Malam itu keluarga Rafa berkumpul di ruang makan menikmati makan malam. Saat sang ayah memecah ketenangan dengan menyampaikan niatannya.
"Gak pa, Rafa gak mau, Rafa bisa atur hidup Rafa sendiri," kata Rafa tegas.
"Gak usah ngelawan, papa tau yang terbaik buat kamu!" Kata papanya gak kalah galak.
"Ini mau makan apa berantem," celetuk Yori cuek. Sejak mamanya meninggal pertikaian kedua anak bapak ini sering kali terjadi. Yori selalu menjadi orang yang harus melerai.
Bapak anak ini terdiam dengan celetukan Yori. Akhirnya mereka melanjutkan makan tanpa suara.
"Rafa, papa minta tolong, kali ini, biar kamu ketemu dulu dengan calonnya biar kamu tau, plis, demi keluarga," kata sang papa lagi.
"Kali ini papa jadiin Rafa jaminan apa lagi? Perusahaan? Demi perusahaan? Rafa gak butuh itu pa," kata Rafa akhirnya pergi meninggalkan meja makan.
"Yori, bujukin kakakmu lah," rengek sang ayah. Yori hanya melirik tajam pada ayahnya.
"Pak lain kali kalo ngapa-ngapain mikir," kata Yori pergi dengan kesal.
Yori berjalan menuju kamar kakaknya. Dirinya hanya berdiri di depan pintu melihat sang kakak yang bermain gitar diatas kasurnya.
"Kalo lu kesini mau ngebujuk gue, gak usah, menurut gue papa dah kelewatan," kata Rafa kesal.
"Gak, ngapain bujuk lu, gak ada hasilnya buat gue, mending lu kawin lari sana ma ci eril, kan lumayan perusahaan buat gue," kata Yori.
"Rese lu ya," kata Rafa melempar bantal ke Yori.
"Lu pikir sendiri aja bang, baik buruk nya buat lu, apapun kata lu gue ikut, ini kan hidup lu," kata Yori.
"Au ah males mikirnya gue," kata Rafa meletakkan gitarnya dan tidur memunggungi Yori.
Yori hanya memandang punggung abangnya, mengelusnya pelan sebelum pergi meninggalkan kamar abangnya.
Ditempat lain, ketegangan serupa hadir di rumah Ariella. Ariel dan papi maminya sibuk berdebat sejak siang tanpa ujung pangkalnya.
"Ariel gak mau di jodohkan!" Tegas Ariel menggebrak mejanya.
"Kamu dasar anak gak tau di untung! Papi itu mikirin masa depan kamu!" Bentak papinya.
"Eril udah lah kenapa sih harus ngelawan, ini kan demi kebaikan mu, apa karena pacarmu yang gak seberapa itu!" Kata maminya.
"Mami gak usah ngehina keluarga orang! Inget mi, kalo bukan karena papi mami juga bukan apa-apa!" Kata Ariel terlampau emosi.
"Plak!" Satu tamparan dari maminya mendarat di pipi Ariel.
"Mi, cukup! Papi sama Mami udah kelewatan!" Eve adik Ariel langsung memeluk Ariel yang mulai menangis.
"Gue mau pergi dari sini ip," kata Ariel pergi meninggalkan mereka.
"Krib tunggu dulu!" Eve mengejar Ariel ke kamarnya.
Eve mengejar Ariel yang keluar dari rumahnya membawa barang -barangnya.
"Lu mau kemana?" Kata Eve menahan Ariel.
"Gak usah tau, lu cuman bakal di marahin mami papi kalo tau" kata Ariel melepas tangan Eve dan pergi.
Rafa ternyata juga kabur dari rumah dan menjemput Ariel keduanya pergi menghilang.