5. Petak Umpet

51 6 0
                                    

Burung berkicau mengitari pohon-pohon menjulang. Semak berdesik dientak kaki-kaki yang berlari kelabakan. Glenn, Haris, dan Barlie berpencar menyusuri hutan.

"Shey dan Thom di sini!" teriak Barlie.

Glenn dan Haris langsung bergabung di tempat dua sejoli itu ditemukan.

"Hey! Hey! Bangun!" Glenn menepuk-nepuk Thom.

Yang menyadari bising di sekitar justru Shey. Ia mengerang, Haris membantunya terduduk.

"Shey, kau tak apa? Apa kau bisa berjalan? Kita harus menjauh dari hutan!"

Shey memijat kepalanya. "Ada apa? Apa yang terjadi?" tanya Shey parau.

"Polisi telah menyebar di hutan, sepertinya mereka mencari jejak seseorang ya," jelas Haris terburu-buru.

"Lagi dan lagi? Astaga, Ruby benar-benar harus berhasil!" keluh Shey.

Haris berjongkok, membelakangi Shey. "Nah, naik ke pundakku cepat."

"Baiklah."

Di sisi lain, Thomas pucat pasi mirip mayat hidup. Ujung rambut depannya yang mencuat berubah lepek karena keringat dingin.

"Kita apakan dia?" Barlie kebingungan.

"Sialan bocah ini!" dengus Glenn.

Mau tidak mau dia menggendong pria berbobot delapan puluh kilo itu di satu pundaknya, bak memanggul karung beras. Mereka baru mau bergegas, tapi terlambat.

"Hey kalian di sana! Berhenti!" teriak suara tegas polisi.

"Jangan lari," kata Glenn, "bersikaplah biasa saja. Tidak ada yang terjadi. Kita tidak tahu apa-apa."

Runtutan kalimat-kalimat sihir terulang kesekian kalinya.

"Apa yang terjadi?"

Komandan polisi menghampiri Glenn dan kawan-kawan. Keadaan mereka yang saling angkut-mengangkut menimbulkan pertanyaan. Naluri perwira muncul melihat sekumpulan anak muda kesulitan di alam liar. Sisanya, ruang untuk curiga.

Glenn berbalik. "Oh, Tuan Frans. Anda rajin sekali ke hutan ini," sapanya, menaikkan garis senyum di pipi. Dia berharap tak terlihat kaku, meski faktanya merasa demikian.

"Kalian baik-baik saja? Ada apa dengan dua teman kalian?" tanya Frans.

Shey mengipas-ngipaskan tangannya lemah. "Aku tidak apa-apa, tadi malam dilanda mabuk saja."

"Berdua saja?" 

"Ya," sahut Shey.

"Ah," keluh Glenn, memotong percakapan, "bocah ini berat sekali. Lama-lama pundakku patah. Kami izin permisi, Tuan."

"Oh ya, silakan kembali dengan selamat. Jaga teman-temanmu."

"Shey, lari! Lari! Ayo pulang! Shey! Asap itu akan melahap kita! Shey!"

Semua memelotot kecuali Thomas yang jadi sumber kepanikan teman-temannya. Frans melongo dua kali lipat melihat Glenn kelepasan membanting Thom supaya berhenti mengigau.

"Anu ... kenapa kau melakukan itu? Dia bisa patah tulang," tegur Frans.

"A ... ah, aku tidak bermaksud." Glenn menggaruk tengkuk.

"Kami terbiasa bercanda seperti itu, Tuan," sambar Haris, "jangan khawatir. Ini bukan apa-apa. Otot kami sudah biasa mengalami benturan karena sering latihan bertarung. Di desa, kami belajar seni bertarung contohnya Bartitsu ala Sherlock Holmes atau Glima, gaya berkelahi ala Vikings. Anda tahu, kami masih melestarikan hal-hal semacam itu."

Vouszetaeyez: Vampire's Blind Date Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang