25. Bimbang

190 11 0
                                    

Mereka segera terbangun saat mendengar seseorang menangis dan segera mencari keberadaannya membuat mereka terkejut.

"Kenapa ? ".

"Al kenapa ? ".

"Kenapa nangis ? ".

Pertanyaan itu sontak keluar dari mereka membuat Restu menatap tajam mereka hingga mereka terdiam seketika.

Vano tanpa basa basi langsung melepaskan pelukan keduanya dan menarik Al sampai menubruk dadanya kemudian memeluknya.

Melihat itu sontak Restu kesal. " jangan kasar kasar"Dingin Restu dan menatap tajam Vano namun malah dibalas tatapan tajam balik oleh Vano.
Al segera melepaskan pelukannya dengan paksa membuat Vano dengan enggan melepaskannya, Al melepaskannya sambil mengapus air matanya. "Gak usah berantem,gue baik baik aja" Dengus Al.

"Kenapa lo nangis al ? Di apain lo sama dia ? " tanya Ucup sambil menunjuk Restu membuat ia langsung menepisnya sambil mendelik tajam membuat si empu terkekeh kecil.

"Gak ngapa ngapain, gue nangis cuma lagi kangen aja sama Mommy" balas Al membuat mereka menatap sendu Al, mereka jelas tau bagaimana keadaan keluarga Al.

"Udah jangan nangis nanti berdoa aja supaya lo tenang" balas Ivan dan diangguki Al.

"Gue laper Res, mau makan" Ucap Al berbalik sambil menatap Restu dan dibalas senyuman olenya dan lalu pergi untuk mengambil makanan.

"Tunggu disini" balasnya.

Mereka kembali masuk lalu duduk dengan Jani yang menyalakan Tv tak lama ia menatap Al. "Mau nonton Apa ? " tanyanya membuat Al berfikir kita kira film apa yang bagus.

"Mau Film psikopat dong" Balasnya menbuat mereka serentak menatap Al. "Heh".

" kenapa ? "Tanya Al bingung menatap reaksi berlebihan dari mereka.

"Nanti lo mual pas lagi makan, ganti" sahut Ucup.

"Ck gue mau itu titik" balas Al kukuh membuat mereka terpaksa menuruti kemauan Al dan tak lama Restu datang sambil membawa nampan dan dibelakangnya juga ada yang membantu.

"Makan" dan tapa kata Al langsung memakannya sambil terus pokus menatap Film yang sudah mulai.

Tak lama al sudah selesai dengan makannya lalu minum dan kembali menatap Tv di depannya dengan Rey yang tiba tiba tidur dipahanya membuat tangan Al langsung memainkan rambutnya.

Tanpa perduli apa yang Al lakukan pada rambutnya Rey terus menatap Film begitupun yang lainnya yang sudah heboh sendiri.

Vano yang melihat Rey sudah berada di paha Al membuat ia mendengus tak lama ia memeluk pinggang Al dari samping membuat ia tersentak kaget terlebih kini Vano menyembunnyikan wajahnya di ceruk leher Al membuat ia kegelian.

"Jangan gini Van gue geli" ucap Al namun tak di balas si empu, sedangkan Rey yang kerkejut sebab respon tiba tiba Al membuat ia mendongak tak lama ia mendengus lalu kembali melihat Filmnya.

Disisi teman temannya mereka hanya diam sambil sesekali berdecak. "Ck dari dulu nempel terus, manja manjaan terus giliran kita yang mau manja manjaan malah ngamokk dasar gak adil" batin ketiga semprul disana menatap julit Vano.

"Di liat liat si Vano slalu memonopoli si Ezra ya" bisik Jani kepada Ivan dan Ucup dan dibalas anggukan keduanya.
"Kita kudu buat rencana buat misahin dia, enak aja dia manja manjaan sedangkan kita gak di bolehin" Balas Ivan sambil menatap julit.

"Setuju, pokoknya kita harus buat si Vano sibukk" sahut Ucup membuat ketiganya kompak mengangguk dan hal itu tak luput dari pandangan dan pendengaran Restu yang dalam diam ia juga menyutujui ucapan ketiganya.

Mereka terus berisik sampai deringan ponsel membuat mereka menatap satu sama lain. "Itu punya gue, boleh minta tolong ambilin ? " ucap Al membuat Ucup yang tak jauh segera membawa ponselnya.

Al menatap isi pesan tersebut dan segera memindahkan kedua human yang menempelinya pergi. "Sorry gue harus pulang, bokap gue nyuruh pulang katanya mau ada yang dibicarain" ucap Al lalu segera mengemasi barang barangnya.

"Gue anter" sahut Vano namun segera ditahan oleh ketiga biang keladi.

"Gak lo harus disini sebab kita juga mau ngomongin sesuatu sama lo" Sahut Ucup cepat.

"Nanti" balas Vano namun segera di tarik kembali.

"Gak bisa penting soalnya" balas Ivan.

"Biar gue aja" sahut Rey dan segera pergi sambil menyeret Al yang sedari tadi diam.

Sedangkan mereka yang berada di kamar cengo dibuatnya, kita susah susah nahan Vano biar mereka saja yang ngantar eh malah keduluan sama batu berjalan Versi kedua.

Al segera naik motor Rey dan tangan Rey segera mengambil kedua tangan Al dan mengarahkannya untuk memeluk dirinya dan Al hanya pasrah dan menurutinya.

Rey senang Al mau memeluknya dan segera melaju meninggalkan tempat itu dengan keadaan pelan.

"Rey" panggil Al membuat Rey berdehem.

"Rey mau bantuin gue gak ? " tanya Al membuat Rey lirik dari kaca Spion.

"Mau" balasnya.

"Tapi gue mau lo gak ngasih tau hal ini sama mereka dulu" pintanya membuat Rey curiga.

"Gue gak mau mereka salah paham dulu sebelum semua nya jelas" lanjutnya.

"Apa yang harus gue lakukan ? " tanya Rey setelah sekiat menit terdiam.

Al terdiam sambil bersandar pada punggung lebar Rey. "Rey tolong awasi seseorang dan tolong cari tau sesuatu apakah benar dia orangnya atau bukan" ucapnya lirih hingga Rey tak tega dan segera mengelus tangan Al yang berada di perutnya.

Tak lama mereka sampai di kediaman Adritama, Al turun dan menatap Rey. "Apa lo bisa ? " tanya Al membuat Rey mengelus kepala Al sayang.

"Oke".

"Tapi janji dulu jangan dulu bilang sama siapapun itu" ujar Al sambil menyodorkan kelingkingnya.

"Janji" balas Rey dan menautkan kelingkin mereka.

Al tersenyum senang. "Oke, gue kirimin sekarang aja ya" ucapnya lalu segera mengotak atik ponselnya, tak lama Rey membuka pesan yang dikirimkan padanya dan melihatnya dengan seksama hingga tak lama kedua mata Rey membola sambil segera menatap Al dengan tatapan tak percaya.

Melihat reaksi tersebut membuat Al tersenyum pedih. "Tau kan itu apa ? Dan punya siapa ? Kalo gitu tolong ya, gue gak mau berprasangka namun tolong selidiki semuanya" ucap Al.

"Gue bakal memantapkan hati dari sekarang jadi lo gak perlu khawatir dan jalani aja seperti biasanya anggap aja lo maupun gue gak tau apa apa, kalo gitu gue pulang dulu" lanjutnya lalu pergi meninggalkan Rey yang menatap Al dengan pandangan tak bisa ia mengerti.

Tak lama Rey menatap ponselnya dan punggung Al yang sudah menjauh darinya dengan pandangan yang rumit. "Hah~, Ini akan menjadi awal perpecahan" Gumamnya lirih sambil menyisir rambutnya kebelakang dengan Frustasi tak lama ia memakan kembali Helm nya dan kemudian melajukan motornya dengan kecepatan penuh.

Al yang sedari tadi masih memerhatikan Rey dan melihat gumamam yang masih bisa di pahami Al membuat Al mendongak menghalau air matanya yang akan jatuh.

"Lo bener Rey, ini akan membuat kita semua terpecah belah atau kemungkinan Dia yang akan dikucilkan, siapa yang tau" Ucap Al kemudian dia tersenyum sinis lalu pergi sambil menghapus air matanya.

"Salah maka tetap salah dan janji akan tetap janji yang harus di tepati, meskipun pelaku itu adalah orang terdekat sekalipun" lanjut Al dengan membatin.

Cowo Tapi Cewe ? {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang