Menangislah

240 44 6
                                    

Waktu menunjukkan pukul 11 malam ketika bunyi bel mengusik ketenangan Yasaka dalam meraih bunga tidurnya. 

"Ck! Siapa sih yang bertamu di jam segini? apa tidak tau aku besok harus mengejar rapat pagi-pagi sekali!" omel Yasaka pada tamu tak diundang yang jelas-jelas mengganggu jam istirahatnya. 

Dengan raut wajah kesal akhirnya ia mau tidak mau menyeret langkah kakinya untuk melihat siapa sesungguhnya tamu tak diundang di depan sana. Ia bersumpah jika itu hanyalah orang mabuk yang salah memencet bel apartemennya, ia akan memaki habis-habisan orang tersebut. 

Maklum saja, Yasaka tinggal di apartemen yang entah kenapa menurutnya memiliki tetangga yang unik-unik. Dimana terkadang tetangganya yang mabuk sepulang dari minum-minum entah bersama rekan kerjanya atau kekasihnya, berujung menekan bel random pada deretan pintu apartemen yang salah. Bukan hanya dirinya, hal tersebut juga terjadi pada tetangganya yang lain.

Yasaka mengintip pada interkom yang tak jauh dari pintu kediamannya. Menatap sosok yang berdiri tertunduk menatap buku jari kakinya yang tertutup sepatu. Ia mengenakan topi tapi Yasaka tahu siapa itu. 

Yasaka dengan terburu-buru membuka pintu apartemen miliknya dan betul saja ia menemukan Biru tengah tersenyum menatapnya lucu. 

"Kau.."

"Hai, Kak Yasa. Apa kau merindukanku? Bukankah tamu itu harusnya di suruh masuk dulu?" celoteh Biru tertawa geli melihat raut wajah terkejut milik Yasaka melihat dirinya yang datang tanpa konfirmasi apapun.

Biru tak menunggu Yasaka mempersilakannya masuk. Ia dengan santai melepaskan sepatu yang ia kenakan lalu menggeret kedua koper yang ia bawa masuk ke dalam apartemen milik Yasaka dan meletakkannya tak jauh dari lorong pantry. Membuka topi yang ia kenakan dan meletakkannya di atas meja mini bar yang menjadi batasan antara ruang tv dan dapur minimalis milik Yasaka. Menganggap seperti miliknya sendiri. 

Sementara Yasaka hanya mengikuti gerak-gerik milik Sabiru yang kini tengah mendudukkan tubuhnya pada sebuah sofa tidur di depan TV miliknya. Menghela nafas panjang seakan melalui perjalanan panjang nan melelahkan hingga sampai ke sini. 

Yasaka menutup pintu apartemennya dan mulai mendekati Sabiru, sosok lelaki yang sudah 10 tahun ini menjadi sahabat sekaligus adik bagi dirinya. 

"Kau, dari bepergian?" tanya Yasaka ikut mendudukkan tubuhnya di sebelah Sabiru yang kini terpejam sementara manik matanya menatap kedua koper besar yang dibawa Sabiru tadi. 

Sabiru menggeleng. Namun tak ada perkataan apapun keluar dari bilah bibirnya. Matanya bahkan masih terpejam. 

"Apa kau punya masalah?" tanya Yasaka mengusap puncak kepala milik Sabiru lembut. 

Yasaka tahu bahwa Sabiru pasti memiliki masalah. Terlebih lagi ketika ia dengan sengaja mendatangi kediamannya dan membawa dua buah koper besar yang entah apa isinya. 

"Kak, malam ini aku tidur disini ya." ucap Sabiru tepat ketika membuka matanya dan menatap Yasaka dengan tatapan anak anjing yang begitu menggemaskan. 

"Memangnya kenapa dengan apartemenmu?" tanya Yasaka curiga terhadap permintaan Biru

"Memangnya aku kalau menginap disini harus ada alasan ya?" cemberut Biru. 

"Bukan tidak boleh. Aku hanya sedikit bingung saja dengan keinginanmu."

"Jadi, aku boleh tidak menginap disini?" tanya biru sekali lagi. 

"Boleh. Tapi kau harus berjanji padaku untuk menceritakan semuanya padaku." belai lembut Yasaka pada surai milik Sabiru dan berakhir mencubit kecil pipi berisi milik Sabiru. 

Kanaka SabiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang