• satu •

173 15 3
                                    

"kemarin anaknya pak enjang yang bungsu nikah, padahal umurnya masih 18 tahun. tapi bagus sih, mumpung masih muda. takutnya kalo ketuaan malah gak nikah-nikah." ucap seorang wanita paruh bayu.

sementara itu, laki-laki berparas manis yang sedang membungkus risol, menghela nafasnya lelah. memutar bola matanya malas. sungguh dirinya sudah lelah dan muak dengan sindiran-sindiran halus ibunya itu. bisa tidak sehari saja gak bahas pernikahan? lagian juga kenapa di rumahnya ini banyak sekali yang menikah, sih? hampir tiap minggu ada aja yang nikah. efeknya kan jadi ia yang disindir-sindir terus sama ibunya.

"terus kapan kamu mau nikah? taun ini kamu udah mau 36 loh. adekmu aja udah mau punya anak 3 ini kamu malah belum nikah-nikah. apa gak malu kamu, ki?" tanya wanita paruh baya── orangtua dari laki-laki berparas manis itu lagi. matanya yang sudah keriput itu menatap sang anak yang masih sibuk dengan dagangannya.

kiandra── nama laki-laki yang berparas manis tersebut. perawakannya yang berisi juga tidak tinggi-tinggi banget membuatnya terlihat lebih imut. pipinya yang tembam dan dihiasi tahi lalat memberi kesan manis juga cantik pada wajahnya. bulu matanya yang hitam juga lentik. bibirnya yang berwarna pink asli dan tipis. dan yang paling penting adalah kedua matanya. matanya yang bulat dan selalu berbinar tiap kali dia berbicara dengan orang yang membuatnya senang.

sempurna, kan? tapi mengapa diumurnya yang sudah 35─ mau 36 ini kian masih melajang dan belum menikah?

"ya nanti." jawab kian singkat. kedua tangannya masih sibuk membungkus risol pesanan pelanggannya.

"nanti nanti terus kamu tuh kian. memangnya kamu gak mau nikah, hah? sampe umur berapa kamu jawab nanti nanti?"

kian memasukkan risol-risol yang sudah dibungkusnya ke dalam wadah besar. nantinya akan ia antarkan ke rumah-rumah pelanggannya yang memesan risol ini. "aku mau nikah, kok. tapi emang belum ketemu aja sama jodohnya, bu."

lagian siapa sih yang gak mau nikah? kian juga mau nikah, kok. mau banget malah tapi kan memang belum ketemu aja sama jodohnya dan belum waktunya. selama ini juga dia udah berusaha cari-cari calon suami yang sekiranya pantas dan bisa diajak untuk menikah, tapi belum nemu yang cocok dan sefrekuensi.

kian juga sadar, umur 35 ini sudah terlalu matang untuknya menikah. mungkin seharusnya diumur segitu kian sudah punya anak 2 atau 3? seperti adiknya. tapi ya mau gimana lagi, jangankan punya anak pacar aja gak punya.

"udah ya, bu. aku mau anterin risol dulu." ucap kian sambil menatap ibunya yang berada di seberangnya. "pamit dulu, bu." lanjutnya.

wanita paruh baya yang dipanggil ibu itu menghela nafasnya lelah. menatap kepergian anak sulungnya yang menaiki sepeda untuk mengantarkan risol-risol pesanan pelanggannya.

"kak kiannnn, aku mau ke depan dulu sebentar. nanti risolnya kasih aja ke mang asep, yaa." seorang pemuda manis menghentikan motornya di samping sepeda milik kian.

"iyaa jian. hati-hati bawa motornya lohh, di depan kalo sore suka rame sama motor yang kebut-kebutan." ucap kian sambil tersenyum manis.

pemuda manis yang dipanggil jian itu menganggukkan kepalanya, "iya, kak. aku duluan ya." setelah melihat anggukan kepala kian, pemuda itu langsung tancap gas melanjutkan perjalanannya yang sempat tertunda tadi.

ngomong-ngomong, pemuda tadi── jian pramudya adalah anak pertamanya pak lurah. jangan tanya kenapa kian bisa akrab dan kenal sama anak lurah, karena kian juga gak tau kenapa dirinya bisa akrab sama anak pertamanya pak lurah itu. tapi yang pasti awal mereka kenal dan akrab seperti ini lantaran jian yang sering memesan kue kepada kian. sangking seringnya jian memesan kue, mereka berdua lama-lama jadi akrab.

setelah memarkirkan sepedanya di depan pos satpam, kian mencari keberadaan mang asep. biasanya mang asep selalu ada di dalam pos ini, tapi kenapa sekarang tidak ada. duh, kian bingung. ini dia harus nungguin mang asep atau masuk ke rumahnya pak lurah dan mengetuk pintunya? tapi kalo harus masuk dia gak berani.

tapi gerbang rumahnya pak lurahnya sih kebuka. apa dia masuk aja ya? soalnya juga ini udah sore banget dan masih banyak risol-risol yang belum dia antar. kalo kesorean juga dia takut.

setelah berfikir cukup lama, akhirnya kian memilih untuk memberanikan diri masuk ke halaman rumah pak lurah. semoga masuknya dia ke halaman pak lurah tidak mengganggu dan semoga dia bertemu dengan mang asep di dalam.

"permisi." seru kian setelah mengetuk pintu rumah milik pak lurah. tangannya yang mengepal sedikit berkeringat lantaran terlalu gugup.

tak lama kemudian, pintu kayu berwarna hitam pekat itu dibuka dari dalam. "iya, ada apa?"

sontak kian melebarkan matanya kaget melihat orang yang membuka pintu itu. bagaimana tidak, orang yang membuka pintu tadi adalah pak lurah. iya, pak lurah yang terkenal jutek dan kejam itu. dan sekarang kian berhadapan dengannya. sial sekali dirinya bertemu dengan lurah jutek itu.

"eee... anu.. saya mau nganterin risolnya dek jian." ucap kian gugup. tangannya menyodorkan plastik yang berisi pesanan jian.

"sudah dibayar?" tanya laki-laki berperawakan tinggi dan tegap yang sedang menggendong seorang anak laki-laki.

kian menggeleng, "belum, pak."

"berapa?"

"50 ribu, pak."

laki-laki berusia matang yang menjabat sebagai lurah itu menganggukan kepalanya. mengeluarkan selembar uang berwarna merah dari dompetnya dan memberikannya kepada kian.

"sebentar ya, pak. saya cari kembaliannya dulu." ucap kian sambil buru-buru mencari pecahan uang berwarna biru. sebab dia tak mau membuat lurah menunggu terlalu lama.

"gak usah dikembaliin. buat kamu aja. makasih ya risolnya. saya masuk dulu." ucap laki-laki yang menjabat lurah itu. tanpa repot-repot menunggu jawaban kian, dia langsung masuk ke dalam rumahnya.

sementara kian cuma bisa menatap pintu yang sudah tertutup itu. masih tidak menyangka dirinya ditinggalkan begitu saja di depan rumahnya. beneran jutek dan kejam ternyata.

"gak lagi-lagi deh aku ketemu lurah jutek itu." gumam kian seraya berjalan keluar menuju sspedanya yang berada di luar gerbang. "eh tapi aku dapet duit 50 ribu dari pak lurah itu kan...hmm gak tau deh, tapi makasih ya pak. lain kali saya gak mau kesini lagi deh, walau dapet uang lebih pun."

kian mengayuh sepedanya untuk melanjutkan ke rumah pelanggannya yang lain.


tbc...

di penghujung 35 [jaemark]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang