⇄ ◃◃ ⅠⅠ ▹▹ ↻
Into the Woods - Joel Sunny
──o0o──
Hari itu masih terlalu pagi. Bahkan mentari belum sepenuhnya menampakkan diri. Namun, Vena sudah bersiap. Memakai pakaian hitam yang menutupi seluruh lengannya. Juga rok panjang berwarna serupa. Lengkap dengan sepatu bot kulitnya—satu-satunya yang berwarna coklat di tubuh tinggi itu.
“Kita akan berangkat ke Verin sekarang,” katanya. Tepat setelah Helmer keluar dari kamar.
Pria itu juga sudah bersiap. Sebab Vena sudah membicarakannya sejak tadi malam. “Kau yakin?” tanyanya, sekali lagi. Meski Helmer tahu, wanita itu cukup keras kepala dan melawannya berarti membuang waktu.
“Tentu. Kurasa ada sesuatu yang bisa kita temukan di sana,” jawab Vena tanpa mengalihkan pandangnya yang menatap ke arah pintu keluar.
“Kau benar. Membiarkan anak-anak itu pergi tanpa kita melakukan apa-apa, kurasa cukup salah.” Helmer berupaya berada di posisi sejajar dengan Vena. Menapaki halaman rumah Vena yang cukup basah sebab embun berjatuhan.
“Steve, kau ikut bersama kami.” Vena berlalu melintasi Steve yang berdiri tak jauh dari pintu keluar.
Pemuda itu, Steve hanya akan selalu mengikuti perintah Vena. Tanpa bantahan atau berniat mengubah keputusan Vena. Maka, setiap Vena memberinya perintah, dia hanya akan mengangguk lalu pergi sesuai arahan.
“Neela akan membantu kita sampai lebih cepat.” Steve menaburkan neela di seluruh badan kapal. Mereka akan berangkat menggunakan kapal yang dipakai untuk mengantarkan keempat penyihir muda kemarin.
Perjalanan terasa cepat tanpa satupun masalah. Nihil perdebatan, bahkan sedikit perbincangan juga tidak. Ketiganya memutuskan bungkam. Barangkali alasannya sama, tidak tahu harus membicarakan apa dan membiarkan ombak saja yang bersuara.
Barangkali Steve menjadi yang paling enggan berdebat. Namun, sangat memihak Vena. Hanya saja, dia cukup paham situasi. Helmer dan Vena sebaiknya tidak dibiarkan terlalu sering beradu argumen. Keduanya berada di pihak yang sama. Setidaknya, tidak membuat hal konyol dengan berselisih dan mengurangi kekuatan mereka untuk berperang dengan pihak lawan.
Begitu sampai, Vena, Helmer, dan Steve ke hutan dekat istana. Tepat di belakang bangunan besar itu berada. Jalanan telah penuh dengan patung batu. Tentu mustahil untuk melewatinya dengan berjalan kaki. Begitu juga dengan bagian dalam istana. Helmer merasa, mungkin saja ada orang yang selamat di ruang bawah tanah. Namun, Vena tidak ingin masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eira and the Magic Mirror
FantasiaBlurb: Setelah kepergian kakek dan neneknya, Eira memutuskan untuk pergi mencari kebenaran tentang asal-usul dirinya. Namun, kabut misterius mendadak menyelimuti seluruh negeri dan membuat siapapun menjadi batu. Eira bersama tiga penyihir muda--Leo...