[08] Mission Complete

108 14 2
                                    

Anton memainkan sendok yang berada di atas piring tersebut mencoba merenungkan dirinya memikirkan solusi.

"Anton? Ada apa? Ya ampun, sudah kubilang jangan khawatirkan aku".

"Lalu kau akan kemana? Tidak bisa begitu saja, kau sekarang juga tanggung jawabku, asa. Aku harus menjagamu sesuai amanat bundamu" Mendengar perkataan anton, hati asa merasa tidak enak hati. Bagaimana ini? Karna dirinya semua orang harus menanggung beban dirinya. Begitu saja isi dibenaknya.

Tring

Sebuah solusi datang dari otak genius anton.

"Hm, begini saja. Kau bisa ke rumahku sementara, jangan khawatir hanya untuk siang ini saja. Ketika malam kau bisa kembali lagi ke penginapan, hanya ketika ayahku kembali lagi ke rumah, ya?".

"Oh, dan juga kau bisa berada di kamarku untuk sesaat. Jangan takut, kau pasti aman disitu, dan jangan khawatir jika bundaku tahu. Karena beliau bukan tipe yang penasaran dan tegas seperti ayahku, lagi pula aku kan di rumah penginapan. Jadi bunda pasti mengira kamar kosong" Lanjutnya.

Asa mengerutkan alisnya dan ragu-ragu, anton hanya bisa membatin semoga asa setuju dengan idenya tersebut. Karna ini satu-satunya plan anton.

"Kau yakin tak apa?" Angguk cepat anton.

"Baiklah, maafkan aku karna merepotkan lagi".

Anton menggeleng, ia menggenggam tangan asa dengan cepat karena harus segera mengemasi barang-barang asa agar tidak ketahuan. Anton menaiki kecepatan gas motor agar segera tiba di rumah penginapan.

.
.
.

Menyadari asa yang sedikit kesulitan untuk membereskan barangnya, tak berbasa-basi ia pun dengan segera membantu asa.

"Ton? Aku aja".

"Tak apa. Kamu duduk saja, biar aku yang bantu semuanya. Kita harus buru-buru karena ayahku sangat disiplin soal waktu, beliau akan marah besar jika aku telat sedikit saja setelah beliau memerintah".

Setelah semua siap, sebelum benar-benar keluar dari rumah penginapan. Anton memiliki ide untuk sedikit merubah rumah penginapan agar seperti tidak di urus.

Semua siap, anton menaikan kecepatan penuh untuk segera sampai di rumahnya. Tak banyak makan waktu mereka berdua tiba, anton menyadari bahwa ayahnya berada di teras rumah. Tapi otak geniusnya tida berhenti memberikan ide-ide, anton memarkirkan motor sedikit jauh dari sekitar rumahnya, keduanya segera turun dari motor. Anton menggengam tangan asa, asa ikut menuruti kemana anton akan membawanya tanpa bertanya sedikit kata pun.

Mereka tiba di sisi samping rumah anton yang di atasnya terdapat kamar anton.

"Sa, kamu bisa manjat?" Bisik anton ragu, pasti jawabannya jelas tidak.

"Ke atas sana kamarmu?" Anton mengangguk dengan ekspresi ragu. "Sepertinya aku bisa" Anton sedikit tercengang. Hebat kalau begitu. Akhirnya pun anton juga turut membantu asa untuk memanjat dengan memberikan kepalan tangannya untuk menjadi pijakan. Anton melempar barang-barang asa dari bawah, dan gadis itu pun meraihnya. Selesai, belum. Sekarang ia harus mengurusi urusannya dengan ayahnya.

"Aku menemui ayahku dulu ya, kau tunggu disana. Aku akan ke atas, kalau pun aku tak kunjung ke sana. Kau harus menetap di kamar dan jangan kemana-mana, oke?" Pesan bisik anton dari bawah. Asa mengangguk memberikan jempolnya, "Kau hati-hati ya" Anton tersenyum dan segera kembali ke tempat dimana dia memarkirkan motornya, bagaimana mungkin dia langsung menemui ayahnya dari arah samping?.

Suara motor berhenti tepat di halaman depan rumah anton yang dimana ayahnya tempat berada di depannya.

"Ton, aku kita segera ke penginapan".

"Ayah, tunggu sebentar. Ada barang yang harus aku bawa, aku ke kamar sebentar aja ya".

"Tapi nak-".

"Sebentar aja ayah, tunggu ya" Senyumnya kemudian langkah kakinya bergegas lari menaiki anak tangga dan tiba di kamarnya. Sebelum membuka pintu, anton menangani situasi dengan tengok kanan kiri.

Cklek

Pintu kamar terbuka, "Asa". Pemilik nama dengan rupanya yang cantik itu pun menoleh dan bergegas menghampirinya.

"Kau tunggu disini ya, aku tak akan lama".

"Tapi nanti kalau aku tidur disini, kau tidur dimana? Nanti kalau keluargamu curiga?".

Anton menghela nafas dan tersenyum memegang kedua bahu asa menenangkannya. "Jangan memikirkan aku, sudah tunggu saja ya" Setelah berusaha meyakinkannya, akhirnya asa pun mengiyakan kemauan anton tersebut.

Anton segera keluar melalui pintunya, sebelum menutup pintu. Anton tersenyum sedikit lega dan berusaha menangkan asa dari balik pintu, asa pun dengan raut wakah wajah yang sedikit khawatir hanya bisa membalas senyumam tersebut sembari mengatakan, "Hati-hati ya".

Dia bergegas menuruni anak tangga menuju ke teras dimana ayahnya berada.

"Maaf lama, yah".

"Iya-iya, ayo cepat".

Sebelum benar-benar beranjak dari sana, anton sekilas menatap ke lantai atas di mana asa berada, memastikan semoga semuanya baik-baik saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 03, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LAMIRON Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang