#klo ada typo mohon utk ksi tau ya hehe;)
Luna Verbena gadis yang hidup sebatang kara, karena orang tuanya telah meninggal dunia sejak ia berusia 10 tahun akibat kecelakaan maut. Dan setelah kematian orang tuanya, Luna tinggal bersama bibi nya, yaitu adik dari ayahnya. Namun delapan bulan yang lalu, Luna memutuskan keluar dari rumah bibi nya. Dia tidak tega lagi membebankan bibi nya, dia merasa sudah cukup untuk membebaninya.
Dan sekarang, setelah keluar dari rumah sang bibi, Luna tinggal di sebuah apartemen yang kecil. Walaupun kecil dan sempit tapi setidaknya dia punya tempat berteduh.
Kini usia Luna sudah 17 tahun dan tahun ini ia akan berusia 18 tahun. Tepat juga tahun ini dia akan lulus sekolah menengah atas. Jika ditanya, bagaimana bisa ia tinggal sendiri sedangkan usianya masih dibawah umur. Itu mudah bagi Luna, karena ia cukup mandiri juga. Apalagi dirinya adalah pecinta kebebasan. Bahkan bibi nya tidak tahu kalau Luna sering tawuran, dimata nya Luna adalah gadis yang baik. Tapi kenyataannya, dia seorang berandalan. Namun ketahuilah, Senakal-nakalnya Luna, dia tidak pernah bolos sekolah walaupun otaknya tidak terlalu cepat merespon materi pelajaran. Dan itu tentu saja adalah taktik agar bibi nya tidak curiga bahwa sebenarnya Luna adalah berandalan bahkan ketua geng. Luna nakal tapi tahu aturan juga.
Masalah biaya hidupnya, tentu saja Luna bekerja. Ia bekerja setelah pulang sekolah, karena kalau tidak seperti itu, mana bisa dia hidup. Bibi nya sering memberikan nya uang, namun Luna selalu menolak, ia tidak mau lagi bergantung kepada bibi nya. Lalu untuk apartemen yang ia tinggali, tujuh bulan yang lalu Luna sudah melunasi uang sewa nya untuk lima tahun kedepannya dengan sisa uang peninggalan orang tuanya. Beruntung ada sisa uang itu, jadi beban Luna sedikit berkurang.
Sepertinya cukup untuk membicarakan kehidupan Luna. Kini gadis itu tengah tertawa melihat sebuah berita yang bermunculan di media sosial.
Berita tentang anak Walikota yang berkelakuan seperti preman. Luna senang sekali melihat musuhnya menderita.
"Haha lihat wajah brengsek itu!" Seru Luna tertawa kencang setelah melihat wajah David yang menunduk, dan beberapa bodyguard yang melindunginya dari terjangan para wartawan yang berusaha mewawancarainya.
Luna tersenyum penuh kemenangan, bangga pada dirinya karena telah berhasil mengalahkan musuhnya. Tapi Luna rasa permasalahannya dengan David ini tidak akan selesai sampai disini, mengapa begitu? Ia tahu David tidak akan melepaskannya. Melihat bagaimana kaya nya manusia itu, dia pasti akan melakukan segala hal untuk balas dendam kepada Luna.
Namun peduli pantatnya, Luna tidak peduli. Yang penting malam ini dia tidur nyenyak.
Gadis itu beranjak dari sofa untuk pergi tidur ke kamarnya. Ketika mengambil langkah ketiga, Luna menghentikan langkahnya karena mendengar suara ketukan pintu.
Mengernyitkan dahi, Luna perlahan mendekati pintu apartemennya. Siapa yang bertamu semalam ini, sempat melihat jam dinding dan waktu sudah menunjukkan pukul 23.50 malam.
Dengan keheranan melanda, akhirnya Luna mendekat kearah pintu apartemennya. Kepalanya ia dekatkan ke pintu dengan mata tertutup sebelah. Melihat siapa orang yang mengetuk pintunya lewat lubang kecil yang memang kegunaannya untuk mempermudah pemilik apartemen melihat siapa tamu yang datang sebelum membuka pintu.
Kembali mengernyitkan dahi, Luna menjauhkan kepala nya. Dia tidak melihat siapapun di depan pintunya.
Menggenggam ponselnya erat, Luna merasakan waspada pada dirinya. Seperti sebuah alarm yang menandakan bahaya tengah mendekati nya. Jika Luna membuka pintunya, apa kemungkinan besar itu adalah suruhan David untuk balas dendam kepadanya. Sepertinya iya. Haruskah Luna menghadapinya? Huh... beginilah jika banyak musuh, sangat tidak tenang sekali hidupnya. Namun apa boleh buat, Luna juga menikmatinya. Menikmatinya ketika Luna menyiksa musuh-musuhnya.
Meletakkan ponselnya di meja ruang tamu, Luna melangkah lebar dan tanpa berpikir lagi membuka pintunya. Angin malam yang dingin menerpa tubuh Luna ketika ia menginjakkan kakinya keluar. Lorong apartemen yang sepi dan pemandangan langit malam menyambut Luna.
Hening, suasananya begitu hening. Alarm bahaya semakin kuat gadis itu rasakan disekitar nya. Melihat ke segala arah Luna pun berdecak kesal, sepertinya musuhnya itu sedang bersembunyi.
"Ck, pengecut." Decak Luna, kemudian berbalik, memutuskan masuk ke apartemennya. Meladeni musuh yang pengecut membuat mood nya jelek.
Sebelum benar-benar masuk, Luna melihat menggunakan sudut matanya.
BUKK!
Secepat kilat Luna menendang lengan musuhnya yang memegang pisau tajam yang tadi hampir saja menusuk nya dari belakang. Menyeringai lebar, "Ketangkap." Kata Luna sambil tersenyum bak malaikat maut yang bersiap mencabut nyawa manusia didepannya.
Gadis yang mengenakan baju tidur itu menendang dada pria berpakaian serba hitam itu dengan menutupi wajahnya menggunakan helm full face.
Sebenarnya Luna sengaja masuk ke apartemennya karena itu merupakan pancingan juga untuk musuhnya. Luna bisa membaca taktik musuhnya malam ini dan menurutnya itu taktik yang sangat mudah dibaca. Jadi ketika Luna berbalik masuk, dia dengan cepat melancarkan aksinya untuk menusuk Luna.
Pria itu yang tadinya terlempar ke belakang karena tendangan Luna dan kini kembali menyerang gadis itu yang tampak santai.
Perkelahian pun terjadi, dan Luna lebih banyak memukul. Beberapa menit kemudian Luna berhasil melumpuhkan nya, gadis itu mendekati musuhnya yang terbaring kesakitan dan dengan cepat membuka helm pria itu yang bagian kaca nya sudah pecah.
"Apakah David yang menyuruhmu?" Tanya Luna setelah melempar helm tersebut.
Terlihat wajah pria itu meringis ketika Luna menginjak dada nya.
"Bilang ke majikan keparat mu itu, dia tidak akan bisa membunuh ku." Desis Luna semakin menekan dada musuhnya itu.
"Argh!" Ringisnya berteriak kesakitan.
Luna tersenyum puas melihat pria itu kesakitan. Meskipun tubuh nya kecil tapi dia bisa dengan cepat melumpuhkan musuh nya.
"Sialan!" Gadis itu segera berbalik ketika mendengar teriakan dari arah sampingnya. Dengan cepat Luna menghindar dari serangan musuh yang datang dari balik lorong apartemennya itu sambil membawa tongkat bisbol.
"Oh malamku yang melelah-
BUGHH!
Rasa sakit pun melanda kepala Luna sehingga pandangan nya mulai mengabur, bahkan jantungnya ikut berhenti berdetak. Pukulan yang sangat keras itu mendarat di kepalanya dari arah belakang. Musuhnya pengecut juga, berani-beraninya menyerang dari belakang.
Oh tidak! Luna lengah sampai mendapat pukulan itu. Tidak! Tidak! Tidak! Dia tidak boleh pingsan disaat begini, tapi penglihatannya benar-benar menghilang dan tubuhnya mulai kehilangan keseimbangan.
Sebelum benar-benar menutup matanya, mata coklat Luna menangkap seseorang yang berada dihadapan nya dengan rambut putih nan panjangnya. Walaupun kesadaran nya tinggal sedikit. Luna merasakan sosok asing itu menangkapnya sebelum terbaring di lantai.
Sepertinya sosok itu menjadi pahlawan nya malam ini. Luna pastikan dia akan berterimakasih kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goddess of Savior
Fantasy"Aku bukan Dewi Penyelamat kalian!!" Luna Verbena, gadis berandalan yang suka dengan kebebasan dan hanya tahu tawuran tiba-tiba didatangi oleh seseorang, kemudian orang itu berkata jika dirinya adalah sang Dewi Penyelamat. Dewi Penyelamat yang akan...