Bab 21 | Di Balik Tabir Kebesaran

36 32 9
                                    

Dalam setiap ayat Al-Quran yang dihafal, Weavers seolah menyibak tabir kebesaran yang terselubung.

Setiap kata yang terpatri dalam ingatannya bagaikan jendela menuju pemandangan indah yang memukau jiwa.

Baginya, menghafal kitab suci bukan hanya sekadar mengingat untaian kata, melainkan upaya untuk menembus misteri kehidupan dan meraih kedamaian abadi di balik tabir kebesaran Ilahi.

Keluarga kecilnya menjadi saksi akan perjuangan Weavers dalam menyibak tabir kebesaran tersebut.

Ayah dan Ibunya senantiasa terpukau oleh ketekunan dan kekhusyukan putri mereka dalam menghafalkan ayat demi ayat.

Setiap kali Weavers membacakan hafalan barunya, mereka seolah menyaksikan cahaya kebesaran yang memancar dari setiap kata yang terucap.

Dengan segenap jiwa, Weavers terus melangkah, menyibak sedikit demi sedikit tabir kebesaran yang terhampar di hadapannya.

Setiap ayat yang dihafal menjadi kunci yang membukakan pintu menuju pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan dan keabadian.

Suatu malam yang tenang, Weavers duduk di ruang tamu sederhana mereka, mushaf Al-Quran terbuka di pangkuannya.

Ayah dan Ibunya bergabung, menatapnya dengan pandangan penuh kebanggaan.

"Anakku," ucap Ayahnya dengan lembut.

"Kami melihat engkau menyibak tabir kebesaran dengan setiap ayat yang engkau hafal." Weavers mengangkat kepalanya, menatap Ayahnya dengan penuh rasa ingin tahu.

"Menyibak tabir kebesaran? Apa maksud Ayah?"Ayahnya tersenyum bijak.

Setiap kali engkau melafalkan ayat-ayat suci itu, kami seolah menyaksikan engkau membuka tirai yang menutupi kebesaran Ilahi yang agung.

Weavers tertegun mendengar analogi Ayahnya.

"Aku hanya berusaha meresapi setiap makna yang terkandung dalam ayat-ayat itu, seperti yang selalu Ibu dan Ayah ajarkan kepadaku."

"Dan itulah yang membawamu semakin
dekat dengan menyibak tabir kebesaran, anakku," sahut Ibunya dengan lembut.

"Setiap kali engkau membacakan hafalan barumu, kami seolah melihat cahaya kebesaran yang memancar dari dirimu.

"Weavers merasakan kehangatan melingkupi hatinya. "Terima kasih atas bimbingan dan dukungan kalian, Ibu, Ayah.

Dengan kalian di sisiku, aku yakin akan mampu terus menyibak tabir kebesaran itu, hingga aku benar-benar meraih kedamaian abadi di balik keagungannya.
Ayahnya merangkul pundak Weavers dengan penuh kebanggaan.

"Teruslah menyibak tabir itu, anakku. Kami akan selalu ada di sini, menjadi saksi akan perjalananmu menuju kebesaran yang sejati".

Malam itu, Weavers terlelap dengan mimpi tentang dirinya yang berdiri di ambang tabir kebesaran, dengan Ayah dan Ibunya di sisinya, menuntunnya menembus misteri kehidupan dan meraih kedamaian abadi di balik keagungannya yang tak terlukiskan.

Lentera Derap (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang