangan dan kali ini sangat menyakitkan.
Teriakan yang begitu pilu menggelegar mengisi kesunyian, ia lelah, ia letih sebab tak ada keadilan untuk mereka. Apa salah mereka? Tak ada dosa yang mereka perbuat dalam cinta. Lantas, kenapa mereka di beri hukuman yang sangat menyakitkan? Kenapa takdir dan waktu tidak merestui mereka? Mengapa?
Pertanyaan yang tak akan mendapatkan jawaban bahkan jika Artha mencari sampai di ujung dunia sekalipun. Itu adalah takdir yang mutlak, mereka hanya saksi dari pena yang menari di atas takdir.
“ 𝐤𝐞𝐧𝐚𝐩𝐚? 𝐤𝐞𝐧𝐚𝐩𝐚 𝐡𝐚𝐫𝐮𝐬 𝐚𝐤𝐮 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐚𝐠𝐢-𝐥𝐚𝐠𝐢 𝐦𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐡𝐢𝐥𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧, 𝐚𝐤𝐮 𝐦𝐞𝐧𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚𝐢 𝐦𝐮! 𝐚𝐤𝐮 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐮𝐧𝐣𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐩𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚𝐚𝐧 𝐤𝐮 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐝𝐮𝐧𝐢𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐠𝐚𝐤 𝐚𝐛𝐚𝐝𝐢 𝐢𝐧𝐢! 𝐭𝐞𝐫𝐬𝐞𝐫𝐚𝐡 𝐣𝐢𝐤𝐚 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐞𝐫𝐭𝐚𝐰𝐚𝐤𝐚𝐧.”
Luka tetap lah luka yang akan terus membekas bahkan jika luka itu sudah sembuh sekalipun. Biarkan waktu berlalu memberikan luka di dalam kisah mereka, keindahan yang sementara setidaknya cukup untuk memenuhi keinginannya.
“ 𝐀𝐫𝐭𝐡𝐚...𝐚𝐤𝐮 𝐭𝐚𝐮, 𝐚𝐤𝐮 𝐣𝐮𝐠𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐜𝐮𝐧𝐭𝐚𝐢 𝐦𝐮 𝐝𝐢 𝐬𝐢𝐧𝐢. 𝐀𝐫𝐭𝐡𝐚, 𝐝𝐮𝐧𝐢𝐚 𝐢𝐭𝐮 𝐦𝐞𝐥𝐞𝐥𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐣𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐭𝐮𝐧𝐣𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐝𝐮𝐧𝐢𝐚, 𝐚𝐤𝐮 𝐬𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐭𝐚𝐮 𝐝𝐚𝐧 𝐢𝐭𝐮 𝐬𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐜𝐮𝐤𝐮𝐩.”
Dengan keindahannya dunia bisa memberikan luka yang amat dalam untuk setiap penghuninya. Namun begitulah hidup, terluka separah apapun kau harus tetap berjalan.
Jumat, 21-jun-2024.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐛𝐚𝐝𝐢
Teen FictionDalam dunia yang fana, Siddhartha Abyan meyakini bahwa tidak ada yang namanya keabadian. Sebagai seorang pemuda yang menjalani kehidupan membosankan, ia tidak pernah berpikir bahwa kebahagiaan abadi akan menjadi bagian dari hidupnya. Namun, cinta k...