Disclaimer Masashi Kishimoto
Summer Breeze Event - Prompt Fireworks - NHI_TelegramNaruto tahu itu, saat pertama kali menatapnya, dia yang paling tahu bahwa mereka memiliki semacam ikatan kuat yang tidak bisa digambarkan. Maka, meski dengan kekosongan ingatan itu, Naruto memilih terus berpura-pura. Karena, lelaki itu ingin tahu sejauh apa Hinata mampu berlaku baik hanya untuk orang asing seperti dirinya?
Naruto menyodorkan nominal uang dengan jumlah yang tidak bisa dibilang sedikit pada wanita paruh baya, pemilik apartemen pinggiran kota. Dia bertitah untuk mengusir paksa penghuni apartemen nomor 8. Hal itu ia lakukan agar tidak ada lagi seseorang yang bisa berdekatan dengan gadisnya-penghuni apartemen nomor 9. Atau itulah rencananya.
Lalu langkah selanjutnya adalah mengawasi Hinatanya. Gadis berambut indigo panjang, beriris mutiara. Menaruh pelacak keberadaan di sana, di luar apartemen gadis Hyuuga itu. Tidak, ini hanya sedikit, baru sedikit saja Naruto menunjukkan sikap monopoli keposesifan itu.
Salahkan saja Hinata, yang mulai mencoba meninggalkannya, setelah mereka melalui semua masa-masa menyenangkan bersama. Ketidak-adilan itu akan Naruto manfaatkan dengan akhir Hinata lebih terpaku padanya.
"Pasien Naruto-san mendapat benturan yang cukup keras di bagian kepala, sehingga ada beberapa gangguan ingatan yang harus dibantu terlebih dahulu agar ia bisa kembali mengingat. Pendaharan sebelumnya sudah dihentikan dan diobati, kau bisa menggantinya seminggu atau dua minggu sekali sampai benar-benar kering."
Orochimaru mengedipkan satu mata ke arah Naruto. "Nah Naruto-san, kau akan dibantu dengan istri manismu ya, karena kau sudah boleh pulang, jaa-nee."
Dan itu adalah awal mula kejadian beruntun Naruto merasa terikat benang merah dengan gadis Hyuuga itu. Mitologi Jepang menyebutnya red string theory. Naruto tidak mempermasalahkan apa namanya, yang jelas, segala tentang Hinata selalu membuatnya kehabisan napas untuk segera cepat-cepat menyatukan mereka ke jenjang lebih serius, tentu saja pernikahan.
Kesekian kali Naruto menyelinap diam-diam ke kamar apartemen Hinata. Gadis Hyuuga itu mempunyai kebiasaan tidur yang awet-tidak mudah terbangun di malam hari. Pakaiannya adalah piyama polos navy, mana rela Naruto membiarkan pria lain melihat pemandangan Hinata memakai piyama setiap malam? Lingkaran dekapan lelaki Namikaze itu menguat, ia menyembunyikan seluruh tubuh Hinata di pelukan lebar. Aroma soft parfum murahan yang tercampur keringat gadis itu, tetaplah menjadi favorit Naruto.
"Aku penasaran, apa... apa warna matamu adalah warna asli?" Spontanitas pertanyaan Hinata begitu saja mengudara, sehingga keheningan datang begitu saja pada keduanya. Keheningan yang damai.
"Kurasa." Naruto menjawab singkat.
Hinata tersenyum bersamaan dengan pipi mengembung terisi nasi, "Jernih menyerupai warna langit," pujinya tulus, lalu kembali mengunyah.
Untuk pertama kalinya, Naruto berterimakasih pada kedua orang tuanya, karena gen percampuran mereka, berhasil membuat Naruto memiliki dua iris biru langit, sehingga disukai gadisnya. Naruto menyukai bagaimana Hinata tersenyum. Matanya menyipit, dengan pipi mengembang. Manis dan meneduhkan siapapun yang melihatnya.
Naruto menunduk, menggigit bahu Hinata yang tertutupi kain piyama. Menahan segala gejolak untuk terus mempertahankan sikap agar Hinata menjadi miliknya sesuai rencana yang sudah ia susun.
Hinata mulai terliputi rasa penasaran di tengah kesibukan menulis, "Kau masih belum mengingat siapa dirimu, Naruto-kun?"
Naruto mengangkat wajah, diam-diam memperhatikan isi tulisan Hinata. "Bahwa kita adalah sepasang suami-istri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Skies
Fanfiction"Ah rupanya kau adalah istriku." Wajah Naruto melunak, mata biru yang mulanya tak tergapai, kini seperti bisa disentuh. Notasinya berubah sehingga dalam sekali pendengaran, Hinata mendadak mempunyai perasaan takut, yang membawanya pada... penyesalan...