14

3.1K 240 4
                                    

Perkara kotak kiriman itu, Marius tidak memberi tahu siapa pun termasuk Jansen. Tidak bermaksud untuk menyembunyikan apapun tapi dia harus mencari tahu kebenarannya dahulu.

"Mau bawa bekal aja sayang?" Natalie bertanya kepada Dara yang memakan nasi goreng nya. Terlihat sekali ekspresi murung yang berusaha gadis itu tutupi.

"Boleh ma tapi sandwich aja,"

Natalie segera bergerak membuat kan keinginan putri nya. Pikiran mereka di rumah itu tidak ada yang tenang untuk saat ini.

"Ayah sudah menaruh 3 bodyguard terbaik di sekolah kalian, tapi tetap saja harus waspada." bisik Jansen kepada Lyo yang membenarkan tali sepatunya di teras.

Pemuda itu mengangguk. Netra nya menatap ke arah Dara yang duduk di dalam mobil sambil memejamkan mata. Jansen menepuk pundak Lyo dua kali.

"Ayah percaya kepada kalian,"

Jansen masuk ke dalam mobil di ikuti Lyo. Pria itu mengatakan akan mengantar-jemput mereka sekolah mulai akhir ini.

"Masih mengantuk?"

Dara membuka matanya kemudian menggeleng sambil tersenyum. Lalu merapatkan tubuhnya ke tubuh Lyo yang membuat Dara merasa hangat.

"Hanya kedinginan sedikit," Dara menjawab pertanyaan Lyo.

Lyo menyentuh tangan Dara dan benar saja jari-jarinya dingin seperti sehabis bersentuhan dengan es batu. Lyo menggenggam erat tangan Dara menyalurkan kehangatan. Jansen juga mematikan ac mobil.

"Ingat jangan jajan sembarangan," pesan Jansen yang di iyakan oleh Dara dan Lyo.

Keduanya masuk area sekolah. Suasananya sama seperti biasanya yang berbeda adalah ada keberadaan Jessica di antara Max, Haslan dan Marius yang berada di parkiran.

"Pagi Snefi," sapaan ceria dari Jessica membuat Dara tergugu.

Gadis itu duduk di atas motor sport yang sepertinya milik Max. Apa yang terjadi? Apakah Jessica berhasil memelet Max Flegan?

"Kok gak di jawab sih? Kamu gak suka ya sama aku," ekspresi sendu itu keluar menggantikan ekspresi ceria nya tadi.

"Siapa lo yang harus balas sapaan nya sama Snefi? Anak presiden aja bukan." sarkas Lyo.

"Max teman kamu kok gitu, aku jadi sedih. Padahal aku cuma mau temenan sama Snefi.." adu Jessica kepada Max sambil berderai air mata.

"Jessica pacar gue mulai sekarang dan lo gak berhak ngomong begitu ke dia, gue gak akan segan sama orang yang buat dia nangis!" ancam Max sambil melirik Dara yang tercengang di tempat.

Pernyataan itu membuat Haslan panas hati. Dengan ringannya pemuda itu melayangkan beberapa pukulan di wajah Max. Kalau tidak di lerai oleh Marius mungkin saja Max akan pingsan dan kemungkinan lainnya akan mati.

Dara mundur beberapa langkah melihat adegan itu. Matanya berkaca-kaca menahan tangis, ketakutan menghampiri dirinya.

"Tidak apa-apa, siapapun termasuk Max tidak akan bisa menyakiti kamu." Dara menoleh ke arah belakang matanya melotot kaget lalu setelah nya tidak sadarkan diri membuat suasana semakin tidak terkendali.

***

"Jadi lo yang ngirim kotak itu?" tanya Marius dengan ekspresi tidak percaya.

"Lo bisa cek CCTV," pungkas orang itu.

"Lo serius kalau Max―?"

"Udah liat kan kejadian tadi pagi gimana? Teman lo itu pengkhianat, rela berkhianat demi pacar nya,"

Marius mendengus sambil mengibaskan tangannya menghalau asap rokok yang keluar dari mulut orang di samping nya.

"Gak usah begitu, lo juga ngerokok ya anjing!" protes orang itu merasa tidak terima.

"Aroma nya gak enak! Lo isep rokok rasa neraka ya!" 

Orang itu berdecih kemudian mematikan rokoknya.

"Pasti lo salah satu suruhan Jansen itu kan, kok bisa sih? Dan surat lo apa-apaan, alay banget dari orang yang kamu kenal tapi tidak pernah kamu lihat." ujar Marius dengan tidak percaya dan sedikit mengejek.

"Bukan nya emang benar kan? Lo kenal gue tapi sekali pun lo gak pernah liat gue. Lo selalu liat ke arah Snefi, pikiran lo isi nya cuma Snefi. Gak pernah ada gue,"

Marius terdiam. Dia sadar selama ini selalu memprioritaskan Snefi, itu karena dia terlalu sayang bukan karena hal lain. Semacam cinta namanya, Marius tidak seperti itu.

"Maaf Sya gue gak bermak―"

BRAKK

"Jelasin maksudnya tadi apa? Max berkhianat?!"

Marius memijat pangkal hidung nya sedangkan orang yang di sampingnya tertawa dengan riangnya seakan rasa frustasi nya Marius adalah hiburan bagi nya.

"Lo pasti Haslan kan? Orang yang suka sama calon adik ipar gue?"

"Kenalin gue Tasya Andini, calon nya Marius haha.."

Haslan memerah mendengar ucapan perempuan yang mengaku sebagai calon Marius.

"Sya masuk kelas sana, lo anak barukan!" usir Marius.

"Kalian kenal dari mana?"

"Ceritanya singkat aja, kita dulu pernah satu SMP. Kepisah pas lulus, gue pindah ke luar negeri. Cuma karena ni kasus gue harus pindah sekolah,"

"Maksudnya lo terpaksa?!"

"Bukan gitu konsep nya Marius! Gue emang terpaksa pindah ke sini karena kasus receh begini tapi gue ikhlas karena ternyata yang gue lindungin adik lo!"

Tasya Andini adalah teman SMP Marius yang kebetulan putri dari salah satu bodyguard Jansen. Tasya sendiri dari kecil ingin seperti ayahnya, melindungi seseorang dengan gagahnya. Tapi sayang fisiknya tidak kuat, demi mencapai semuanya Tasya rela ke luar negeri untuk melakukan pengobatan. Dan mengambil sekolah khusus. Seharusnya sekarang yang mengemban tugas ini adalah ayahnya tapi Tasya bersikeras untuk mengambil alih.

Tasya juga menghubungi Jansen untuk mengatakan alasan nya. Lebih enak kalau dirinya yang menjadi bodyguard jarak dekat untuk Snefi mengingat usia mereka tidak terlalu jauh berbeda. Jansen merasa itu benar, mereka sama-sama perempuan dan pastinya akan terasa nyaman saat berinteraksi. Setelah melewati beberapa latihan dan pengujian, Tasya lulus dan langsung pulang ke Indonesia. Tapi ternyata yang dia temukan pertama kali adalah seseorang yang berkhianat. Kemudian dia mengirimkan kotak itu kepada Marius.

BRAK

"Berhenti cekcok! Sekarang jelasin maksudnya sama gue!" Haslan menggeprak meja yang ada di rooftop dengan keras menghentikan keduanya yang adu mulut.

"Minta penjelasan ke Marius, gue mau ke kelas. Bye!"

"Nanti gue jelasin, sekarang ke kelas bego udah bel. Lo lupa hari ini ulangan fisika!"

"Anjing!"

Haslan mengikuti Marius yang sudah turun lari menuju kelas sambil mengumpat. Bagaimanapun dirinya lupa kalau hari ini ada ulangan dari guru terkiller di sekolah nya.

Tbc

Antagonis Di Novel BL [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang