⇄ ◃◃ ⅠⅠ ▹▹ ↻
Fire and Gold - Karliene
──o0o──
Sepercik cahaya lahir dari sepasang tangan di ruangan gelap berdebu. Lalu sedikit membesar dan cukup untuk melihat wajah-wajah orang di sana. Semuanya menatap ke arah api jingga yang gadis itu keluarkan tanpa bantuan apa-apa.
"Apa yang terjadi?" Terdengar suara gadis lain di sana-selain Eira. Terpantau cemas dari nada bicaranya yang terlalu cepat dan menuntut jawaban. Entah kepada siapa dia bertanya, dia tampak linglung dan kebingungan atas kekacauan yang baru saja terjadi. Tangannya pastilah sudah sedingin es.
Ruang berpenerangan seadanya itu terasa hening setelahnya. Hanya ada desah napas yang masing-masing beradu di pendengaran mereka. Gadis itu, tidak mendapat jawaban dan tampak tidak berminat bertanya sekali lagi.
"Kita akan pergi besok pagi," kata seorang pria bersuara berat. Yang tertua di antara semuanya. Terlihat dari rambut putih serta kerutan di wajahnya. Mungkin usianya memasuki enam puluhan.
Setelah beberapa saat, Eira menyadari mereka tengah berada di ruang bawah tanah. Tangannya tak lagi mengeluarkan api, satu dari mereka telah memindahkan api tersebut ke lilin-lilin berukuran sedang di sana. Orang-orang itu merupakan penyihir dan Eira pastilah disangka sebagai penyihir juga. Seharusnya dia tidak mengeluarkan api itu dari tangannya.
Pria tua barusan berjalan menuju salah satu kursi yang melingkari meja bundar. Berjumlah delapan atau tujuh, Eira tak berminat menghitungnya dengan benar. Dia pun masih sedikit ketakutan.
"Duduklah. Haren sedang dalam masalah serius," kata pria itu lagi.
"Helmer, kabut apa barusan? Aku tak pernah melihat kejadian itu sebelumnya. Bahkan di buku-buku yang pernah kubaca." Eira mengingat laki-laki itu sebagai orang yang menariknya menjauh dari jendela. Kemudian dalam waktu singkat, mereka telah berada di bawah sini.
"Aku tidak yakin. Tapi tunggulah, besok akan kupastikan jawabannya. Jangan keluar. Tetaplah di sini sampai pagi tiba." Pria berambut putih itu rupanya bernama Helmer. Sepertinya bukan penyihir, sebab pergelangan tangannya tidak dihiasi tato bintang. Hanya ada bulu-bulu lebat di kedua tangan kekarnya.
"Tunggu, bagaimana caranya kita tahu jika pagi sudah tiba?" Seorang laki-laki muda berambut sebahu yang Eira tebak berusia tidak jauh berbeda dengannya bertanya sembari membersihkan kursi-kursi di sana. Kedua tangannya mengayun ke atas, lalu semua debu lenyap dalam sekejap.
"Hei! Kau ini melupakan aku, ya?" Gadis yang tadi bertanya berujar kesal. Wajahnya berkerut dilengkapi dengan tatapan sinis.
"Bisakah kalian berhenti bertengkar setidaknya untuk sekarang? Situasi sedang memburuk. Jika tidak bisa membantu, jangan mengganggu Helmer dengan suara kalian." Salah satu dari tiga penyihir muda itu mungkin seorang yang pengertian. Sedari tadi, dahi Helmer tampak berkerut. Otaknya pasti sedang bekerja ekstra untuk berpikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eira and the Magic Mirror
FantastikBlurb: Setelah kepergian kakek dan neneknya, Eira memutuskan untuk pergi mencari kebenaran tentang asal-usul dirinya. Namun, kabut misterius mendadak menyelimuti seluruh negeri dan membuat siapapun menjadi batu. Eira bersama tiga penyihir muda--Leo...