❄️01❄️

840 115 6
                                    

---❄️ HAPPY READING❄️---

[Selamat datang tuan]

Areyan mengkerutkan keningnya ketika suara datar khas hologram terdengar dari dalam pikirannya. Sekarang gelap, hanya itu yang ada di pandangannya. Dirinya tidak merasakan apa-apa, hanya gelap dan sepi yang mengisi kedua indra pendengarannya.

[Saya adalah sistem sementara dunia ini. Saya di sini untuk membimbing anda di dunia ini]

'Hah? Apa? Dunia ini? Maksudnya?'

[Tolong buka mata anda tuan]

"Sshh...." Rasa sakit dari perut tiba-tiba menyerang tubuhnya. Rasanya sakit dan perih, mungkin karena lapar. Pandangannya mengabur. Pendengarannya berdengung. Setelah beberapa saat, akhirnya kedua hal itu hilang.

"WTF?! Kok gue jadi bocil lusuh gini?!" seruan itu terlontarkan ketika Areyan melihat cermin rusak yang ada di hadapannya. Di cermin itu, menampilkan anak laki-laki pendek dengan wajah cemong. Pakaian lusuh, juga kurus dan kotor oleh debu.

[Saya ulangi, selamat datang tuan]

Areyan memasang was-was, kepalanya ia tolehkan ke arah kanan dan kiri. Tidak ada siapa-siapa!

"Lo hantu ya?" tuduh Areyan lirih. Pasalnya hanya ada suara tapi tidak ada wujud, pasti hantu. Di tambah lagi ruangan ini gelap, hanya ada remang-remang dari lilin yang ada di tengah ruangan.

[Saya bukan seperti yang tuan tuduhkan, saya adalah sistem sementara yang akan membimbing tuan di dunia ini]

"Sistem...?"

'Sistem.' Itu adalah penyebutan yang selalu Areyan baca di sebuah karya fiksi. Yang di mana sang tokoh utama bertransmigrasi ke dunia fantasi, bertarung dengan monster, dan menjadi pahlawan dengan bantuan sistem.

[Benar. Tuan telah terpilih untuk menjalani hidup kedua, yaitu hidup di dunia yang di sebut sebagai "Fantasi" yang di mana ada sihir, monster, dan kehidupan bangsawan]

"Kalau begitu, siapa tubuh ini?" Areyan mendekat ke arah cermin yang tinggal separuh tadi. Ia tatap lamat keadaan anak laki-laki yang sekarang menjadi dirinya.

[Anak ini adalah seorang anak panti asuhan, ia di temukan pada saat hujan deras pada saat berusia baru di lahirkan. Dan sekarang ia telah berusia tujuh tahun]

[Anak ini di panggil Arme, tuan]

"Lalu jika anak ini adalah anak panti asuhan, kenapa anak ini tampak tidak terawat sama sekali?" Areyan mencubit pipi kanannya, tirus dan kurus, lebih tampak seperti anak berusia lima tahun ketimbang tujuh tahun.

[Arme selama lima tahun di rawat oleh pemilik panti yang di kenal baik hati, tapi sang pemilik telah meninggal dunia. Setelah itu putra pertama dan putri keduanya menguasai panti ini. Mereka memperkerjakan para anak panti ini]

[Putra dan putri si pemilik adalah sosok yang arogan, sombong, juga besar kepala. Mereka menyiksa para anak-anak, entah itu besar maupun kecil]

"Cih, orang macam apa itu." Areyan bersedekap tangan, bibirnya mencebik tidak suka. Dirinya adalah orang yang benci oleh orang-orang seperti itu. Menyiksa anak-anak dan membuat mereka menderita adalah hal yang sangat tabu bagi dirinya.

[Dulu ada dua puluh lima anak, tapi sekarang telah berubah menjadi dua belas anak. Terdiri dari tujuh laki-laki lima perempuan. Kebanyakan berusia enam sampai delapan tahun. Karena anak yang berusia di atas usia yang saya ucapkan tadi telah di perdagangkan]

"Perdagangan manusia?"

[Benar. Saat ini ada satu perdagangan manusia yang berhubungan dengan panti asuhan ini, putra dan putri si pemilik berencana untuk menjual anak-anak panti di perdagangan tersebut]

Areyan mengangguk-angguk mengerti. Dunia ini adalah dunia yang dipenuhi oleh fantasi, perlindungan pada anak-anak masih di pertanyakan di sini.

"Lalu kenapa anak ini bisa di tempat ini?"

[Arme telah mencuri dan memakan sepotong roti dari dapur, putri si pemilik mengurung anak ini dan tidak di beri makan selama dua hari]

"Hah?" Areyan cengo. Padahal hanya sepotong roti, bukan emas, tetapi hukumannya sudah seberat ini. Benar-benar menyedihkan.

"Jiwa Arme ke mana?" Areyan menumpukan dagunya dengan tangan kanannya duduk bersila di dekat lilin.

[Jiwa anak ini telah berada di alam baka. Ia sudah di beri kebahagiaan karena penderitaannya saat di dunia]

"Baguslah. Anak ini tidak akan merasa sakit lagi, hanya bahagia." Areyan menangkupkan kedua tangannya, ia berdoa guna jiwa dari raga yang sekarang di tempatinya bisa terus untuk bahagia di alam baka. Ketimbang menjadi korban keegoisan dan keserakahan para orang dewasa di sini.

[Tuan, putri dari si pemilik mendekat]

Suara sistem menginterupsi, Arme bangkit, ia berdiri dengan was-was. Dorongan di pintu terdengar kasar, seorang wanita gemuk masuk. Ia bersedekap tangan sambil memandang Arme rendah dan sinis.

"Hei bocah! Hari ini kau boleh keluar! Cepat keluar dan bekerjalah!" katanya sinis sambil mendorong-dorong tubuh Arme. Arme merasa tubuhnya limbung, ia jatuh tersungkur di atas tanah.

"Cih, lemah!" Wanita tadi langsung pergi begitu saja, ia berdecih tidak suka. Arme menggenggam erat tangannya. Ia tatap benci ke arah wanita tadi.

'Sial, sial, sial!'

[Tuan, mohon bersabar]

"Gimana gue bisa sabar kalo anak tujuh tahun diperlakukan seperti ini...?" suara Arme terlirih oleh geraman. Ia berdiri, menepuk baju coklatnya yang kotor akan debu.

"Ck," decaknya. Arme melangkah menuju ruangan yang tadi di tunjuk oleh wanita gemuk itu. Alisnya mengerut, melihat beberapa anak yang masih mencuci baju.

Sepertinya ruangan ini adalah ruang cuci, ada delapan anak di sini termasuk dirinya. Semua anak itu kurus. Ada yang berwajah masam, takut, serta was-was. Satu anak laki-laki menghampiri dirinya yang masih berdiri mematung di ambang pintu kayu reot, anak itu menepuk pundaknya.

'Puk

"Hei, sebaiknya kau juga mulai mencuci, kalau tidak nyonya akan marah besar," peringatnya pada Arme. Arme segera tersadar dari lamunannya, ia mengangguk pelan. Kedua tungkainya ia bawa untuk mengekor anak tadi. Arme duduk di sampingnya, tangannya mulai mencuci pakaian kotor yang menumpuk itu.

Pikiran Arme bercabang, ini benar-benar keterlaluan. Menyuruh untuk anak-anak bekerja. Menjual mereka, dan membuat mereka menderita. Tapi dirinya bisa apa. Dirinya itu hanyalah jiwa baru yang menyinggahi dunia ini.

'Nggak habis pikir deh.'

✿✿✿Bersambung...

Sudah mengalami tahap revisi.

Transmigrasi Arme Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang