Bagian 89. KABAR DARI JAUH SEHARI SEBELUM IDUL ADHA

1K 328 9
                                    

Selamat membaca teman-teman ♥️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca teman-teman ♥️

*

”Tidak apa-apa, Bu. Kalau memang di keraton akan ada kesibukan besar dan ibu harus ke sana, ibu pergi saja.”

”Itu memang kewajiban yang tidak bisa ditinggalkan, tapi ibu bisa mencari ganti buat ibu, Bri. Tenanglah.”

Brielle menatap ibu mertuanya yang mondar-mandir membenahi bajunya dan baju Gempar ke lemari. Dia menatap ke luar kamar dan melihat seorang abdi dalem wanita duduk menunggu di sebuah kursi.

”Bagaimana sekarang?”

Brielle mendongak dan tersenyum. ”Rasanya ingin keluar dari kamar dan melakukan apapun. Bu, saya tidak apa-apa.”

”Bapakmu sedang menjemput Simbah jadi kita tunggu apa kata beliau. Ibu yakin kamu baik-baik saja tapi sebaiknya kamu lebih banyak istirahat.”

Brielle mengangguk. Dia menerima jus dalam botol yang diulurkan mertuanya dan meminumnya sedikit. Dia mengangguk ketika wanita itu beranjak dan berpamitan keluar.

Menjelang maghrib yang sunyi. Terjebak di Seturan hampir sepanjang siang tidak masuk dalam rencana mereka hari itu. Tapi hujan tiba-tiba saja turun dengan deras setelah konon katanya dia pingsan cukup lama.

”Seseorang harus menyingkirkan cermin besar itu...” Brielle yang sedang duduk di ranjang sambil meluruskan kaki, baru saja melirik cermin besar yang dia maksud. Dia merasakan ketidaknyamanan melihat pantulan dirinya di cermin. ”Aku sudah berdamai dengan diriku sendiri, apapun itu Dhawuh Pinilih, aku akan berusaha melaksanakannya dengan baik. Tapi ini, sepertinya ini lebih kuat dari yang dulu. Apakah mereka lain? Huuh...” Brielle tertawa sumbang. ”Manusia semodern aku akhirnya mengalami sesuatu yang bahkan tidak akan aku percayai dulu.”

Brielle tersentak dari lamunannya dan menoleh cepat ke arah pintu di kejauhan. Kamar itu bahkan terlalu luas untuk bisa mendengar ketukan pintu namun dia selalu bisa mendengar segala sesuatu dengan nyaring.

”Masuk...” Brielle bahkan belum menyelesaikan kalimatnya ketika sosok adiknya terlihat dan masuk ke kamarnya itu.

”Kau sudah mendingan Bri?”

Ini kali ketiga dalam sehari, Jade adiknya menanyakan keadaannya. Pemuda tanggung itu benar-benar terlihat khawatir.

”Sudah aku bilang aku tidak apa-apa Jade. Jangan khawatir.”

”Rumah ini tempat paling aman untuk kita, Bri. Jangan sakit. Suamimu pasti baik-baik saja.”

”Apa ada yang menghubungi kamu, Jade. Ayahmu?”

Jade terlihat menggeleng. ”Dia sibuk melobi sana sini dan pasti Mom juga terpaksa pergi bersamanya. Bagaimana? Bukankah aku seharusnya di sana dan mencari tahu segala sesuatunya, Bri? Huum? Orang-orang tidak akan mencurigai aku. Aku bisa melakukan tandem yang baik dengan suamimu.”

GEMPAR AND THE COFFEE THEORY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang