prolog

267 33 51
                                    

"cerita ini adalah fiksi belaka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"cerita ini adalah fiksi belaka. Nama tokoh, latar, dan kejadian di dalamnya merupakan hasil imajinasi. Bila ada kemiripan dengan dunia nyata, itu hanyalah kebetulan yang tidak disengaja."

"Apa yang tampak diam, bisa jadi sedang bergerak dalam koordinat yang tak kita pahami."

Sebelum baca jangan lupa tekan bintang dulu, yuk :)
.
.
.
.
.
.


Dua puluh tahun yang lalu, di tahun 2005, berdirilah sebuah sekolah tua bernama SMA Nexus—gedungnya berbahan dasar kayu, berderit setiap kali angin berembus kencang. Sekolah itu terkenal bukan hanya karena usia bangunannya, tetapi juga karena tiga murid yang ditakuti hampir seluruh siswa: Satria, Aksel, dan Damar. Mereka dikenal sebagai “SAD”, singkatan dari inisial nama mereka, sekaligus cerminan dari perasaan siapa pun yang pernah berurusan dengan mereka.

Hari itu, di sela jam istirahat, seorang siswa pendiam bernama Bima tak sengaja menumpahkan minumannya ke seragam putih Damar.

“Anak sialan lo!” geram Damar, mendorong Bima dengan kasar hingga tubuhnya membentur ujung kursi. Bima meringis, memegangi punggungnya.

Satria dan Aksel segera menghampiri.

“Ada apa nih?” Satria tertawa kecil, menyeringai. Damar menoleh ke mereka sambil mengangguk, seolah memberi aba-aba.

Tanpa banyak bicara, Aksel langsung mencengkeram kerah seragam Bima. Tarikannya kuat, hingga napas Bima tercekik.

“Lo cari masalah sama kita, hah?” desis Aksel, napasnya berat dan mata menyala penuh amarah.

Bel sekolah berbunyi, menandai akhir istirahat. Siswa-siswi lain berseliweran masuk kelas, berpura-pura tidak melihat apa yang terjadi. Bima tetap di sana, terdiam dan tertindas.

Hari-hari berikutnya, Bima hidup dalam bayang-bayang teror SAD. Tidak ada guru yang tahu. Tidak ada teman yang berani menolong.

Sampai suatu sore, saat matahari nyaris tenggelam, Bima diseret ke gudang sekolah. Mereka menyiksanya tanpa belas kasihan—menyiram air selokan ke tubuhnya, memaksanya makan makanan basi, bahkan menusukkan ujung pena ke mata kirinya.

Teriakan Bima terhenti ketika seorang perempuan muncul. Rambutnya dikuncir tinggi, napasnya terengah karena berlari.

“Kalian bertiga gila!” bentaknya lantang. Ia mendorong SAD menjauh, "asal kalian tau, apa yang telah kalian lakukan hari ini—itu akan berdampak ke-keturunan kalian, " setelah mengucapkan itu ia lalu memapah tubuh Bima yang lemah keluar dari gudang gelap itu.

———

Bima dirawat selama sebulan penuh. Di balik infus dan luka yang belum sembuh, tumbuh satu hal yang tak bisa diobati: dendam.

Dua puluh tahun telah berlalu.

Sekolah telah berubah, bangunan kayu diganti tembok beton. SAD menghilang dari catatan sekolah, seolah mereka tak pernah ada.

Tapi di dalam hati seseorang, masa lalu itu belum benar-benar berakhir.


Sabtu, 31 Mei 2025

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Hallo guys makasih udah baca ya, cerita ini murni dari pikiran aku sendiri. Cerita ini juga mengandung unsur kekerasan jadi tolong bijaklah dalam membaca☺🙏

Mau tau kelanjutan kisah mereka yuk baca cerita nya dan ikut aksi mereka untuk memecahkan misteri ini.

Jangan lupa untuk vote dan komen yah, dan juga ajak teman-teman kalian untuk membacanya.


Dan berikan kritikan dan saran kalian yaa (◍•ᴗ•◍)

See you guys...

Surat Dan MawarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang