4. Benang Merah

97 8 0
                                    

Tangan liar Jay memprovokasi agar Ruby tunduk. Targetnya membuat Ruby mendesah, pasrah mendongak, sehingga semakin membuka jalan untuk memangsa.

Jangan harap.

Ruby pantang luruh akan nikmatnya sentuhan-sentuhan itu.

Ingatan tentang kesulitan yang sudah klannya lalui terngiang. Anak-anak serigala yang ketakutan tiap kali manusia asing. Para kawanan bekerja lebih ekstra, melewatkan buruan, menghadapi manusia-manusia yang tak jarang membawa keributan. Ruby mencurahkan sedikit kekuatan tersembunyinya, mendorong Jay masuk ke dalam sembari terus melumat.

Ada apa dengan wanita ini? Dia tidak mau mengalah.

Adrenalin Jay meningkat, tertantang membalikkan keadaan. Tangan Jay lihai menyelinap di antara paha Ruby, menghadiahi efek kibasan sayap kupu-kupu di perut.

Kesempatan itu tak disia-siakan Jay. Dia sukses menjejalkan mulutnya ke leher Ruby sambil mengangkat tubuh gadis itu dan langsung melemparnya ke ranjang. Namun, Jay juga ikut jatuh tak berdaya.

Sari buah nightshade menjalari urat-urat beku vampir, melumpuhkan kesadaran umumnya sampai fajar tiba. Ruby mencabut kuku-kukunya dari tengkuk Jay.

Cukup mudah mengenyahkan bobot pria dewasa. Ruby dapat menggunakan dua ratus persen kekuatannya sekarang.

"Ah sialan, bibirku kebas," gerutu Ruby, terduduk di pinggiran ranjang. Lirikan sinisnya tertuju pada Jay yang terlentang.

"Kau melakukan itu dengan banyak wanita?" Ruby mengacungkan lengan Jay. "Aku akan mematahkan tanganmu yang kurang ajar ini!"

Kilas balik keintiman tadi lagi-lagi menghanyutkan Ruby. Dia tertegun. Yang terjadi beberapa menit lalu menyembulkan perasaan campur aduk.

Sungguh sulit dipercaya, ia membiarkan pria vampir itu bebas menjelajahi tiap titik tubuhnya. Dipikir-pikir, dirinya berbuat hal yang sama. Turut andil memanaskan tensi, tanpa ampun menguasai Jay.

Lengan Jay dilempar kasar mendarat ke dada.

"Kau beruntung, Vampir Bodoh. Asal kau tahu, akan kugunakan kemurahanku sebagai seorang ratu. Anggap saja tanda permintaan maaf. Maka kita impas," ucap Ruby bermonolog.

Enggan buang-buang waktu, Ruby mengikat kuda rambutnya. Pinggiran gaun disibakkan setinggi paha, Ruby lantas menduduki paha Jay.

Menurutnya, posisi itu paling memudahkannya menggeledah.

"Nah, mari kita lanjut bekerja."

Ruby merogoh saku celana yang jumlahnya tak cuma satu. Kunci mobil, kertas-kertas tak penting, bon-bon belajaan, lima keping koin recehan, lipatan dolar, permen merah menyegar mulut terlempar ke segala arah.

"Kenapa dia menyimpan sampah-sampah? Vampir ini mengalahkan kantong ibu-ibu. Di mana  ponselnya?" gerutu Ruby.

Ruby memeriksa sekeliling. Ia melompat, menyambar jas Jay yang tersampir di laci dan berhasil mendapatkan ponsel.

Ruby berlari kecil ke Jay, menempelkan sidik jari pria itu ke fingerprint.

Akses ponsel terbuka, melebarkan senyum kemenangan. Jari Ruby menggulir layar, mengotak-atik akun media sosial pribadi Jay. Berulang kali terkikik men-stalk foto-foto Jay yang menggelikan.

Ada yang posenya seperti bebek berenang. Menjepret foto bersama barang-barang acak contohnya sendok emas, gelas wine, bahkan apel yang telah digigit.

Ruby tak habis pikir dari mana ide norak ini berasal? Padahal tips-tips foto keren bertebaran di internet, semestinya dia meniru influencer.

Vouszetaeyez: Vampire's Blind Date Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang