CHAPTER 00

7 1 0
                                    

Warning! : Karya ini adalah fiksi. Karakter, tempat, adegan dll yang muncul adalah imajinasi penulis.
Adanya kesamaan itu merupakan kebetulan, harap tidak ada kekeliruan dengan kenyataan.
.

.

.

.

.

Happy reading?
__________

"Bisa gak sih sehari aja Lo gak usah bikin masalah?"

Seorang pemuda bernama Alex berucap dengan dingin dan datar, tetapi terlihat jelas jika wajahnya menunjukan bahwa pemuda itu sedang teramat emosi sekarang. Urat urat di lehernya terlihat, matanya melotot tajam, karena emosinya yang tertahan membuat wajah dengan kulit putih pemuda itu memerah.

Pemuda lain yang sedang berdiri dengan kepala menunduk di depan Alex hanya bergeming dengan raut wajah acuh, atau lebih tepatnya lelah.

Alex yang melihat respon Keenan yang hanya diam saja membuatnya semakin emosi, Alex langsung memberikan Bogeman ke wajah Keenan yang membuatnya muak dan jijik secara bersamaan. Karena pukulan yang cukup keras itu, Keenan tersungkur ke lantai. Ia meringis tertahan.

Alex tidak bisa lagi berkata kata. Baru saja kemarin membuat masalah, hari ini Keenan kembali berbuat ulah dengan mendorong Lilia dari tangga sekolah.

"Gara gara Lo! Gara gara Lo adek gw masuk rumah sakit bangsat!!!"

"Lo cita cita nya jadi pembunuh ya?" Tanya Alex sarkas.

Pertanyaan itu sontak langsung mengundang tatapan Keenan, pemuda itu menatap ke arah kakaknya tidak mengerti. Lebih tepatnya, tidak percaya apa yang akan Alex katakan selanjutnya.

"GARA GARA LO BUNDA GW MENINGGAL! GARA GARA LO JUGA SENJA MENINGGAL! LO MAU COSPLAY JADI PSIKOPAT?! LO MAU NGAMBIL NYAWA LILIA JUGA?! MENDING LO YANG MATI AJA SIALAN!!!"

"MATI AJA SONO LO BOCAH SIALAN!! IDUP CUMAN BISA BIKIN MASALAH AJA! GW UDAH-"

Teriakan yang menggema ke seluruh ruangan itu berhenti, Alex terlihat terengah-engah dengan wajah yang semakin memerah antara pemuda itu yang sangat marah dan menahan tangisan. Hanya ada mereka berdua di rumah, ayahnya berada di rumah sakit, mereka terlalu sibuk mengurus lilia yang di vonis koma. Baru saat Alex memiliki ke sempatkan untuk pulang karena beberapa alasan, amarahnya melonjak begitu melihat wajah Keenan.

Dengan gerakan cepat, Alex mengambil vas bunga yang terdapat di atas meja sebelahnya dan melemparkannya dengan sekuat tenaga ke arah kepala Keenan. Bahkan Keenan belum bisa mencerna keadaan dengan baik, alhasil dirinya tidak dapat menghindari lemparan vas itu.

Prang!

"Mati Lo sialan!!!"

Lemparan vas itu mampu membuat dahinya robek, darah dengan cepat mengalir melewati dahinya menetes ke lantai yang dingin. Bagian kepalanya langsung terasa kebas dengan rasa pusing yang menyerangnya.

Melihat itu semua, Alex terdiam sejenak. Sebelum dengan kesal menendang Keenan cukup kencang dan kemudian berlalu meninggalkan orang yang tak lagi dirinya anggap adik. Semuanya telah terjadi, Alex tak akan menyesali perbuatannya karena memang Keenan yang salah. Keenan pantas mendapatkannya.

Ia mengabaikan rasa asing yang singgah sesaat di hatinya.

Beberapa menit setelah kepergian Alex, terdengar suara Isak tangis kecil yang berasal dari pemuda yang kini masih tersungkur di lantai. Semakin lama, suara tangisan itu semakin menjadi, tubuh Keenan bergetar karena menahan suaranya agar tetap terkontrol.

Universe And Wounds ( Slow Update )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang