Terserah

204 42 8
                                    

Dia kembali? Oh!

Hati Sabiru mendadak tak karuan setelah perkataan Kanaka barusan. Ada rasa sesak dalam hatinya. Tapi ia tak bisa apa-apa. Sudah menjadi tugasnya menemani Kanaka sesuai keinginannya seperti sekarang. Bahkan dari 5 tahun yang lalu, Kanaka selalu mewanti dirinya untuk tidak pernah menaruh hati padanya. Namun Sabiru jualah yang ingkar pada perintah Kanaka. 

Sabiru menatap Kanaka yang tengah mengusak rambutnya yang masih basah. Menatap bagaimana paras tampan itu terlihat menawan dengan rahang tegas yang sempurna. Dia menyukainya. 

Tapi memikirkan bagaimana ia tidak akan pernah bersama lagi dengan Kanaka, membuat hati kecilnya tak nyaman. Sabiru berharap ada sedikit ruang dan celah dalam hati Kanaka untuknya. Namun harapan Sabiru tak akan pernah terjadi. 

Sabiru harus menerima kenyataan bahwa apa yang disampaikan Kanaka padanya tadi adalah sebuah peringatan untuknya. Bahwasanya, ia hanyalah seorang pengganti untuk sosok di masa lalu dalam kisah percintaan Kanaka.

Oh sial, rasa sakit ini membuatku tak nyaman. Jadi seperti ini rasanya patah hati. Tidak, tidak. Lebih tepatnya patah hati karena cinta bertepuk sebelah tangan. Tapi apa benar Naka tidak memilik rasa apapun padaku? Bahkan seujung kuku pun?

"Kenapa kau menatapku seperti itu?" ucap Kanaka menatapnya heran. 

Sabiru tak memberikan jawaban apapun. Matanya hanya menatap Kanaka. 

"Apa semuanya harus berakhir? apa tidak bisa seperti ini saja?" ucap Sabiru pelan yang dia pikir hanya dirinya saja yang bisa mendengar ucapannya.

"Kau bilang apa barusan?" Ucap Kanaka dingin tanpa ekspresi seperti biasa.

Sabiru pikir, setelah melewati semuanya selama 5 tahun ini bersama, ada rasa berat hati dari Kanaka jika harus mengakhirinya. Tapi ternyata tidak. Kontrak 5 tahun ini tidak membuat hati Kanaka luluh bahkan bergeming dari masa lalunya. 

Otak Sabiru kembali berfungsi. Rasa sakit di hatinya mau tidak mau menarik dirinya untuk kembali pada kenyataan yang ada. Sabiru membuat senyuman terindah yang ia bisa lakukan. 

"Jangan terlalu serius, Naka. Aku hanya bercanda. Senang mendengar akhirnya aku bisa terbebas dari dirimu." ucap Biru santai, berusaha mengimbangi ketenangan Kanaka yang kembali mengusak rambutnya yang sudah setengah kering.

Tangan Kanaka berhenti, alisnya bahkan sedikit terangkat menatap Biru dengan rasa tak suka. Ia berusaha mendapati penyesalan dari perkataan Sabiru barusan, namun nihil. Ia tak menemukan kesedihan dalam mimik wajah Sabiru. Justru ia menemukan bagaimana mata sipit itu melengkung indah ketika Sabiru tersenyum. 

"Kau sudah lama ingin mengakhiri hubungan ini denganku?" tanya Kanaka tak menampilkan emosi apapun. 

Biru sudah ahli dalam memainkan perannya dan mengatur raut wajahnya selama 5 tahun bersama Kanaka. Harusnya kali ini pun ia bisa melakukannya. Dengan pura-pura ia mengangguk tak peduli.

"Tentu saja. Kau tahukan umurku sudah tak muda lagi. Bahkan nenek, kakak, dan adikku sering kali bertanya kapan aku akan memperkenalkan pacarku pada mereka. Dan aku tak mungkin bersamamu tanpa status yang jelas, kan?" Ucap Sabiru pada Kanaka yang masih tak bergeming menyuarakan apapun. 

"Aku yakin kau tak ingin membuat semuanya semakin sulit." putus Sabiru dengan asumsinya sendiri. 

Jujur saja, Biru juga ingin memiliki pasangan yang mencintainya tulus sama seperti dirinya. Mempunyai hubungan yang baik hingga memiliki pernikahan yang sehat. Dan Biru sebenarnya ingin itu dengan Kanaka. Hanya saja Biru harus sadar diri. Ia tak bisa menjatuhkan harga dirinya lagi setelah waktu itu ia memohon untuk Kanaka membuat kontrak yang mempertaruhkan harga dirinya. 

Kanaka SabiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang