❄️Prolog❄️

955 107 3
                                    

---❄️HAPPY READING ❄---

Stovia. Nama dari dunia tersebut. Dunia yang di mana di sebut sebagai "Fantasi" oleh para manusia modern, sering juga disebut sebagai fiksi, tidak nyata, dan khayalan.

Lalu Areyan, pria berusia dua puluh enam tahun yang menjadi seorang budak kerja di perusahaan gelap. Tidak mempunyai kekasih, yatim piatu.

Dan memiliki kisah hidup yang menyedihkan.

𝕋ℝ𝔸ℕ𝕊𝕄𝕀𝔾ℝ𝔸𝕊𝕀 𝔸ℝ𝕄𝔼

"Hoam...!" Areyan meregangkan otot-otot tubuhnya setelah duduk berjam-jam di hadapan layar komputer semalaman. Kantung mata tercetak jelas di bawah matanya, wajahnya juga terlihat pucat. Seluruh tubuhnya terasa sedikit sakit.

'Mau makan.'

Langkah kaki Areyan yang berjalan di trotoar terhenti. Perutnya bergemuruh lapar. Ia merogoh saku guna mengeluarkan dompetnya. Kedua netranya menatap miris ke dalam dompetnya. Sedikit, hanya bisa untuk beli roti dan botol minuman.

"Huh...." Areyan menghela nafas, dompetnya ia masukan lagi ke kantong. Kedua tangannya ia masukkan juga ke kantong. Langkahnya di jalan trotoar terlihat lambat. Jalanan sepi karena sekarang sudah jam sembilan malam.

Dingin yang menusuk kulit terasa begitu jelas, itu karena Areyan hanya memakai celana hitam panjang juga kemeja biru langit.

Kepalanya terasa berat. Kedua kakinya juga. Dirinya rindu, rindu pada sosok yang dulunya membuat dirinya bahagia.

Keluarganya dulu adalah keluarga yang bahagia. Harmonis, itu yang selalu ada di dalam keluarganya. Keluarganya jauh dari perselisihan, rusak, dan ego. Tapi sayangnya keluarganya tidak bisa jauh dari kematian.

Sembilan tahun lalu, sebuah kecelakaan terjadi. Seluruh keluarganya yaitu sang ayah, ibu, juga adik perempuannya meninggal. Dirinya saat itu tidak ikut menaiki mobil tersebut karena harus mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di sekolah. Dan itu adalah hal yang paling dirinya sesali.

Andai saja Areyan ikut dan meninggalkan kegiatannya. Maka dirinya tidak akan menderita seperti ini, maka dirinya tidak akan merasakan bagaimana itu sepi dan sendiri.

'Tin! tin!

Asik dengan pikirannya tanpa sadar ada sebuah truk hijau besar yang melaju kencang ke arah dirinya. Waktu serasa melambat, tubuhnya terasa membeku. Rintik juga terlihat lambat saat mulai menyentuh tanah.

Areyan sudah tidak bisa melihat apa-apa lagi saat tubuh besar truk itu menghantam keras tubuhnya. Kepalanya tambah berat sekaligus sakit. Darah mengucur deras darinya, bercampur dengan genangan air hujan.

Truk tadi berhenti. Sang sopir terlihat panik dari luar kaca hitam truk, ia dengan cepat menelpon ambulans. Wajah sopir itu merah, entah karena emosi ataupun alkohol yang tadi dirinya minum hingga tandas sebotol kala sedang beristirahat.

Rintik hujan menambah suasana, semilir angin yang sepoi-sepoi juga ikut menambah. Areyan menghembuskan nafas terakhirnya.

Sosoknya telah menghilang tanpa ada seorangpun yang menangisi dirinya.

✿✿✿Bersambung...

Sudah melalui tahap revisi.

Transmigrasi Arme Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang